VVIPCASH
Menu
  • Home
  • Cerita Bokep
  • Berita Sepakbola
  • Prediksi Sepakbola
  • Panduan SBOBET
    • Cara Daftar SBOBET
    • Cara Deposit SBOBET
    • Cara Withdraw SBOBET
    • Cara Bermain SBOBET
  • Produk Game
    • Vehobet
    • SBOBET
    • Maxbet
    • 88FoxPoker
    • TangkasNet
  • About Us
Welcome To www.VVIPCASH.com

Minimal Deposit 50,000 & Minimal Withdraw 100,000

Tebak Juara #EURO2016 Hadiah 250 Juta Rupiah

Main dan Menangkan Hadiah Uang Total 250 Juta Rupiah

Promo Casino

Welcome Bonus 25%

Promo Poker

Freechips Poker Rp 30.000,-

Bonus Referall 0.25%

Bonus Member Get Member


Jumat, 10 Juni 2016

Pengalaman Di Perkosa 4 Tante

 Vanny Purnama     01.28.00     bokep     No comments   
linda, sebut saja demikian, telah tiga minggu kami saling berbagi kebutuhan biologis . linda ialah cewek berumur 25 tahun dengan tinggi 160 cm, dan dengan dada yang amat besar 36B ukurannya, kulit putih, dengan wajah mirip cewek bangsawan .

Hubungan kami berawal pada sebuah pesta pertunangan rekan bisnisku, aku kenalan dengannya dan menjadi akrab dengannya bahkan aku menawarkan untuk balik bersama karena dia bosan untuk berada disana karena dia telah ditinggal oleh rekannya . linda pun naik ke mobilku, dia tidak keberatan dengan itu, malam itu suhunya terasa amat dingin, walaupun AC telahku matikan tapi masih terasa dingin aku juga tidak mengerti mengapa bisa terjadi seperti itu, akhirnya aku pinjami jasku untuk menutupi tubuhnya yang cuma menggunakan gaun putih itu . Bagiku linda malam itu terlihat ngentoty dengan gaun yang dipakainya, dia menggunakan gaun putih tanpa lengan, dan bra hitam yang menunjukkan kemolekan tubuhnya . Dan rambut panjangnya yang terawat dibiarkan tergerai dengan bebasnya

Karena perutku masih terasa lapar, tadi aku cuma makan sedikit karena keasyikan ngobrol dan menikmati tubuhnya yang ngentoty dan bahenol itu, kuajak dia makan di sebuah restoran tapi dia menolak karena dia dirumah telah masak, jadi aku diminta untuk makan ditempatnya saja, dalam hati, ini cewek baik banget selain dia ngentoty dan bahenol tapi juga baik hati, setelah aku berpikir lama akhirnya aku setuju .

Singkat cerita kami sampai di rumah kontrakannya dan makanlah aku disana, selesai makan aku membereskannya, lalu dia mengajakku kekamarnya untuk menemaninya malam itu, padahal aku ingin balik karena jam telah menunjukkan jam 00 .30 . aku mencoba untuk menolak tapi karena dia terus memohon untuk menemaninya, dan akhirnya aku pun mengiyakannya karena aku juga tidak tega kalau dia terlalu memohon kepad aku .

Kamarnya terlihat rapi dan bersih semuanya tertata rapih sekali, ya, maklum kamar cewek . Dia mengontrak untuk berempat dan rekan-rekanya secara tidak sengaja detik itu lagi pada keluar, maklum detik itu ialah malam minggu . Singkat cerita, dia bercerita pad aku bahwa dia baru putus sama pacarnya karena cowoknya kepergok telah berbuat perselingkuhan dibelakang dia . Diapun menangis mengenang masa lalu yang teramat indah bersama sang pacar dan sekarang cumalah tinggal kemalangan belaka dan aku coba untuk memberanikan diriku untuk mendekapnya dan menenangkannya, linda tak menolaknya .

Setelah agak tenang, kubisikan dia bahwa malam ini kamu terlihat mengnafsukan sekali . linda tersenyum dan menatapku sangat dalam, lalu aku cium bibirnya yang hangat itu dan dia membalas ciumanku dengan sangat ganasnya, lalu tangannya mulai mencheri dimana adik kecikku bersembunyi . Akhirnya dia memperolehkannya dan meremas dengan lembutnya .

Kamipun saling mencium dengan sangat ganasnya lalu aku mulai mencium lehernya, lindapun mendesah,

“Aaahh geli Jok aahh .”

Mendengar itu aku makin berbirahi, aku pun mulai meremas-remas toketnya dheri luar branya yang semok itu . linda mendesah lagi,

“Aaahh enak Jok terus Jok terus sstt .”

Dan dia pun menjambak rambutku . Setelah beberapa lama aku meremas toketnya, dia mendesah dan terus berkicau, dengan permainan yang aku buat itu . aku pun mulai melepaskan gaun yang dia masih pakai, yang tersisa cuma tinggal Branya dan CD beranda merah muda, kemususan branya pun aku lepas, tampaklah jelas gunung kembar yang sangat menantang birahiku dan punting merah-kecoklatan cerah yang telah makin keras . Kuremas toketnya dan kuhjilat puntingnya dan kugigit kecil dengan gigiku, linda cuma memejamkan mata sambil menikmati hjilatanku itu . aku gigit-gigit puntingnya dan dia pun mengteriak dan menggelinjang keasikan,

“Jok enak Jok, teruss Jok, hjilat terus aahh sstt”

Kemususan aku lanjutkan dengan menciumi perutnya kemususan aku copot CD yang masih melekat pada dirinya . WOw rupanya jembutnya gak begitu lembat dan rapi, rambut disekitar bibir kemaluannya bersih . Dan memeknya tampak kencang dengan clitoris yang cukup besar dan tampak basah .

“Kamu rajin mencukur yaa,” tany aku , dengan wajah memerah dia mengiyakan, sebab kata rekan-rekannya demi kesehatan memek, dan tidak bau .

Kupangku dia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai menggerayang dheri toket kemususan puntingnya, kugigit kecil dengan gigiku, linda menggelinjang keasikkan dan mendesah-desah merasakan rangsangan kepuasan,

“Ssstt terus Jok sstt .”

Tangan kananku mulai memainkan clitorisnya yang telah banjir, kemususan kujilati klitotisnya dengan lidahku perlahan-lahan, rintihan dan lenguhan makin sering kudengar . Seirama dengan sapuan lidahku itilnya, linda makin tteriaksang, dia bahkan menjabak rambutku dan menekan kepal aku di itilnya,

“Jok, enak . . Banget . . Enak . . Jok, aahh . . Jok terus Jok jilat terus sampai dalam Jok aahh . .”

Desahannya dan lenguhannya membikin aku bertambah birahi untuk melancarkan yang lebih gila dheri sebelumnya dan seketika itu juga badannya mulai menggelinjang dan

“Jok . . linda . . mau . . Keeluaar aa . . Aaahh” dan terasa sekali derasnya cairan yang mengalir dheri memeknya yang terasa asam-asam pahit tapi nikmat kemususan langsung aku jilat sampai habis dan tak tersisa . linda kemususan berdiri .

“Sekarang gantianku,” katanya .

Celan aku langsung dilucutinya dan aku pun langsung berbhering diatas kasur yang empuk itu . Salah satu tangannya memegang kontolku dan yang lain memegang buah zakarku, di mengelusnya dengan lembut .

“Mmmhh enak juga yaa kontol kamu,” ceretus dia .
“Aaahh enak Yan” desahku .

linda mulai menciumi kontolku dan mengelus buah zakarku, dan mengemutnya dan mengocoknya dengan mulutnya yang sangat imut itu . Terasa jutaan arus lbinik mengalir ke tubuhku,

“Gila ini cewek pinter sekali sedotan dan kocokannya benar-benar nikmat banget,” dalam batinku . Kupegang kepalanya, kuikuti naik turunnya, sesekali kutekan kepalanya detik turun . Sedetik kemususan dia hentikan .

“Jok kontol kamu cukup besar dan panjang yach, keras lagi, aku makin tteriaksang nich .”

aku cuma tersenyum, lalu kuajak dia main 69, rupanya dia mau . Vaginanya yang banjir itu tepat diwajahku, merah dan kencang, sgilag linda telah mengocok kontolku . aku makin berbirahi untuk memainkan memeknya yang makin menantang aja, tercium wangi yang khas pada sekitar memeknya yang sangat aku sukai sekali pada cewek, dan clitorisnya sampai memerah dan kuhjilat yang telah keluar untuk kedua kalinya .

Tiba-tiba aku kaget ketika aku melihat ke arah pintu yang tidak begitu rapat ditutupnya dan aku makin kaget ketika rupanya rekan-rekannya telah melihat semua permainan yang sgilag kami l aku kan . Salah satu dheri dia celetuk,

“Yan main kok tidak ngajak-ngajak sih kita kan juga mau,”

Dan rupanya setelah aku ketahui namanya Yeni (24), tampa disangka mereka langsung membuka baju dan celana mereka dan seketika itu pula mereka telah keadaan telanjang . aku makin kelabakan karena disteriak dheri berbagai arah . aku mulai memasukkan kontolku ke memek linda, walaupun pertama kali terasa sempit sekali jadi akuagak kesulitan memasukannya dan setelah beberapa lama aku berusaha, akhirnya aku dapat masuk setengah dan linda menjerit membatalkan sakit yang tiada tara . Tanpa aku duga rupanya ada sedikit darah mengalir di sekitar memeknya, rupanya dia masih perawan batinku . linda makin menggelinjang sambil mendesah seperti ular, sgilagkan Yeni yang tidak kalah semok dan juga payuadarannya paling besar dheri pada linda .

linda pun memainkan puntingnya susan(24, 38), sgilagkan Ati (25, 36b) memainkan memeknya susan . Mereka saling mendesah membikin suasana makin panas saja . aku sendiri makin cepat memainkan kontolku, rintihan linda pun makin kencang saja bersamaan dengan kecepatan goyanganku yang makin cepat dan linda makin menikmati permainanku dan dia pun makin mengimbangi permainanku .

“Aaahh enak Jok, terus Jok, lebih dalam lagi Jok,” ckamutehnya aku makin cepat dan ketika itu juga badan dia mulai menggelinjang bertanda dia mau klimak . Tidak berapa lama dia,
“Jok aku ingiin keluar” dan ketika itu juga keluarlah cairan yang ketiga kalinya dengan banyak sekali dan linda terlihat lemas dan langsung tergeletak disampingku, tapi kontolku masih tegak bagaikan mau menantang kepuasan .

Yeni pun langsung mengambil kontolku yang masih tegak itu ke dalam memeknya rupanya sama sempitnya dengan linda, aku sedikit kaget karena ada sedikit darah mengalir dheri memeknya dan rupanya Yeni pun masih perawan juga batinku, perlahan kugoyang kontolku, maju mundur, dan makin keras aku mengenjotnya dan jeritanya panjang dan seketika itu juga badannya mulai menggelinjang yang berarti dia mau klimak, aku pun makin mempercepat gerakan kontolku dan Yeni pun menjerit panjang,

“Jok . . aku keeluuar aahh” dan seketika itu pula dia roboh disampingku sgilagkan aku masih belum sampai puncaknya .

aku raih tangannya susan dan langsung aku mainkan memeknya dengan lidahku dan terus aku mainkan sampai diapun mendesah dengan keras . Sgilagkan Ati memainkan puyudara susan yang telah makin keras . aku pun mulai memasukkan kontolku ke memek susan yang rupanya sempit juga tapi untung memeknya telah basah jadi gak begitu sulit . Dan ketika baru masuk setengah ada darah yang mengalir pada memeknya dalam batin rupanya semuanya masih pada perawan dalam batinku, perlahan kugoyang kontolku maju mundur membentuk angka 8, rintihan kesakitan berubah menjadi rintihan kepuasan .

Sgilagkan Ati menjilati toket susan dengan birahinya dan sekali-kali Ati mencium bibirku dengan garangnya, detik kau berada diatas susan, kujilati toketnya yang memerah dan susan tidak bisa menjerit karena bibirnya telah disumpel dengan mulutnya Ati yang dheri tadi telah mencium bibirnya susan dengan garang dan terlihat telah berbirahi itu .

aku mulai menekannya dengan birahi dan tentunya dann tentunya kontolku masih ada didalam memeknya susan yang sangat nikmat itu .

“Ooohh nikmat sekali rasanya”, dia menjerit “Ssshh”, seperti ular yang sgilag mendekati mangsanya . Dan kupercepat lagi goyanganku dan makin cepat aku mengocoknya makin keras dia menjerit kepuasan dan seketika itu juga,

“Aaahh aku mau keeluuarr Jok, kau juga ingin keluar, kita keluherin bareng aja yaa, aahh”

Crot . . Crot . . Crot hampir bersamaan, begitu nikmatnya permain malam ini dan aku pun langsung tertidur lemas karena telah bermain dengan tiga cewek sekaligus, setelah 3 jam aku tertidur aku merasakan ada yang mengemut kontolku dengan lebutnya dan setelah aku membuka mat aku rupanya Ati yang belum memperolehkan jatahnya . Langsung kucium bibirnya denga berbirahi dan dia langung meminta aku untuk memasukkan kontolku ke memeknya yang rupanya telah banjir dheri tadi . aku mencoba untuk memainkan memeknya dan tanpa kuduga rupanya Ati telah meraih kontolku dan langsung membimbingku memasuki memeknya .

Didetik menyentuh bibir memeknya dia mengteriak kepuasan dan aku pun langsung memasukkannya dan rupanya telah tidak begitu sempit dibandingkan dengan tiga rekannya dan tanpa banyak hambatan aku mulai menggenjot dengan cepat dan terasa sekali ada yang terasa yang berdenyut-denyut di memeknya yang berarti menandakan dia mau klimak dan aku makin mempercepat goyanganku dan seketika itu pula .

“Aaahh Jok, aku mau keeluuaarr sstt”

Keluarlah cairan yang sangat banyak itu dan dia langsung lemas dan rupanya mereka berempat langsung bangun dan langsung memburu aku dengan sangat garangnya, dan detik itu jam 05 .30 pagi, kami berlima mandi bareng dan didetik mandipun kami masih sempat bermain walaupun cuma sebentar karena waktunya telah tidak memungkinkan untuk bermain lama .

“Makasih yaa Jok, kamu memang hebat walaupun tubuh kamu tidak gemuk(kurus), tapi stamina kamu kuat sekali, aku jadi ingin sekali mengulangnya .”

Tapi aku wajib bteriakkat kerja, setelah kejasusan itu aku masih sering bermain dengan mereka kadang aku bermain cuma berdua, kadang berempat, kadang bertiga, kadang juga langsung berlima . Tapi hampir telah sebulan ini, aku tidak tahu kemana mereka dan tidak pernah ketemu lagi bahkan detik aku ke kontrakannya rupanya dia telah pindah gak tahu kemana dan aku hubungin lewat HP tak pernah aktif, aku merindukan detik itu .

Bagi tante atau rekan cewek lainnya yang ingin merasakan layananku dan yang pasti servis sangat memuaskan segera hubungi lewat email . Pasti aku balas secepatnya, dan makasih atas ditayangkannya cerit aku yang lalu

Read More

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Pesta Sex Dengan Istri Tetangga

 Vanny Purnama     01.25.00     bokep     No comments   
Aku tinggal disuatu kompleks perumahan kelas menengah di Jakarta Timur , tidak terlampau besar , kurang lebih dihuni oleh 150 keluarga kelas menengah keatas .

Hanya beda 1 jalan dari rumah , dipojokan terdapat rumah yang sangat asri yang ditempati oleh keluarga pak Juli seorang pengusaha tanggung yang kegedean lagunya . Biarin deh dia belagu terus yang penting bokinnya cing…kutilang ( kurus tinggi langsing ) , kulitnya kuning , rambutnya hitam abis dan matanya tuh…geunit pisan .

Dikompleks diantara Bapak – bapak muda pembicaraan mengenai bokinnya Pak Juli enggak pernah kering , giliran yang rumahnya ketiban arisan Ibu-ibu kompleks pastilah sang Bapak selalu stand by dirumah .

Enggak lain enggak bukan soalnya Mbak Candra begitu namanya , terkenal kalau pakai baju paling berani , pakai rok mini baju rendah belahannya dan paling sering ngongkong duduknya .

Yang lebih gile lagi kalau dia tahu sang Bapak ada dan ngelirik doi , secara sengaja dia pamerin CD nya yang sumpah jembutnya sebagian betebaran nongol keluar dari pinggiran CD-nya .

Bulan lalu , rumah gue yang ketiban rejeki ngadain arisan , so pasti gue pura -pura repot bantuin bokin nyiapin segalanya , tau dong gue musti tampil keren abis , jeans Versace dan baju gombrong Guess sengaja gue lepas kancing atasnya , biar sexy katanya .

Bener aja , gue liat si Mbak Candra duduk dipojokan menghadap kamar kerja gue yang pintunya gue buka setengah aja .

Sambil menghadap komputer secara nyamping gue bisa melihat kearah ruang keluarga , khususnya kearah doi duduk .

Sundel banget , doi sore itu pakai rok mini hitam kontras dengan kulitnya dan pakai baju beige yang ketat , tapi bahannya alus banget . Gue masa bodo deh denger ibu – ibu berkicau yang penting gue bisa liat terus Mbak Candra yang sesekali juga ngelirik gue , kalau bertatapan gue senyum doi juga dong .

Mulailah doi buka jepitan pahanya , asli coy celana dalemnya yang krem keliatan , tengahnya keliatan item pasti karena jembutnya yang lebat , dan duile itu jembut gimana sih koq pada berurai keluar .

Tiba – tiba doi ngedipin gue , terus gue bales ngedip sambil julurin lidah , eh dia malah senyum senyum dan sambil meremin matanya seperti orang kalau lagi keasyikan di toi .

Gue makin nekad , sekarang gue ngadep kedia sambil ngangkang dan secara atarktif gue usap-usap kontol gue dari luar celana , terus gue kasih kode supaya dia menuju kamar mandi , belagak kencing lah .

Doi ngangguk , terus dia samperin bokin bilang mau numpang kekamar mandi .

Gue dan doi tahu banget , dikamar mandi luar masih dipakai sama ibu Agus yang gendut dan beser melulu .

” Mas , ini ibu Candra mau numpang kekamar mandi yang disini ” bini gue dengan polos ngajakin doi kekamar mandi yang ada diruang kerja gue .

” Ya nih Pak Luki , abis kamar mandinya masih lama rasanya dipakai Ibu Agus ”
” Numpang ya , abis udah enggak tahan kebanyakan minum ” biasalah doi basa-basi biar enak dikupingnya bokin .
” Silahkan Bu , tapi enggak papa khan saya nerusin kerja dikomputer , maklum Bu belum jadi pengusaha seperti Pak Juli ”
” Ah Pak Luki bisa aja ” kata doi sambil nyelonong kekamar mandi gue .

Dasar otaknya juga pinter dalam hal berselingkuh , doi buka pintu kamar mandi setengah dan bilang ” Pak Luki , ledengnya rusak ya ? ” bokin gue masih ada lagi disitu . ” Mas coba liat dulu deh , bantuin Ibu Candra , malu-maluin aja kamar mandinya ” bokin gue setengah ngomel . ” Biar dibantu sama Mas Luki ya Bu , dia yang sering pakai kamar mandi itu ” terus bokin balik lagi kekamar tengah , soalnya bokin musti tanggung jawab dong sama rakyat arisannya .

Dengan belagak males – malesan gue berdiri , eits kontol gue masih ngaceng lagi , ah cuek deh .
Mbak Candra ngelirik juga dan secara refleks doi ngeraba selangkangannya , anjir….terang aja itu tenda celana gue makin tinggi ,

“Hayo , celananya kenapa tu” dia berbisik waktu gue masuk kekamar mandi .
“Kamu sih bikin aku horny , jadi aku yang sengsara deh , mana pakai jean lagi ” gue nekad ngomong gitu sambil ngeraba paha mulusnya . Gilanya doi bukannya marah malah bilang ” Ya , kalau dibagian itu sih belum asyik ”
” Abis yang mana dong kalau asyik ” gue masih setengah berbisik menyelusurin pahanya kearah memeknya yang bejembut gila .
” Nah yang itu baru asyik , kamu juga kalau saya gituin juga asyik lah ” gantian doi yang ngelus kontol gue dari luar sambil coba – coba buka retsleitingnya . Busyet gila juga ini perempuan , mana bau Isei Miyakenya merangsang banget .

Gue enggak tahan , ” Mbak ngentot yuk ” kata gue edan-edanan . ” Ayo , kapan dong , mending berani lagi ” tangannya sekarang udah masuk kedalam jeans gue dan mulai narikin halus kontol gue .

” Eh , siapa takut apalagi kalau ngentotnya bareng Mbak ” gue sekarang udah berhasil masukin jari kedalam memeknya yang basah dan lembab . ” Besok ya , kekolam renang Ancol , jam 10 ”

Babi banget nih si Mbak , kenapa kekolam renang sih , emangnya gue kecebong .

Besok jam 10 kurang seperempat gue udah stand by diparkiran kolam renang Ancol , gue telepon dia dengan no yang dikasih kemarin secara rahasia .

” Mbak , aku udah sampe nih , kamu dimana ” gue rada was was juga kalau doi enggak dateng .
” Ini aku baru mau masuk Ancol , tungguin ya , kontolnya udah ngaceng lagi belum ” sialan ngetest gue kali , tapi koq kedengarannya rame banget sih ada yang cekikikan dibelakangnya .

Mati gue , jangan – jangan gue mau dijebak , siapa tau dia bawa bokin gue juga .

” Kamu sama siapa sih , koq rame banget , gue jadi bisa enggak ngaceng lagi nih ”
” Janjinya gimana sih , katanya mau ML eh kamu bawa orang lain ” setengah kesel gue ngomong ditelpon .
” Pasti deh janjinya , pokoknya asyik banget kamu nantinya ” dia ngalemin gue .

Enggak sampai 10 menit , mobil Honda putihnya mendarat persis disamping mobil gue .

” Surprise , nah ketauan ya enggak ngajak – ngajak kita ” suara 2 Ce temennya Candra teriak bareng .

Waduh pucet banget gue , karena ternyata yang diajak juga tetangga gue , Mbak Rina bininya pak Joko dan Mbak Ita bininya pak Raja .

Salah tingkah abis gue . ” Eh , kaget ya , take it easy aja , khan udah kenal , asyik-asyik aja deh pak Luki , eh kalau diluar Mas Luki dong ” Mbak Ita yang mungil dan putih ( persis banget Kris Dayantie ) itu nyerocos aja membuat suasana jadi enggak tegang . ” Enggak deh kita bilangin sang istri ” si Rina yang body dan facenya seperti Dian Nitami nambahin , ya gue makin ngerasa siep banget dong . Tapi kewaspadaan tetap dipertahankan jangan lengah man .

Setelah basa basi bentar , ” Udah ya , pokoknya enggak ada yang boleh tahu selain kita – kita ya Mas ” Rina sekarang yang membuat gue makin PD . ” Pokoknya enjoy aja deh , kita bertiga udah kompak berat lho ” Candra tanpa sungkan ngegandeng gue menuju loket . ” Khan gue yang janjian sama Mas Luki , elo pada jangan ngiri ya , entar juga kebagian ” .

Kepala jalan sekarang si Rina , doi pesen kamar ganti dan bilas keluarga . Sekalian pesan ban renang 2 buah yang guede banget .

Ampun , ide apalagi sih . Seolah kita sekeluarga enteng aja mereka ngajak gue masuk bareng keruang ganti dan bilas.

Denngan tenang mereka buka rok , baju dan terus BH , sialan mereka tenang aja seolah gue enggak ada disitu .
Gila aja kalau gue enggak ngaceng liat Candra , Rina dan Ita yang umurnya sekitar 30 an pada memamerkan bodynya .

” Eh , Mas Luki mau berenang atau mau nonton kita streap tease ” kata si Ita sambil buka BH putih transparantnya .
” Ya terang mau berenang dong , tapi aku maunya sih bilas dulu ah , masak langsung berenang ” gue akal – akalan supaya mereka juga mau berbulat ria , tanggung amat baru liat toket dan setengah body .

Gue buka baju dan celana , begitu tinggal CD mereka teriak bareng ” Asyik ya , udah ngaceng ”

” He eh abis kalian sih begitu merangsang dan mempesona ” kata gue sembarang siap – siap mau buka CD gue .
” Ah enggak fair nih , masak jadi aku duluan yang telanjang , barengan dong jadi aku enggak malu ”
” Hu…maunya tuh , ya Candra kamu khan yang punya ide , kamu dulu dong…mana jembutnya aduh udah pada keluar tu ”
kata si Ita sambil narikin jembutnya Candra yang nongol terus dari pinggiran CD .
” Aku sih Ta prinsip , sekali buka celana pantang kalau enggak di……”
” Joss !!!!! ” Ita dan Rina seperti koor nerusin apa maunya si Candra .
” Ia deh , gue juga malu khan kalau keluar kamar ganti nanti swempaknya ada tenda mancung “. Cari pembenaran dong .
” Bisa bubar orang dikolam nanti , elo pada mau ya gue jadi tontonan ” gue belagak memelas sambil nunjukin si Monas.

Supaya enggak kaku , gue datengin si Candra yang masih berdiri dekat gantungan baju , gue peluk doi dengan kedua tangan dibagian pantatnya , gue cium bibirnya ala French kissing , lidah saling ketemu .

” Wow , nafsu nih ya ” si Ita ngeledek . Asyik banget deh pantat si Candra yang nonggeng gue remes – remes , tempelin abis mekinya dengan kontol gue , Candra langsung horny pingggangnya digoyang yang otomatis mekinya berputar diatas kontol gue .

Sekitar 3 menit adegan itu gue pertahankan , sebenarnya gue udah nafsu banget mau langsung masukin kontol gue kememeknya Candra yang gue yakin udah basah . Sabar cing gue musti cool dong , pasang strategi soalnya masih ada 2 nonok lain menanti .

Perlahan gue melorot , dengan tetap mata memandang dia tangan gue pindah berputar meremas perlahan toketnya yang pentilnya relatif masih belum gede .

” Eh elo jangan ngiri , sementara belum dapat giliran elo pada meremas sendiri aja dulu ” masih sempat juga Candra ngeledek temannya yang terpana melihat gue yang sambil meremas toketnya sambil usaha jongkok depan dia , pakai gigi gue tarik perlahan CD nya . ”

Enak ya Can remasannnya Mas Luki ? ” Rina bertanya tanpa arah karena gue tau dia juga tanpa sadar meremas dan memilin pentil toketnya .

” Kita suruh buka sendiri ya ” Ita protes narik sedikit CDnya sambil tangannya ngobel memeknya sendiri .

” Sini dong sayang , tangan gue enggak sampe kalau elo pada jauh – jauh ” Gue enggak bisa ngomong panjang lagi karena Candra narik kepala gue kearah nonoknya minta dijilat , setelah CDnya melorot sampai dengkul kakinya .

Anjir….kesampean juga gue jilatin dan rasain nonoknya Candra yang jembutnya gilaaaaaa !!!!!
Itilnya agak gembung , merah banget , gue tahu setelah berupaya keras menepis bulu jembutnya .

Sejenak ruang ganti sunyi , sambil ngejokil abis liang kenikmatannya Candra gue solider untuk pelorotin CD nya Rina dan Ita barengan , dan inilah pemandangan matanya pemirsa sekalian :

Candra , toketnya 34 bentuknya bagus banget , pentilnya agak gede kecoklatan , kulit seluruh bodynya coy kuning kencang mengkilat , bagian pantat ada sedikit selulit , jembutnya…khan udah tau elo pada en bulu keteknya idem ditto.
Yang jelas enggak rapi , serabutan menutup semua bagian memeknya mendekati puser .
Sambil ngedorong pantatnya kedepan supaya lidah gue bisa lebih dalam masuk kelobang nonoknya , dia terus mendesah ,
kaki kananya ngegesek pelan kontol gue dari luar CD , sambil usaha masuk dari samping CD .

Rina , yang gue pelorotin pakai tangan kanan , toketnya gede agak panjang seperti pepaya , kulitnya sawo matang , maklum Jawa Solo sepertinya , bulu ketek anti cukur , serabutan disekitar susunya yang 36 . Pentilnya agak masuk kedalam .

Pahanya kencang , tinggi sekitar 170cm , jembutnya keriting rapi , diatur sekitar lobang nonoknya ( Sering berbikini kali..)

Lobang nonoknya memanjang , dibawah lipatan perut ada bekas jahitan Caesarnya .

Doi terus meremas susunya sambil liatin tangan gue yang lagi berusaha nurunin CD pinknya .

Supaya cepat , doi ikut ngebantu nurunin CDnya .

Ita , siimut , tinggi sekitar 158 lah , jembutnya paling jarang jadi bagian dalam memeknya yang merah muda gampang keliatan , toketnya kecil kenceng ukuran 32 , perutnya rata , paling kalem keliatannya tapi tangannya aktif terus megangin bokongnya sendiri , jangan – jangan doi paling hobby dibol dari belakang .

Ngimpi apa gue liat tetangga gue pada telanjang bulet , elo elo yang belum ada pengalaman maen sama bini orang , gue anjurin deh elo cari mereka bertiga , enggak resek , berpengalaman dan tahu penuh apa enaknya ML .
Kalau mau orgy cari yang sehati , kompak istilahnya dan enggak egoist , artinya mereka berupaya menikmati SEX sepenuhnya tanpa ada rasa sungkan , rilex dan terbuka .

Hal ini juga gue buktikan sebelumnya dengan 2 sahabat mahasiswi yang kompak , tapi ya kita harus konsider atas kebutuhan jajannya lah , jangan merki . Kurang yakin kemampuan ya modalin VIAGRA yang paling mahal Rp. 150.000 / pil 100 mg .

” Ya kamu pada mandi dulu deh dishower ” kata gue pelan , sambil menjilat sisa juicenya Candra yang ada disekitar bibir gue .

Candra enggak bereaksi , dia nuntun gue ketempat duduk , pas gue duduk dia jongkok didepan gue dan brebet dia tarik CD gue , dia pandangin seluruh kostruksi kontol gue , enggak pakai komentar yang basi seperti cerita bokep yang lain ,

” Aduh gede amat kontolnya , atau sok ngebandingin sama kontol Co yang lain , itusih kuno , tipu….!!! Jangan mau elo dibohongin sama yang bikin cerita , itukan cuma kebanggaan semu , yang penting gocekannya bukan gedenya , emangnya mau modal berat aja…tipuuuuu……”

” Jangan kelamaan Can , langsung maenkan , tunjukan kecanggihannya , apa perlu gue nih yang terjun ” Rina sewot ngeliatin Candra yang masih memandang kontol gue sambil ngurut dari arah palkon kepangkalnya , tanpa komentar sambil tangan kirinya kasih kode enggak perlu , langsung kontol gue mulai dijilatin perlahan .

Seluruh kepala kontol gue ( helmnya ) dijilat berputar , doi tau bagian yang paling enak yaitu dibagian bawah Palkon sekitar sambungannya . Cairan bening gue dijilatin sambil matanya memandang arah mata gue , seolah butuh pengakuan atau komentar Gue cuma bisa angkat 2 jempol , bravo go ahead Can .

Selanjutnya cepet banget lidahnya bergeser enggak berhenti menari disekitar batang kontol , begitu dikemot kedalam mulutnya yang memang sexy dia keluarin cadangan ludahnya , jadi rasanya kontol gue berenang didalam air ludah , enggak ada rasa gigi Cing , belajar dari banci Taman Lawang kali .

Gue udah seperti kura – kura yang dibalik , kaki gue kelayapan , gue tumpangin diatas pundaknya sambil kalau gue udah enggak tahan kepala si Candra gue bekep abis sama paha gue .

” Rina – Ita sini dong , gue mau nih megangin tetek dan nonok kamu ” Enggak sampai 2 kali order mereka langsung nyamperin gue dan Candra . Si Rina nyodorin susu pepayanya minta gue isap dan siimut Ita ngangkat kaki sebelah keatas bangku , berdiri disamping gue dan minta dirojok nonoknya dengan telunjuk gue yang masih bebas karena belum ada order .

Gue pegang nonoknya yang merah sudah rada becek , maklum turunan Cina , begitu telunjuk gue masuk dia yang gerakin pinggulnya maju mundur kaya lagi ngentot aja gayanya .

Doi merem melek ngerasain bulu – bulu yang ada ditangan gue , tangannya ngusap pentil susu gue secara beraturan.

Bibirnya ngejilatin bagian dalam kuping gue yang rada caplang , kadang ngemut juga bagian gelambir telinga ogud , terus berbisik supaya enggak kedengaran sama yang lain ” Mas Luki , pejunya jangan diabisin semua ya , kamu mau enggak ngerasain bokongnya Ita ” …Busyet bener khan doi doyan dibool , buktinya begitu gue pindahin jari kelobang pantatnya udah rada longgar , gila kali pak Raja , doyan bener sodomi bokinnya yang imut .

Gue cuma ngangguk dan nyodorin bibir gue buat ngerasain juga ciumannya si Ita .

Wangi banget deh si Ita , bau Kenzonya makin ngerangsang gue .

Biar adil nonoknya Rina yang jembutnya rapi gue rojok juga , masih agak kering tapi mantap itilnya tebal , karena ngerasa agak dicuekin kali , enggak sabar si Ita sekarang jongkok dibelakang Candra , tangan kanannya ngelus tetek dan pentilnya Candra dan tangan kirinya berusaha ngobok – ngobok nonoknya Candra yang makin basah , soalnya gue liat kadang – kadang si Ita jilatin jarinya yang basah berlendir , apalagi kalau bukan juicenya Candra yang asyik banget rasanya .

Candra makin asyik aja nyepong gue , badannya menggeliat – geliat karena keasyikan dikobel Ita , gue tau terkadang Ita masukin telunjuknya kedalam pantat Candra , entar gue timpa juga deh boolnya Candra , gue berandai andai .

Gue cuma bisa teriak kecil ” Ngentot…..gila ngentot enak bener sama kamu pada , Candra uhhhh…uhhhh….abis ini gue entotin elo ya , gue nggak mau ngentotin kamu dari belakang , gue mau ngentot sambil terus ngeliatin nonok kamu yang jembutnya gila..”

” Rina , gue mau ngentotin kamu sambil duduk biar gue bisa terus meres tetek kamu yang sexy banget ” gue ngomong terus ngaco .
” Ta , gue ngentotin kamu dari belakang ya Ta , gue pengen ngentot dilobang pantat Ta , abis elo sexy banget sih goyangnya ”

Elo gue saranin deh kalau lagi ngentot musti sering – sering ngomong yang vulgar , Ce jenis apapun makin nafsu dengernya , dan elo gue jamin makin nafsu kalau Ce yang bukan Cabo atau Pecun teriak ngomong vulgar juga . Wuih ai jamin dah…..

” Mas Luki , nanti pejunya buat Rina juga ya , jangan disemprot semua kemulutnya Candra ” Rina sambil narik perlahan rambut gue juga turut berharap dengan memandang nafsu kerah kontol gue yang udah abis dikemot Candra .” Terus gue kebagian apa dong , gue mau juga dong ngerasain pejunya Mas Luki ” Ita protes ke Rina pura – pura belum minta jatah dari gue .

Enggak tahan gue tarik kontol gue yang enggak begitu gede dari mulutnya Candra , gue dudukin si Rina kebangku ,
gue kangkangin pahanya yang juga seperti si Dian Nitami , penasaran gue sih mau liat dalemnya .

Gue jilat itilnya yang udah rada ngegelambir , gile cing juicenya asyik banget rasanya , banyak banget dan meleleh ke bagian lobang pantatnya . Tanggung gue jilat sekalian lobang pantatnya yang berwarna coklat , yang didalamnya masih juga bejembut .

Candra bantuin ngisepin teteknya Rina , tangannya ikut bantu ngedorong kepala gue supaya makin masuk ngejilatin nonoknya Rina yang rapi tercukur jembutnya . ” Ah gila Candraaaaa…….Mas Luki enak banget ya jilatannya , aduh mama…..mama….aku ndak tahan nih ,…..Candra elo apain sih pentil aku….enakkkkkk Can….” Rina meronta – ronta yang membuat toketnya bergelantungan kekiri dan kekanan , pemandangan semakin horny cing .

Eh kemana si imut Ita , doi kalem aja , pantat gue diangkat pelan sampai ketinggiannya sejajar kepala gue yang berada didaerah selangkangan Rina , doi duduk menyelinap melalui selangkangan gue sekarang jadi duduk menghadap kontol gue yang terayun bebas . Cepat dan tangkas dia hisap kontol gue dengan mulutnya yang mungil , maju mundur berupaya menelan habis seluruh batang kontol gue . Sesekali dia pindah mengulum biji peler gue yang jembutnya lumayanlah , wuih cing asyik banget…….

Saking imutnya seprti kancil dia menyelinap melalu selangkangan bergerak menuju arah belakang , dia remas – remas pantat gue..

Gue kaget , tiba tiba ada rasa aneh geli – geli asyik dilobang pantat gue yang sedikit berjembut ,….ih apaan sih …
Anjir …..rupanya lidahnya Ita yang menari disekitar lubang pantat yang kadang – kadang dia coba julurin masuk .
Nah sekarang gue enggak heran kenapa Homo doyan dimonon , rupanya emang enak kalau bool kita dimasukan sesuatu .

“Ta…..terus Ta….entar gantian deh gue jilatin anus kamu yang merah jambu…..terus Ta…asyik…, enak gila…..” gue sejenak melupakan tugas ngejilatin nonoknya Rina .
” Mas Luki….Rina hampir nih….lagi dong jilatin….tanggung dikit lagi Mas…aduh tega ya….” Rina mengharap gue bertindak .

Langsung gue sosor lagi nonoknya , gue jilat abis lelehan juicenya yang mengarah kelobang pantatnya , gue jilat terus …menuju bolnya dan Rina makin menggeliat – geliat seperti ayam yang dipotong tanggung .

” Mas…..entotin aku dong , sebentar aja deh pasti keluar ” Rina mengangkat kepala gue sambil berharap benar .

Gua bertindak gentle dong , jangan buat dia kecewa , secara berlutut gue pegang batang kontol gue yang masih basah karena campuran ludahnya Candra dan Ita . Ita sigap pindah tempat disisi kiri Rina , sementara si Candra tetap pada posisinya dikanan Rina sambil terus meremas toket pepayanya Rina .

Kesemuanya kelihatan menanti apa yang akan terjadi , ” Candra – Ita , gue ngentotin Rina duluan bukan berarti elo pada gue nomor duakan , gue janji deh elo semua satu persatu akan gue entotin juga ”

” Okay Mas , buat kita enggak ada masalah yang penting kita bener – bener ML ” Candra memberi semangat .
Gue salut abis sama si Candra , solidaritasnya tinggi , tidak egois , pantas dia jadi kepala gang .
” Ya Mas Luki , khan Mas Luki nantinya bisa ganti namanya jadi Mas Cipto ( Cicip roto ) ” si Ita ikut nimpalin .

Perlahan gue arahin kontol gue yang bentuknya agak mengarah kekiri kepalanya , enggak sulit masukin nonoknya Rina , tapi buat menghargai doi gue pura – pura merasa susah dong .

Blebessss……gile cing , emang bener ngentot tu enak banget .

Gue tolak pinggang pakai tangan kiri , kontol gue yang 15 cm maju – mundur terus , meliuk kiri kanan , berputar mencari itil dan G spotnya Rina ……….” Mas Luki ,……ya..ya…yang disitu yang marem Mas ” Rina bergetar , semua bagian bodynya yang enak – enak ada yang bertanggung jawab , nonok – toket kiri dan kanan , lobang pantat ada koordinator lapangannya ( KorLap )

” Enak ya kontolnya Mas Cipto ..eh Mas Luki ….,…terus Rin ..goyang terus Rin…nikmatin abis…jangan ditahan – tahan ” Candra tetap memilin pentilnya Rina sambil matanya nafsu melihat kontol gue yang bekerja dimemeknya Rina .
” Ayo terus Mas Luki …bikin si Rina puas ,…sini dong tangannya yang satu ” Candra bernasehat sambil minta jatah dirojer nonoknya .

Kalau mau jujur seharusnya gue musti muasin Candra duluan , disamping memang target utamanya khan dia tadinya , enggak pakai dua kali lagi gue masukin jari tengah gue kedalam nonoknya yang sudah semakin basah .

” Aghhhhhh….agh……. aku dapet Can…aku dapet Ta……, Mas….ini ya Mas rasanya enaknya ngentot ” Rina makin mengelinjang .
” Mas….nanti lagi ya….Massss…….asu….asu. ….peline kui lho Mas…, maremmmmmm” hu…keliatan aslinya deh si Rina , keluar Jawanya . Gue tancep lebih dalam kontol gue , tanpa gerakan lagi gue pendam habis….dan emang bener enaknya Ce Solo , tau enggak lo…tiba-tiba gue merasa ada sesuatu yang berputar – putar cepat dibagian kepala dan batang ..

” Aduh..aduh apaan nih Rin , aduh…gila asyik – asyik….” gue senyum sambil terus tancepin kontol gue .
” Nah , baru tau dia …makanya jangan main – main sama Ce Solo ” Rina nyubit perut gue sambil senyum lebar ngeledek .

Perlahan gue tarik keluar kontol gue yang masih ngaceng abis , keliatan makin berurat kayaknya .

” Waduh Candra , enggak salah deh kita janjian sama Mas Luki ” kata Rina sambil balik meres toketnya Candra dan Ita .
” Bener ya Rin , enak banget ya ngentotnya….ih kamu keringetan banget deh ” Ita melap keringat disekitar leher sampai perutnya Rina .

” Hayo ,sekarang siapa nih yang bertanggung jawab mengeluarkan peju gue ” dengan pura – pura marah gue liat kearah Candra .

Soalnya seperti gue bilang , Candra adalah target utama , jadi dia musti tau dong .

Read More

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Setubuhi Istri Tetangga Yang Alim

 Vanny Purnama     01.19.00     bokep     2 comments   
Jika malam itu adalah malam sial bagiku, mungkin benar… pasalnya siangnya Puspa istriku berangkat ke Semarang dijemput mas Tono kakak lelakinya, untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku memang ga ikut karena ga mungkin meninggalkan tugas kantor yang memang sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini…

Yang pertama malam ini aku bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Puspa istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama hampir seminggu kejantananku ga ketemu musuh …
Makanya sepulang kantor aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati… kubeli beberapa filem bokep… pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini…. Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini, hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalao playerku masih berada di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu….

Aaaaaahhh… aku ingat mas Budhi satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan dengan rumahku, aku bisa pinjam dia… kembali aku bernafas lega. Setelah mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku sempat heran, ga biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza miliknya ada di rumah, berarti mas Budhi ada dirumah… simpulku sederhana…

“ Mas Budhii… maaaaas…” panggilku dari luar pagar, sesekali kuketuk-ketukkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi beradu nyaring… Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala…. Biasanya mas budhi langsung buka pintu.

“ Eeeiii… Bimo… sorry ya…ayo masuk pagar ga dikunci kan..?” seru suara wanita yang sangat aku kenal, mbak Astrid istri mas Budhi keluar dari pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater.
“ Lho mas Budhi mana mbak… sudah tidur..? waduu jadi ngganggu neeh..?” kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Budhi ga muncul..

“ Mas Budhi sedang tugas ke Medan Bim… eh mau minum apa neeh..?” mbak Astrid wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu, pasalnya mba Astrid dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String putihnya… aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang BH nya… atau mungkin ga pake… yang aku tahu ibu ini buah dadanya sangat montok… Sebenarnya antara aku dan mbak Astrid sudah akrab sekali, bahkan kalo bercanda kadang-kadang agak seronok… tapi itu justru jika ada di depan mas Budhi atau ada Puspa istriku.. ketika berdua begini aku jadi kaya mati angin… sementara mba Astrid masih bersikap wajar…

“ Waah.. ga usah repot-repot mbak… aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa…” kataku dengan agak sungkan…

“ Ada kok Bim… bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah… sendirian di rumah… mau nonton film jorok ya..?” Tebak mbak Astrid yang tengah berlutut di lantai mencabuti kabel DVD player yang berada dibawah kolong membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu bagaikan tanpa celana…mau ga mau kejantananku yang sudah seminggu ga ketemu musuhnya merespon positif… mulai menggeliat bangun.

“ Waaah… eeehhh… anuu… buat nonton video pengantin temen yang baru diedit” jawabku sempat gagap…

“ Alllaaaaaa… ga usah ngelesslaaah… iya juga gapapa… udah gede ini…haa..haaa..” potong mbak Astrid sambil meletakkan benda elektronik tipis ini di meja… dengan posisi aga menunduk ini mataku menangkap 2 gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di dalam daster yang memang berleher rendah… dan mbak Astrid seolah ga merasa akan hal itu…

“ Haaa…haaa… mbak Astrid nuduh neeh… nonton bokep sendirian ga seru… kalo ditemenin mbak Astrid baru seruuu…” jawabku mulai terbawa gaya sembarangannya mbak Astrid…
“ Heeee..??? bener ya Bim..? seumur-umur aku belom pernah nonton bokep… soalnya mas Budhi ga pernah ngasih… kamu ada kan filemnya..?” cerocos mbak Astrid tanpa bisa kujawab… dan sebelum aku bisa jawab…
“ Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu….” Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang…

Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik mba Astrid… pikiranku jadi kacau, karena mba Astrid kepengen ikut nonton bokep sama aku… Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor aku bingung sendiri… aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan istri orang… Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan… Lulu anak Fakultas Psikologi, pendampingku setia nonton bokep… ujung-ujungnya kami saling melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex… Lulu ga mau aku setubuhi, katanya waktu itu dia masih perawan… Trus beberapa lagi Titiek, Anita, Mimi… kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus. Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman…

“ Heeeiii aku datang…! ko malah ngelamun Bim…?” Suara mba Astrid membuyarkan lamunanku. Mba Astrid datang dengan membawa tentengan berupa beberapa minuman kaleng dan makanan kecil..
“ Busyeeet bekelnya banyak bener…? Mau sampe pagi…?” seruku untuk menetralisir kebingunganku… Waddduuu… aku pikir mba Astrid tadi berganti baju yang lebih pantas, ternyata masih menggunakan baju tidur yang sama… ini namanya sial atau keberuntungan siiih..???
“ Heh..? siapa tau sampe pagi…? Bim aslinya… sebelum kamu datang tadi aku di dalam rumah sendirian, tuh takut… tau ga siih..? sepi bangeeet… makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi… setuju..?” celoteh mba Astrid panjang lebar bener-bener ga berubah sikapnya, ada atau ga ada suaminya…
“ Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Astrid menentukan pilihan…” kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan sampulnya…

Pilihan mba Astrid rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX… jadi sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai aku lihat wajah mba Astrid agak memerah dan sesekali merapatkan sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok….

“ Mmm… apa sih yang dikuatirkan mas Budhi dengan aku nonton Bokep, kalo beginian sih ga begitu ngaruh aku rasa Bim…?” kata mba Astrid sedikit arogan.. sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya…
“ Yang bener aja deeeh Nyonya Astrid..?? kalo nontonnya sama suami orang..?” Jawabku menggodanya.. entah kenapa aku bisa menemukan panggilan Nyonya Astrid untuknya yang selama ini ga pernah muncul..

“ Haa… haaa… suami Puspa sih anak kemaren sore mana berani macem-macem..?” sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya dicibirkan padaku… Memang usia mba Astrid lebih tua 2-3 tahun dari aku, makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi memang wajahku kata orang adalah baby face, innocent… seandainya orang tau kelakuanku di jaman kuliah dulu… pernah kencan ranjang dengan dosen manajemen… pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya… ibu kospun pernah aku embat… mungkin akan lain kesannya padaku dan kebetulan Puspa istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak tahu masa laluku yang brengsek…

“ Biim… iihh asyik banget tuh mereka yak..?” Gumam mba Astrid yang memang dasar mulutnya ga bisa diem… melihat adegan pose 69 kayanya heran banget…
“ Emang kamu belum pernah mba..?” sahutku polos…
“ Eeeh… enggak… no comment.. sssst diem aja ya sekarang..” kudengar mba Astrid menjawab gagap dan suaranya agak bergetar…. Benar saja suasana jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya ga kedengaran dari luar….

Tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas mba Astrid yang tidak teratur, seolah-olah terengah-engah… sedangkan aku juga sudah terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali ini adalah XXX… celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang, makanya kutumpangkan bantalan kursi agar ga terlihat oleh mba Astrid… awalnya aku ga begitu memperhatikan mba Astrid, karena aku sangat terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu… tapi beberapa kali kudengar mba Astrid menghela nafas panjangnya… dan beberapa kali merubah posisi duduknya, seolah gelisah… mulailah aku memperhatikan tingkah wanita yang menahan gejolak birahi….

kulihat sering nyonya muda ini meregangkan jari-jari tangannya…. dan kulihat wajah yang cantik berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum arak… Satu setengah jam berlalu… sesekali kulirik mba Astrid yang duduk di sebelahku persis… kegelisahannya kulihat semakin hebat… dan hilang sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama… Pada suatu saat menjelang film ini selesai… mata kami bertemu pandang… kulihat sorot mata yang aneh dari mba Astrid… sementara kurasa matakupun sudah aneh juga… dimata mba Astrid..

“ Biiiiiimmmm….” Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku
“ Ya mbaa…” jawabku tak kalah lirih, dalam pandanganku saat itu yang dihadapanku bukanlah Astrid sebagai wanita yang sudah kukenal baik…tetapi Astrid sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang menggelar libidonya… entah siapa yang memulai… tahu-tahu tangan kami sudah saling menggenggam… kuremas lembut jari-jari halus mba Astrid.

Mba Astrid menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya… kembali dia mengangkat wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa hangat dihidungku.. matanya menatapku penuh makna… Entah keberanian dari mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik mba Astrid… aah reaksi positif kudapatkan… kulumanku dibalasnya, sejenak bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan bibirnya dengan nafas terengah-engah.

“ Aaah Biimo… jangan… jangan diteruskan… bahaya…” katanya setengah berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku… tak akan kulepaskan nyonya cantik ini… kepalang tanggung..pikirku.

“ Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..?” sahutku sekenanya sambil mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang… sejenak dia meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang ternyata memang tak mengenakan bra… beberapa kali tangan halusnya menepiskan tanganku dari dadanya… tapi segera tanganku kembali ke tempat semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya… serangankupun kukendorkan.. kecupan bibirku kuperlembut demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit payudaranya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras…

“ Bimo… ssss… aku ngga tahaaan..” bisiknya pendek, dekat sekali suara itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilatinya…
“ Ikuti aja mba… nikmati aja..” bisikku mesra sambil menarik tali daster yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna merah kecoklatan… kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu, tubuh mba Astrid menggeliat sambil mendesah panjang…

“ Ssssssshhh… aaahh… Biimm..ooo.. aku.. takuut… mmmmmhh” Tak kupedulikan lagi kalimat-kalimat mba Astrid, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak layak untuk dilewatkan sesentipun… desah-desah resah berhamburan dari mulut mba Astrid, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri… tangannya mulai melingkar di leherku, betapa rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik mba Astrid mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam waktu yang lama….

“ Duuuh… ampuuunn…..” desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala bibirku mengecupinya… Tubuh atas mba Astrid sudah kutelanjangi, entah kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi. Tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri… Mba Astrid mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku… tubuhnya menggeliat erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya…

“ Owww… Biimmoo… jangaaan… aku ga mauu…” bisiknya sambil tangannya menahan daguku… ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G Stringnya yang sudah tampak bercak basah…
“ Kenapa mbak..?” tanyaku lembut..

“ Ssssshh… aku belum.. pernah… maluuu..” jawab mba Astrid, sambil berusaha menarik tubuhku ke atas… Busyeet jadi diapain aja tubuh indah ini sama mas Budhi..? Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu kusingkap ke samping…. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan ga begitu lebat… sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang masih orisinil… indah sekali belahan yang basah kulihat berdenyut-denyut… tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu….

“Aaaaahhh… Biiiimmoooo… kamu bandeeelll…” Erang mba Astrid dengan tubuh semakin hebat menggeliat… sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang lebar… kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa… setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku… hal ini membuat aku semakin kesetanan ditambah aroma vaginanya yang segar… bibirku menciumi bibir vaginanya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya…. sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras…

“ Biiimmmmooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt…” mba Astrid merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis… pinggulnya bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya…

“ Ooowwh… Biiimmm… sudaaaaahhhh aku ga tahaaaaan…” Suara mba Astrid semakin memilukan… Tiba-tiba tubuh mba Astrid bangkit dan mendorong lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh mba Astrid mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya…. payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku… wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mba Astrid ini kulihat semakin mempesonaku…

“ Bimooo… ayo masukin yaaah..?” Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar…
Alis indah di wajah cantik mba Astrid mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu…

“ Ouught… pelaaan Biiimm… ssssss… nyeriii…” keluhnya… sambil memepererat pelukannya… kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika palkonku berusaha menerobosnya… Tapi ibu muda ini sangat bersemangat untuk menuntaskan gairah binalnya… walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan kesakitan…. diiringi geal-geol pinggulnya… akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang sempit..

“ Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu Biimm..” Tubuh sintal mba Astrid ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil… kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan… besutan-besutan kecil kurasakan ketika mba Astrid mulai menggerakkan pinggulnya… dan gerakan itu semakin keras… dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan…. aku ga bisa menahan diri lagi untuk mengcounternya… aku mulai mengayun batang kemaluanku..

“ Biimmooo… oooohhh…sssshhhh” hanya itu desah-desah kalimat pendek yang sering terucap dari mulut mba Astrid yang dengan gemulai menarikan pinggulnya… diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif… sesekali bibir kami berpagutan liar… remasan gemas tanganku pada payudara montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas…

“ Biimm… Biimmoooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh..” gerakan tubuh mba Astrid semakin tak beraturan… dan rasanya akupun ga perlu menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama…
“ Tunggu mba..” desisku pendek.. dan bagaikan dikomandoin tubuh kami bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal…
“ Aaaaarrgh.. Biiiimmooo… aammmpuuuunn…” Tubuh mbak Astrid menggelepar hebat di atas tubuhku… betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya….

Hening…. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat… kulihat jarum jam didnding menunjukkan angka 11.30… tubuhku tetap rebah telentang… sedangkan tubuh mba Astrid tergolek disamping membelakangiku… Ketika deru nafas memburu kami mulai mereda… dan ketika keringat birahi kami mulai mengering…. kupeluk tubuh sintal mba Astrid dari belakang, tapi dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri… dan tubuh mbak Astrid beringsut menjauhiku… kudekati lagi tubuh itu dan kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu… kudengar isak tangisnya….

“ kenapa mba..?” tanyaku lembut… lama ga ada jawaban, isak tangis mba Astrid makin keras… kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku ditepisnya…
“ Bimo… aku sedih dengan kejadian ini… aku malu sama kamu.. dan aku merasa sudah melukai hati Puspa dan mas Budhi…” terdengar suara mba Astrid serak…

“ Malu kepadaku..? untuk apa malu…? justru aku merasa lebih dekat dan bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya ga seharusnya dengan jalan seperti ini… selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya, kurasa mas Budhi ataupun Puspa ga akan merasa kita sakiti..” jawabku panjang lebar..

“ Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan..” sahut mba Astrid dengan suara yang semakin tenang…

“ Mereka ga akan tahu selama kita ga memberitahu… dan kondisi kita saat ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus terpenuhi saat ini juga… kita tidak bisa menghindari mbak..” sahutku lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya… mba Astrid tak bereaksi walaupun masih mempunggungiku…

“Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini… bukan hanya sesaat…” sahut mba Astrid sambil membalikkan badannya, sehingga kembali payudara montoknya menempel di dadaku… matanya menatapku tajam penuh tantangan.. dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali…

“ sepanjang malam ini mba..?” tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping…
“ Yah… bukankah malam masih panjang Bim…?” bisiknya manja.. wajahnya ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan sangat bergairah…. Gairah liar birahi betina mba Astrid meletup dahsyat, aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa berubah sedemikian agresip… Batang kemaluanku rupanya benar-benar membikin ibu muda ini gemas setengah mati… tak hentinya tangan berjari lentik ini mengocok dan meremas-remasnya..

“ Bimo aku pengen “ini” kamu..” bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata “ini”…
“ Emang bisa..?” sahutku menggoda… wooww.. perutku digigit kecil mba Astrid dengan gemas…
“ Boleeeh enggaaa..?” rajuknya

“ Iyaaaa… habisiiin deeeh..” jawabku sambil kuremas pantat bulatnya… Awalnya kurasakan mba Astrid masih coba-coba… dengan sabar aku memberi arahan, karena beberapa kali palkonku terkena giginya… lumayan sakiit… Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan lidah dan lembutnya bibir mba Astrid membasuk batang kemaluanku… kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam sampai ujung kerongkongannya… sampai mba Astrid tersedak..

“ Eeeii.. jangan diabisin mbaa..” kataku lembut… melihat mba Astrid tersedak..

“ Abis gemeees aku Bim… punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi…” bisiknya manja, memberi alasan…
Akhirnya kami membuat posisi 69, mba Astrid menindihku dengan posisi mengangkangi wajahku… Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai orgasme… kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh kami sudah tak berirama, detik-detik akhir mba Astridpun kurasakan… beberapa kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin liar… aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar, membuatku semakin mendekati titik kulminasi…

“ Eeeeeehhhkkk… Biiiimmmm… niiiikkkkmaaaattnyaaa…” rengek mba Astrid panjang, tubuhnya menggeliat hebat… kedua kakinya meregang.. besotan meki ke mulutkupun makin hebat… lidahku kujulurkan jauh kedalam liang becek yang kurasakan mengedut-ngedut…

“ Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr…” Desahku selang tak lama setelah palkonku kembali dihajar lidah dan mulut mba Astrid… busyeeet, bukannya melepaskan kuluman bibirnya di palkonku, mba Astrid malah memperhebat aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang kemaluanku… Apa dayaku… tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam mulut mba Astrid yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku… tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut, seakan spermaku ingin diperas habis… setelah dirasa tetes terakhir… buru-buru mba Astrid bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah dan diteguknya sampai tandas…

“ Iiih… rasanya aneh… banyak banget, kentel lagi… kenyang deh aku Bim… tapi enaak kok, asin ada gurihnya..” komentar mba Astrid dengan pengalaman barunya… Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan lemasnya tubuh…

Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mba Astrid menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Budhi, yang monotone, mas Budhi terlalu polos dan lurus dalam soal sex.. sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mba Astrid tidak merasa kekurangan, karena selain mas Budhi memang punya stamina tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mba Astrid adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan cepat mencapai puncak orgasme…

“ Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Budhi sedang nyuci mobil dengan kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis… seeerrrr… langsung.. basah juga deh CD ku… dan langsung kutarik mas budhi kekamar dan aku telanjangi…. haa.. haaa.. dapet dua kali…” tutur mba Astrid sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi…

Kembali kami nonton bokep yang belum kami tonton… belum seperempat jam Asia Carrera beraksi…

“ Biiiimmm… nggaaa tahaaan neeh… keburu pagi…” Desah mba Astrid manja dengan nafas yang sudah ngos-ngosan… apalagi dengan membengkaknya batang kemaluanku yang dari tadi ga lepas dari genggamannya.
“ Mba Astrid pingin diapain..?” bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya

“ Pingin kaya di film itu…” jawabnya manja… tanpa disuruh mba Astrid menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak mengangkang… kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit kemaluannya mengarah keluar… mba Astrid kembali mengerang gemas ketika palkonku mulai merentangkan otot liang sanggamanya… ketika pantat montok itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa… mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi… Aku membuktikan mba Astrid memang wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali berkobar birahinya… dan mba Astrid menghendaki berganti posisi setelah dia mencapai orgasme… saking seringnya dia mencapai orgasme… hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mba Astrid mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal… Ketika pada orgasme mba Astrid yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir sampai… mba Astrid menyadari itu…

“ Biimm… tumpahkan dimulutku sayaaang… aku suka peju kentel kamu…” rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya… dan dengan bernafsu sekali mba Astrid menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai… Tubuh mba Astrid kembali rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua… rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat… terlihat sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat…

Ketika aku keluar dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower, kulihat mba Astrid tertidur pulas dengan bibir tersenyum… kulihat jam menunjukkan jam 03.45… kurebahkan tubuhku disisinya… kubelai lembut rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi… kukecup keningnya yang sedikit nonong… kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur yang sempurna… wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung mancung berbentuk ramping, mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak besar… bulu mata yang lentik dan panjang… alisnya seperti di gambar… postur tubuhnyapun proporsional antara tinggi dan beratnya… sekitar 165 – 170 cm… buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B…. memang masih kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke depan, berwarna merah kecoklatan…

perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah… pinggang ramping menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang panjang berbentuk atletis…. Rupanya aku tak dapat menahan kantukku… Aku membuka mata kulihat mbak Astrid bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan pakaian sudah lengkap membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku kulihat jam dinding menunjukkan pukul 05.15…

“Biim, aku pulang dulu yaa..?” kata mbak Astrid, wajahnya sudah segar, rupanya sempat mencuci mukanya sebelum membangunkanku…
“ Eeeh… buru-buru sih..? kan masih pagi… “ jawabku sambil menarik pinggangnya…

“ Bimo kamu gila… liat tuh udah terang…” protesnya ketika tubuhnya menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut menggeliat bangun saat aku bangun…. kembali kugumuli tubuh indah yang kini sudah berdaster lengkap dengan sweaternya….

“ Aaaahhh Bimmooo… ga mauuk… bauuuk ga enak..” protesnya manja tapi tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang kemaluanku kembali menggelosor memasuki tubuhnya…

“ Biiimmo… asli aku ga mampu menolak yang begini iniii ooohhkk…” desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang sanggamanya yang sempit…
“ Ayyuu Biiimmm… keburu mbak Suti dateng…” bisik mbak Astrid di deket telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci yang tiap pagi datang ke rumahnya….
“Owwkk.. Biiimmm… giiilllaa kamuuu… aku berasaa lagiii…” rengek mbak Astrid lirih.. kurasakan tubuhnya mulai menegang…
“ Mmmhh… tuungguuu mbaakk..” Kupergencar pompaanku… tubuh mbak Astrid makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di tubuhku…

“ Oooowww… nggaaaaa tahaaaan Biiiimmm…!” teriakan keras mba Astrid menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang sanggama mba Astrid…. Kembali kami terkapar di atas karpet… kali ini mbak Astrid ngga lagi telanjang… hanya dasternya aja tersingkap sampai ke perut… Setelah nafsnya kembali teratur mbak Astrid beringsut bangkit sambil memungut celana G Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya…

“ Udah ya Bim… makasih banget untuk malam panjang ini… aku ga akan melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini saja… jangan sampai kita ulang ya Biim… janji ya..?” kata mbak Astrid sendu… akupun mengangguk saja, ngga ada kalimat yang mampu terucap dari mulutku… Kuantar mbak Astrid sampai pintu ruang tamu, karena aku masih telanjang bulat… Nggak sampai setengah menit mba Astrid menutup pintu rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu datang…

Memang kejadian itu ga terulang lagi sampai saat ini dan hubungan keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mba Astrid dan Puspa istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati aku dan mbak Astrid… beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali mbak Astrid curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone… hanya sebatas itu…

Read More

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Pelampiasan Sex Ibu Guru Pengganti

 Vanny Purnama     01.13.00     bokep     No comments   
Waktu itu aku masih kelas dua, di salah satu SMA Negeri di Bandung. Aku termasuk salah satu siswa dengan segudang kegiatan. Dari mulai aktif di OSIS, musik, olah raga, sampai aktif dalam hal berganti-ganti pacar. Tapi satu hal yang belum pernah kulakukan saat itu hubungan kelamin Sering kali aku berkhayal sedang berhubungan badan dengan salah satu wanita yang pernah menjadi pacarku. Tapi aku tidak punya keberanian untuk meminta, mengajak ataupun melakukan itu. Mungkin karena cerita sahabatku yang terpaksa menikah karena telah menghamili pacarnya dan sekarang hidupnya hancur lebur. Itu mungkin yang bikin kutakut, setengah mati. Tapi aku menyukai rasa takut itu, bukankah rasa takut itu yang bisa menjauhkan aku dari perbuatan dosa.

Suatu saat, datang gerombolan guru praktek dari IKIP Bandung yang akan menggantikan guru kami untuk beberapa minggu. Salah satu dari guru praktek itu bernama Lisa. Dia begitu cantik, ah bukan… bukan cantik… tapi dia sempurna. Peduli setan dengan matematika yang diajarkannya, aku hanya ingin menikmati wajahnya, memeluk tubuhnya yang tinggi semampai, mengecup bibirnya, dan… aku pun berkhayal sangat jauh, tapi semua itu tidak mungkin. Dengan pacarku yang seumur denganku saja, aku tidak berani, apalagi dengan Lisa.

Singkat cerita, aku melaju dengan motorku. Hari sudah sore aku harus cepat sampai di rumah. Dalam perjalanan kulihat Ibu Lisa. Aku memberanikan diri menghampirinya. Setelah sedikit berbasa-basi dia bercerita bahwa dirinya baru saja pindah kost dan tempat kost yang sekarang letaknya tepat di tengah-tengah antara sekolahku dengan rumahnya. Sehingga setiap sore aku mengantarkannya ke tempat kost-nya. Kejadian itu berlangsung setiap hari selama satu minggu lebih. Kami berdua mulai akrab, bahkan nantinya terlalu akrab.

Seperti biasanya, aku mengantarkan Ibu Lisa pulang ke kost-nya. Anehnya saat itu, dia tidak ingin langsung pulang tapi mengajakku jalan-jalan di pertokoan di daerah Alun-Alun Bandung. Setelah puas kami pun pulang menuju ke kost Ibu Lisa. Dan ketika kupamit Ibu Lisa memegang tanganku dan…
“Jangan dulu pulang, dong!” Ibu Lisa menahanku, tapi memang inilah yang selama ini kuharapkan.
“Udah malam Bu, takut entar dimarahi…” Perkataanku terhenti melihat dia menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya yang kecil.
“Jangan panggil aku Ibu Lisa, coba tebak berapa umurku?” ternyata umurnya terpaut lima tahun dengan umurku yang saat itu 17 tahun.
“Panggil aku Lisa.” Aku hanya menganggukkan kepalaku.
“Sini yuk, aku punya baju baru yang akan aku pamerkan kepadamu.”
Ditariknya tanganku menuju kamarnya, jantungku mulai berdetak kencang.

Sesampainya di kamar, dia menyuruhku duduk di depan televisi yang memperlihatkan pahlawan kesayanganku, McGyver. Lisa kemudian menghampiri lemari pakaian di samping televisi.
“Aku punya tiga buah baju baru, coba kamu nilai mana yang paling bagus.”
Kujawab dengan singkat, “OK!” lalu kembali aku menonton McGyver kesayanganku. Walaupun mataku tertuju ke pesawat televisi, tapi aku dapat melihat dengan jelas betapa dia dengan santainya membuka baju seragam kuliahnya, jantungku berdebar keras. Lisa hanya menyisakan BH berwarna hitam dan celana dalam hitam. Dia melakukan gerakan seolah sedang mencari pakaian di tumpukan bajunya yang tersusun rapih di dalam lemari.

“Aku tidak bisa menemukan baju baruku, kemana ya?” Aku hanya terdiam pura-pura menonton TV, tapi pikiranku tertuju kepada belahan pantat yang hanya tertutup kain tipis. Sesekali dia membalikkan tubuhnya sehingga aku bisa melihat dua buah benda yang menggunung di balik BH-nya. Akhirnya dia mengenakan gaun tidur berwarna pink yang sangat tipis, Lalu dia menghampiriku, dan kami berdua duduk berhadapan.

“Kamu kenapa, kok pucat”, aku terdiam.
“Kamu takut ya?” Aku tetap terdiam.
“Aku tau kamu suka aku.” Aku terdiam.
“Hey, ngomong dong.” Aku tetap terdiam.
Dalam kediamanku selama itu aku menyimpan sesuatu di dadaku yang berdetak sangat kencang dan keras serasa ingin meledak ketika dia menempelkan bibir mungilnya ke bibirku. Dia melumat bibirku, sedikit buas tapi mesra. Aku mulai memberanikan diri untuk membalasnya. Kugerakkan bibirku dan kulumat kembali bibirnya. Tak lama kemudian, telapak tangan lisa yang hangat meraih pergelangan tanganku. Dibawanya tanganku ke arah buah dadanya. Jantungku saat itu sangat tidak karuan. Kuremas buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi tidak juga terlalu kecil, tapi aku dapat merasakan betapa kencangnya kedua gunung surga itu. Lidah kami pun mulai bermain.

Tiba-tiba dia mendorongku, terus mendorongku sehingga aku telentang di atas karpet kamarnya. Aku hanya menurut dan tak bergerak. Lisa membuka baju tidurnya yang tipis. Kali ini dia tidak berhenti ketika hanya BH dan CD-nya saja yang melekat di tubuhnya, tapi BH-nya kemudian terjatuh ke karpet. Belum sempat aku bergerak, Lisa menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, buah dadanya yang sangat keras menindih dadaku.

“Kamu suka, ya?” aku mengangguk. Aku tak kuasa menahan diri, ketika aku mengangkat kepalaku untuk melumat bibirnya kembali, dia menahan kepalaku, aku heran. “Ke.. ke… kenapa Lis?” kataku terbata-bata. Dia hanya tersenyum, lalu dengan santainya dia memanjat turun tubuhku. Aku hanya terdiam, aku tidak berani bergerak. Aku bagaikan seorang prajurit yang hanya bergerak berdasarkan komando dari Lisa. Dia mulai membelai pahaku dan sedikit mempermainkan selangkanganku. Sesekali dia menciumi celana seragam abu-abuku tepat pada bagian batang kejantananku. Aku memejamkan mata, aku pasrah, “Aku… aku… ah…!”

Aku membiarkannya, ketika Lisa mulai membuka celana seragamku, mulai dari ikat pinggangku dan berlanjut dengan menyingkapkan CD-ku. Dia meraih batang kemaluanku dengan mesranya.
“Ah… crot… crot… crot…!” Aku tak kuasa menahan diriku ketika bibirnya yang mungil menyentuh kepala kemaluanku. Aku malu, malu setengah mati.
“Tenang, itu biasa kok.”
Senyumnya membuat rasa maluku hilang, senyum dari wajah sang bidadari itu membuat keberanianku muncul, “Ya aku berani, aku nekat!”

Aku menarik kepalanya dan membalikkan tubuhku, sehingga aku berada tepat di atasnya. Dia sedikit kaget, tapi hal itu membuat aku suka dan makin berani. Aku beranjak ke bawah, kubuka CD-nya. Saat itu yang ada dipikiranku hanya satu, aku harus mencontoh film-film biru yang pernah kutonton.

“Kamu mulai nakal, ya.”
“Ibu guru tidak suka.”
Aku tak memperdulikan candanya. Kuturunkan CD-nya perlahan, kulihat sekilas rumput kecil yang menutupi celah surganya. Seketika kucumbu dan kumainkan lidahku di celah surga itu. Tangan kananku terus menarik CD-nya sampai ke ujung kakinya dan kulempar entah jatuh di mana. Aku menghentikan sejenak permainan lidahku, kuangkat pinggul yang indah itu dan kugendong dia menuju ke tempat tidur yang terletak tepat di belakang kami berdua. Kuletakkan tubuh semampai dengan tinggi 173cm itu tepat di pinggir tempat tidur. Aku kemudian berjongkok, dan kembali memainkan lidahku di sekitar celah surganya, bahkan aku berhasil menemukan batu kecil di antara celah itu yang setiap kutempelkan lidahku dia selalu mengerang, mendesah, bahkan berteriak kecil.

Tangan kiriku ikut bermain bersama lidahku, dan tangan kananku membersihkan sisa air mani yang baru saja keluar. Wow… batang kejantananku sudah keras lagi. Ketika aku sedang asyik bermain di celah surganya, dia menarik kepalaku. “Buka celana kamu, semuanya…!” Aku menurut dan kembali menindih tubuhnya. Setelah kepala kami berdekatan dia mencium bibirku sekali dan kemudian dia tersenyum, hanya saat itu matanya sudah sayu, tidak lagi bulat penuh dengan cahaya yang sangat menyilaukan.

Dia mengangkat kepalanya disertai tangan kananya meraih batangku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya. Tapi ketika batangku menyentuh bibir lubang kemaluannya, “Crot… cret… creeett…!” Kembali aku meraih puncakku, dia pun tersenyum. Hanya saat itu aku tidak lagi malu, yang ada dipikiranku hanyalah aku ingin bisa memuaskannya sebelum orgasmeku yang ketiga. Aku heran setelah orgasme yang pertama ini batang kejantananku tidak lagi lemas, kubiarkan Lisa mengocok-ngocok batanganku, dengan hanya melihat garis wajah milik sang bidadari di depanku dan juga membelai rambutnya yang hitam legam, aku kembali bernafsu.

“Pelan-pelan aja tidak usah takut.” Dia berbisik dan tersenyum padaku. Tak karuan perasaanku saat itu, apalagi ketika kepala kemaluanku dioles-oleskannya ke bibir kemaluannya. Tangannya yang kecil mungil itu akhirnya menarik batang kemaluanku dan membimbingnya untuk memasuki lubang kewanitaannya.
“Bles… sss… sek!” Batangku sudah seratus persen tertanam di lubang surganya. Rasa percaya diriku semakin meningkat ketika aku menyadari bahwa aku tidak lagi mengalami orgasme. Aku mulai menarik pinggulku sehingga kemaluanku tertarik keluar dan membenamkannya lagi, terus menerus berulang. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk begitu seterusnya.

“Oh Dig…!” Dia mulai memanggil nama akrabku, aku dipanggil Jedig oleh sahabat-sahabatku. Selama ini Lisa hanya memanggil nama asliku seperti yang tertera di dalam absen kelasku. “Dig, terus… kamu mulai pintar…” Aku tak peduli, aku terus bergerak naik turun. Aku merasakan batang kemaluanku yang basah oleh cairan dari lubang surga milik Lisa. Naik dan turun hanya itu yang kulakukan. Sesekali aku mencium bibirnya, sesekali tanganku mempermainkan bibir dan buah dadanya.

“Ah… ah… ah, ah… oh!” Nafasnya memburu.
“Ah Dig… ah… ah… ooowww!” Dia berteriak kecil, matanya sedikit melotot dan kemudian dia kembali tersenyum. Aku terdiam sejenak, aku heran kenapa dia melakukan itu. Yang kuingat, saat itu batang kemaluanku serasa disiram oleh cairan hangat ketika masih ada di dalam lubang kemaluannya. “Ntar dulu ya Jedig Sayang.” Dia mengangkat tubuhnya sehingga kemaluanku terlepas, aku menahan tubuhnya. Aku tak ingin kemaluanku terlepas aku masih ingin terus bermain. “Eit… sabar dong, kita belum selesai kok.” Kulihat dirinya memutar tubuhnya kemudian nungging di depan mataku. Aku sangat mengerti apa yang harus kulakukan, ya… seperti di film-film itu.

Aku mendekatinya dengan batang kemaluanku yang sudah siap menghunus lubang kemaluannya. Aku mencoba memasukannya, tapi aku mengalami kesulitan. Satu, dua, ya dua kali aku gagal memasukan batangku. Akhirnya dia menggunakan tangan mungilnya untuk membimbing batangku. “Blesss…” Batangku masuk dengan perlahan. Berbeda dengan tadi, sekarang aku tidak lagi naik turun tetapi maju mundur. Kami berdua mendesah. Nafas kami saling memburu. Terus dan terus lagi. “Ah… oh… uh… terus Dig…, ah… oooww!” Kembali dia berteriak kecil, saat ini aku mengerti, setiap kali dia berteriak pasti kemudian dia merubah posisinya. Benar saja posisi kami kembali seperti posisi awal. Dia telentang di bawah dan aku menindihnya di atas. Aku tidak lagi memerlukan tangan mungilnya untuk membimbingku. Aku sudah bisa memasukan batang kemaluanku sendiri tepat menuju lubang surga yang sesekali beraroma harum bunga itu.

Kembali aku melakukan naik dan turun. Kali ini aku menjadi siswa yang benar-benar aktif, tidak hanya di sekolah tapi di ranjang. Kuangkat kaki kanannya, kujilati betisnya yang tanpa cacat itu sambil terus menggerakan pinggulku.

Beberapa saat kemudian, aku merasakan darahku mengalir dengan keras, ada sesuatu di dalam tubuhku yang siap untuk meledak. Gerakanku semakin kencang, cepat, dan tidak teratur.
“Terus Dig, lebih cepat lagi… terus lebih cepat lagi Dig, terus.”
Gerakanku semakin cepat. Kami berdua sudah seperti kuda liar yang saling kejar-mengejar sehingga terdengar suara nafas yang keras dan saling sambut menyambut.
“Terus Dig, terus… ah… uh… oh…!”
“Oban sayang… ah… dig… dig… dig… aaoowww!”

Saat ini teriakannya sangat keras dan kulihat matanya sedikit melotot dan giginya terkatup dengan sangat keras. Kemudian dia terjatuh.
“Dig cepetan ya sayang…!”
“Aku capek.”
Aku tak bisa berhenti menggerakan tubuhku, sepertinya ada suatu kekuatan yang mendorong dan menarik pinggulku.
“Ah… oh… Ufff… aaah…!”
“Crot… cret… cret…!”
Muncratlah air kenikmatan itu dari tubuhku. Aku terjatuh di sampingnya, aku puas! Dia tersenyum padaku dan memelukku, dia menaruh kepalanya di dadaku. Setelah mengecup bibirku kami berdua pun tertidur pulas.

Beberapa bulan setelah percintaanku dengan Ibu Lisa… Perpisahaan pun dimulai, setelah aku memainkan beberapa lagu di panggung perpisahaan untuk menandakan berakhirnya masa kerja praktek mahasiswa-mahasiswa IKIP di sekolahku. Kulihat mereka menaiki bus bertuliskan IKIP di pinggirnya. Aku mencari Lisa, bidadari yang merenggut keperjakaanku.
“Lisa… hey…!” Lisa menengok dan matanya melotot.
“Ups… Ibu Lisa!” Aku lupa, dia kan guruku.
“Sampai ketemu lagi ya, jangan lupa belajar!” sambil menaiki tangga bus dia menyerahkan surat padaku. Aku langsung membaca dan tak mengerti apa maksud dari tulisan itu.

Akhirnya bus itu pergi dan saat itulah saat terakhir aku melihatnya. Aku tak akan pernah lupa walaupun hanya sekali aku melakukannya dengan Lisa. Tapi itu sangat berbekas. Aku selalu merindukannya. Bahkan aku selalu berkhayal aku ada di dekat dia setiap aku dekat dengan perempuan. Sekarang ketika aku sudah duduk di bangku kuliah aku baru mengerti apa arti dari surat Lisa.Suatu saat, datang gerombolan guru praktek dari IKIP Bandung yang akan menggantikan guru kami untuk beberapa minggu. Salah satu dari guru praktek itu bernama Lisa. Dia begitu cantik, ah bukan… bukan cantik… tapi dia sempurna. Peduli setan dengan matematika yang diajarkannya, aku hanya ingin menikmati wajahnya, memeluk tubuhnya yang tinggi semampai, mengecup bibirnya, dan… aku pun berkhayal sangat jauh, tapi semua itu tidak mungkin. Dengan pacarku yang seumur denganku saja, aku tidak berani, apalagi dengan Lisa.

Singkat cerita, aku melaju dengan motorku. Hari sudah sore aku harus cepat sampai di rumah. Dalam perjalanan kulihat Ibu Lisa. Aku memberanikan diri menghampirinya. Setelah sedikit berbasa-basi dia bercerita bahwa dirinya baru saja pindah kost dan tempat kost yang sekarang letaknya tepat di tengah-tengah antara sekolahku dengan rumahnya. Sehingga setiap sore aku mengantarkannya ke tempat kost-nya. Kejadian itu berlangsung setiap hari selama satu minggu lebih. Kami berdua mulai akrab, bahkan nantinya terlalu akrab.

Seperti biasanya, aku mengantarkan Ibu Lisa pulang ke kost-nya. Anehnya saat itu, dia tidak ingin langsung pulang tapi mengajakku jalan-jalan di pertokoan di daerah Alun-Alun Bandung. Setelah puas kami pun pulang menuju ke kost Ibu Lisa. Dan ketika kupamit Ibu Lisa memegang tanganku dan…
“Jangan dulu pulang, dong!” Ibu Lisa menahanku, tapi memang inilah yang selama ini kuharapkan.
“Udah malam Bu, takut entar dimarahi…” Perkataanku terhenti melihat dia menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya yang kecil.
“Jangan panggil aku Ibu Lisa, coba tebak berapa umurku?” ternyata umurnya terpaut lima tahun dengan umurku yang saat itu 17 tahun.
“Panggil aku Lisa.” Aku hanya menganggukkan kepalaku.
“Sini yuk, aku punya baju baru yang akan aku pamerkan kepadamu.”
Ditariknya tanganku menuju kamarnya, jantungku mulai berdetak kencang.

Sesampainya di kamar, dia menyuruhku duduk di depan televisi yang memperlihatkan pahlawan kesayanganku, McGyver. Lisa kemudian menghampiri lemari pakaian di samping televisi.
“Aku punya tiga buah baju baru, coba kamu nilai mana yang paling bagus.”
Kujawab dengan singkat, “OK!” lalu kembali aku menonton McGyver kesayanganku. Walaupun mataku tertuju ke pesawat televisi, tapi aku dapat melihat dengan jelas betapa dia dengan santainya membuka baju seragam kuliahnya, jantungku berdebar keras. Lisa hanya menyisakan BH berwarna hitam dan celana dalam hitam. Dia melakukan gerakan seolah sedang mencari pakaian di tumpukan bajunya yang tersusun rapih di dalam lemari.

“Aku tidak bisa menemukan baju baruku, kemana ya?” Aku hanya terdiam pura-pura menonton TV, tapi pikiranku tertuju kepada belahan pantat yang hanya tertutup kain tipis. Sesekali dia membalikkan tubuhnya sehingga aku bisa melihat dua buah benda yang menggunung di balik BH-nya. Akhirnya dia mengenakan gaun tidur berwarna pink yang sangat tipis, Lalu dia menghampiriku, dan kami berdua duduk berhadapan.

“Kamu kenapa, kok pucat”, aku terdiam.
“Kamu takut ya?” Aku tetap terdiam.
“Aku tau kamu suka aku.” Aku terdiam.
“Hey, ngomong dong.” Aku tetap terdiam.
Dalam kediamanku selama itu aku menyimpan sesuatu di dadaku yang berdetak sangat kencang dan keras serasa ingin meledak ketika dia menempelkan bibir mungilnya ke bibirku. Dia melumat bibirku, sedikit buas tapi mesra. Aku mulai memberanikan diri untuk membalasnya. Kugerakkan bibirku dan kulumat kembali bibirnya. Tak lama kemudian, telapak tangan lisa yang hangat meraih pergelangan tanganku. Dibawanya tanganku ke arah buah dadanya. Jantungku saat itu sangat tidak karuan. Kuremas buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi tidak juga terlalu kecil, tapi aku dapat merasakan betapa kencangnya kedua gunung surga itu. Lidah kami pun mulai bermain.

Tiba-tiba dia mendorongku, terus mendorongku sehingga aku telentang di atas karpet kamarnya. Aku hanya menurut dan tak bergerak. Lisa membuka baju tidurnya yang tipis. Kali ini dia tidak berhenti ketika hanya BH dan CD-nya saja yang melekat di tubuhnya, tapi BH-nya kemudian terjatuh ke karpet. Belum sempat aku bergerak, Lisa menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, buah dadanya yang sangat keras menindih dadaku.

“Kamu suka, ya?” aku mengangguk. Aku tak kuasa menahan diri, ketika aku mengangkat kepalaku untuk melumat bibirnya kembali, dia menahan kepalaku, aku heran. “Ke.. ke… kenapa Lis?” kataku terbata-bata. Dia hanya tersenyum, lalu dengan santainya dia memanjat turun tubuhku. Aku hanya terdiam, aku tidak berani bergerak. Aku bagaikan seorang prajurit yang hanya bergerak berdasarkan komando dari Lisa. Dia mulai membelai pahaku dan sedikit mempermainkan selangkanganku. Sesekali dia menciumi celana seragam abu-abuku tepat pada bagian batang kejantananku. Aku memejamkan mata, aku pasrah, “Aku… aku… ah…!”

Aku membiarkannya, ketika Lisa mulai membuka celana seragamku, mulai dari ikat pinggangku dan berlanjut dengan menyingkapkan CD-ku. Dia meraih batang kemaluanku dengan mesranya.
“Ah… crot… crot… crot…!” Aku tak kuasa menahan diriku ketika bibirnya yang mungil menyentuh kepala kemaluanku. Aku malu, malu setengah mati.
“Tenang, itu biasa kok.”
Senyumnya membuat rasa maluku hilang, senyum dari wajah sang bidadari itu membuat keberanianku muncul, “Ya aku berani, aku nekat!”

Aku menarik kepalanya dan membalikkan tubuhku, sehingga aku berada tepat di atasnya. Dia sedikit kaget, tapi hal itu membuat aku suka dan makin berani. Aku beranjak ke bawah, kubuka CD-nya. Saat itu yang ada dipikiranku hanya satu, aku harus mencontoh film-film biru yang pernah kutonton.

“Kamu mulai nakal, ya.”
“Ibu guru tidak suka.”
Aku tak memperdulikan candanya. Kuturunkan CD-nya perlahan, kulihat sekilas rumput kecil yang menutupi celah surganya. Seketika kucumbu dan kumainkan lidahku di celah surga itu. Tangan kananku terus menarik CD-nya sampai ke ujung kakinya dan kulempar entah jatuh di mana. Aku menghentikan sejenak permainan lidahku, kuangkat pinggul yang indah itu dan kugendong dia menuju ke tempat tidur yang terletak tepat di belakang kami berdua. Kuletakkan tubuh semampai dengan tinggi 173cm itu tepat di pinggir tempat tidur. Aku kemudian berjongkok, dan kembali memainkan lidahku di sekitar celah surganya, bahkan aku berhasil menemukan batu kecil di antara celah itu yang setiap kutempelkan lidahku dia selalu mengerang, mendesah, bahkan berteriak kecil.

Tangan kiriku ikut bermain bersama lidahku, dan tangan kananku membersihkan sisa air mani yang baru saja keluar. Wow… batang kejantananku sudah keras lagi. Ketika aku sedang asyik bermain di celah surganya, dia menarik kepalaku. “Buka celana kamu, semuanya…!” Aku menurut dan kembali menindih tubuhnya. Setelah kepala kami berdekatan dia mencium bibirku sekali dan kemudian dia tersenyum, hanya saat itu matanya sudah sayu, tidak lagi bulat penuh dengan cahaya yang sangat menyilaukan.

Dia mengangkat kepalanya disertai tangan kananya meraih batangku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya. Tapi ketika batangku menyentuh bibir lubang kemaluannya, “Crot… cret… creeett…!” Kembali aku meraih puncakku, dia pun tersenyum. Hanya saat itu aku tidak lagi malu, yang ada dipikiranku hanyalah aku ingin bisa memuaskannya sebelum orgasmeku yang ketiga. Aku heran setelah orgasme yang pertama ini batang kejantananku tidak lagi lemas, kubiarkan Lisa mengocok-ngocok batanganku, dengan hanya melihat garis wajah milik sang bidadari di depanku dan juga membelai rambutnya yang hitam legam, aku kembali bernafsu.

“Pelan-pelan aja tidak usah takut.” Dia berbisik dan tersenyum padaku. Tak karuan perasaanku saat itu, apalagi ketika kepala kemaluanku dioles-oleskannya ke bibir kemaluannya. Tangannya yang kecil mungil itu akhirnya menarik batang kemaluanku dan membimbingnya untuk memasuki lubang kewanitaannya.
“Bles… sss… sek!” Batangku sudah seratus persen tertanam di lubang surganya. Rasa percaya diriku semakin meningkat ketika aku menyadari bahwa aku tidak lagi mengalami orgasme. Aku mulai menarik pinggulku sehingga kemaluanku tertarik keluar dan membenamkannya lagi, terus menerus berulang. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk begitu seterusnya.

“Oh Dig…!” Dia mulai memanggil nama akrabku, aku dipanggil Jedig oleh sahabat-sahabatku. Selama ini Lisa hanya memanggil nama asliku seperti yang tertera di dalam absen kelasku. “Dig, terus… kamu mulai pintar…” Aku tak peduli, aku terus bergerak naik turun. Aku merasakan batang kemaluanku yang basah oleh cairan dari lubang surga milik Lisa. Naik dan turun hanya itu yang kulakukan. Sesekali aku mencium bibirnya, sesekali tanganku mempermainkan bibir dan buah dadanya.

“Ah… ah… ah, ah… oh!” Nafasnya memburu.
“Ah Dig… ah… ah… ooowww!” Dia berteriak kecil, matanya sedikit melotot dan kemudian dia kembali tersenyum. Aku terdiam sejenak, aku heran kenapa dia melakukan itu. Yang kuingat, saat itu batang kemaluanku serasa disiram oleh cairan hangat ketika masih ada di dalam lubang kemaluannya. “Ntar dulu ya Jedig Sayang.” Dia mengangkat tubuhnya sehingga kemaluanku terlepas, aku menahan tubuhnya. Aku tak ingin kemaluanku terlepas aku masih ingin terus bermain. “Eit… sabar dong, kita belum selesai kok.” Kulihat dirinya memutar tubuhnya kemudian nungging di depan mataku. Aku sangat mengerti apa yang harus kulakukan, ya… seperti di film-film itu.

Aku mendekatinya dengan batang kemaluanku yang sudah siap menghunus lubang kemaluannya. Aku mencoba memasukannya, tapi aku mengalami kesulitan. Satu, dua, ya dua kali aku gagal memasukan batangku. Akhirnya dia menggunakan tangan mungilnya untuk membimbing batangku. “Blesss…” Batangku masuk dengan perlahan. Berbeda dengan tadi, sekarang aku tidak lagi naik turun tetapi maju mundur. Kami berdua mendesah. Nafas kami saling memburu. Terus dan terus lagi. “Ah… oh… uh… terus Dig…, ah… oooww!” Kembali dia berteriak kecil, saat ini aku mengerti, setiap kali dia berteriak pasti kemudian dia merubah posisinya. Benar saja posisi kami kembali seperti posisi awal. Dia telentang di bawah dan aku menindihnya di atas. Aku tidak lagi memerlukan tangan mungilnya untuk membimbingku. Aku sudah bisa memasukan batang kemaluanku sendiri tepat menuju lubang surga yang sesekali beraroma harum bunga itu.

Kembali aku melakukan naik dan turun. Kali ini aku menjadi siswa yang benar-benar aktif, tidak hanya di sekolah tapi di ranjang. Kuangkat kaki kanannya, kujilati betisnya yang tanpa cacat itu sambil terus menggerakan pinggulku.

Beberapa saat kemudian, aku merasakan darahku mengalir dengan keras, ada sesuatu di dalam tubuhku yang siap untuk meledak. Gerakanku semakin kencang, cepat, dan tidak teratur.
“Terus Dig, lebih cepat lagi… terus lebih cepat lagi Dig, terus.”
Gerakanku semakin cepat. Kami berdua sudah seperti kuda liar yang saling kejar-mengejar sehingga terdengar suara nafas yang keras dan saling sambut menyambut.
“Terus Dig, terus… ah… uh… oh…!”
“Oban sayang… ah… dig… dig… dig… aaoowww!”

Saat ini teriakannya sangat keras dan kulihat matanya sedikit melotot dan giginya terkatup dengan sangat keras. Kemudian dia terjatuh.
“Dig cepetan ya sayang…!”
“Aku capek.”
Aku tak bisa berhenti menggerakan tubuhku, sepertinya ada suatu kekuatan yang mendorong dan menarik pinggulku.
“Ah… oh… Ufff… aaah…!”
“Crot… cret… cret…!”
Muncratlah air kenikmatan itu dari tubuhku. Aku terjatuh di sampingnya, aku puas! Dia tersenyum padaku dan memelukku, dia menaruh kepalanya di dadaku. Setelah mengecup bibirku kami berdua pun tertidur pulas.

Beberapa bulan setelah percintaanku dengan Ibu Lisa… Perpisahaan pun dimulai, setelah aku memainkan beberapa lagu di panggung perpisahaan untuk menandakan berakhirnya masa kerja praktek mahasiswa-mahasiswa IKIP di sekolahku. Kulihat mereka menaiki bus bertuliskan IKIP di pinggirnya. Aku mencari Lisa, bidadari yang merenggut keperjakaanku.
“Lisa… hey…!” Lisa menengok dan matanya melotot.
“Ups… Ibu Lisa!” Aku lupa, dia kan guruku.
“Sampai ketemu lagi ya, jangan lupa belajar!” sambil menaiki tangga bus dia menyerahkan surat padaku. Aku langsung membaca dan tak mengerti apa maksud dari tulisan itu.

Akhirnya bus itu pergi dan saat itulah saat terakhir aku melihatnya. Aku tak akan pernah lupa walaupun hanya sekali aku melakukannya dengan Lisa. Tapi itu sangat berbekas. Aku selalu merindukannya. Bahkan aku selalu berkhayal aku ada di dekat dia setiap aku dekat dengan perempuan. Sekarang ketika aku sudah duduk di bangku kuliah aku baru mengerti apa arti dari surat Lisa.

Read More

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Terjebak Diantara 2 Cewek Cantik

 Vanny Purnama     01.02.00     bokep     No comments   
Rasa ketidaksenangnya terhadap hubungan Alfi dan kakaknya Lila membuat Lidya menyetujui usul sahabat baiknya Sabrina untuk menjebak Alfi agar pemuda itu menyingkir dari kehidupan rumah tangga Lila untuk selamanya.

Sorenya itu..pukul 19.30

Seusai santap malam. Sabrina dan Lidya-pun langsung menjalankan rencana mereka.
“AAAAAAAAA!!!!” terdengar suara teriakan cukup keras.
Alfi yang bary saja hendak meminum obat-nya terpaksa menunda dulu niatnya itu. Dengan cepat ia berlari menuju ke arah muasal teriakan itu.
“Ada apaa, kak?!” tanya Alfi.
Dari ambang pintu dilihatnya Sabrina dan Lidya tengah meringkuk di atas tempat tidur sambil berpelukan. Wajah keduanya nampak ketakutan. Entah siapa di antara mereka tadi yang berteriak. Yang jelas Alfi merasa berkewajiban melindungi keselamatan ke dua gadis itu. Tapi ia hanya berani berdiri di ambang pintu. Ada perasaan sungkan karena di situ ada Lidya.
“Fiii!!… Kemariii cepatt!!. Tolooongg !!”
Setelah Sabrina yang memintanya masuk barulah ia melangkah maju dengan hati-hati.
“Ada apa, kak?” ia melontarkan pertanyaan yang sama sambil menaikkan kewaspadaannya. Pandangannya menyapu cepat ke semua sudut kamar tersebut. Namun ia tak melihat orang lain di situ selain mereka bertiga.
“I..tuuu!”ujar Sabrina menunjuk ke arah salah satu sudut.
“I-itu..apa kak?” tanya Alfi bingung sebab tak ada apa-apa di sudut itu.
“T-tikuss!”jawab Sabrina dari tempatnya.
“T-tikuss, kak?” Alfi mengulangi ucapan Sabrina hanya sekedar untuk meyakinkan pendengarannya.
“Iyaaa Fiii! Tikus!…tolonggg usirinnn!”
Astaga…cuma tikus rupanya! Tapi kedua gadis itu bertingkah seolah melihat hantu atau penjahat saja. Keluh Alfi dalam hati. Tapi setidaknya ia bisa napas lega sebab hal itu bukanlah suatu yang membahayakan bagi jiwa kedua gadis itu. Lantas bagaimana pula tikus bisa nyelonong masuk ke kamar ini? Sebab selama ia tinggal bersama Lila dulu tak pernah sekalipun ada kejadian seperti ini. Sesaat kemudian Alfi tertegun. Ia barulah menyadari jika ada sesuatu yang luar biasa di dalam kamar itu. Kedua gadis itu!..mereka hanya mengenakan pakaian yang lebih minim dari biasanya. Hanya sebuah tangtop putih yang sangat tipis berpadu dengan sepotong…celana dalam! Alfi dapat memastikan keduanya tak mengenakan bra karena ia dapat melihat secara samar-samar puting-puting yang tercetak jelas di permukaan tanktop mereka. Seketika itu juga tubuhnya seakan dialiri strom bertegangan tinggi dan tanpa dapat dicegah penisnya menegang secara cepat.

“G-ga ada kak” ujar Alfi tergagap berusaha mengalihkan pandangannya dari kaki-kaki panjang nan indah juga putih bersih yang selama ini hanya sebagian kecil saja yang dapat ia nikmati…kini semuanya terpampang utuh dihadapannya.. Ia menduga tadinya kedua gadis itu sudah bersiap-siap untuk tidur dengan pakaian seperti itu.
“Coba periksa sekali lagiii, Fii! Dia pasti ada di situu!!” teriak Sabrina ketakutan sambil menunjuk ke arah lemari pakaian di sudut kamar.
“I-iya kak..iyaa..ini Alfi sedang nyari kok…”
Untuk meredam kegelisahan hatinya, Alfi langsung memeriksa di sekitar tempat yang ditunjukan Sabrina kepadanya. Tapi lagi-lagi konsentrasinya terganggu saat ia dapati di sana sini berceceran bra dan celana dalam wanita. Itu pasti milik ke dua gadis itu. Duh! bentuk dan warnanya yang beragam membuat tubuh Alfi semakin panas dingin.

“B-beneran ga ada kok kak”ujar Alfi setelah yakin tak menemukan apa yang ia cari.
“Barangkali dia kabur ke kolong tempat tidur, Fi!”ujar Sabrina.
Alfi merendahkan kepala ke bawah kolong tempat tidur.
“Di bawah sini juga ga ada, kak” ujar Alfi setelah puas mencari ke sana kemari.

Ketika ia mengangkat kepalanya, ia dibuat tercekat… karena kurang dari satu meter dari wajahnya… Sabrina tengah duduk berlutut di bibir kasur dengan paha agak melebar sementara pandangannya berada tepat dalam sebuah garis lurus dengan bagian yang menonjol di pertemuan kedua batang paha putih gadis itu. Glek! Alfi meneguk ludah namun seakan gumpalan air liurnya begitu sulit masuk. Betapa ia begitu dekat dengan keindahan surgawi yang diidamkan banyak pria di dunia ini

“Masa ga ada, sih? Mungkin dia sudah sembunyi”ujar Lidya ikut nimbrung. Si judes yang molek itu merangkak maju ke sisi Sabrina.
“I-iiya kak tidak ada. Alfiii rasa kakak tadi cuma salah lihat sajaaa” jawab Alfi terus tergagap dan salah tingkah. Tubuh Lidya terlihat lebih ramping dari Sabrina. Payudaranya juga tak sebesar milik Sabrina namun sungguh ideal dan indah…mengingatkan Alfi akan Lila.
“Tapi kakak yakin sekali kalau yang melintas tadi itu adalah tikus” ujar Sabrina. Tentu saja sebagai gadis petualang cinta ia bisa melihat kegelisahan Alfi saat itu.
“Uhh baiklah, akan Alfi cari lagi..” ujar Alfi. Karena Sabrina begitu yakin, maka ia-pun kembali mencari. Kali ini setiap sudut kamar ia periksa secara teliti. Namun tetap saja tikus karangan kedua gadis itu tak kunjung ia temukan.
“Gimana nih Rin?’ tanya Lidya.
“Kita bobo di kamarnya Alfi dulu sampai tikusnya ketangkep”ajak Sabrina.
“Kamu pindah saja sendiri ya, Rin. Aku tetap di sini. Ntar aku malah ga bisa tidur di kamar itu”jawab Lidya.
“Ya sudah. Kalau begitu aku pindah sekarang soalnya aku ngantuk banget nih!”
“Sama nih. Sedari tadi aku juga merasa ngantuk. Pasti ini gara-gara obat batuk yang kita minum tadi sore”ujar Lidya menimpali. Ia sengaja ingin Alfi tahu kondisinya saat itu.
“Lho kak. Lantas Alfi gimana dong?” sela Alfi bingung mendengar dialog cepat kedua gadis itu.
“Hi hi iya, Fi. Kamunya jangan pergi dulu sampai tikusnya ketangkep. Kamu kan bisa nonton televisi yang ada di kamar ini sembari menunggu tikusnya muncul lagi”
“Ntar kalau tikusnya ga muncul-muncul juga, gimana dong kak?”
“Ya kamu tidur aja di karpet. Kan banyak bantal-bantal gede”
“Di sini?! M..akud kakak di..ka..mar ini?”
“Iya”ujar Sabrina.
Alfi sempat terperangah.
“T..api kak…”
“Tenang Fi. Kamu santai aja. Lidya ga keberatan kamu di sini. Ya kan Lid?”
“Iya ga pa pa…Asal jangan ngorok saja…..Hooaamm!”ujar Lidya sambil menguap panjang.

Sebelum Alfi sempat protes lagi Sabrina sudah pergi meninggalkan kamar dengan membawa bantalnya. Tapi ia tak masuk ke dalam kamar Alfi melainkan keluar ke pekarangan samping. Ia mengendap-endap di dekat jendela kamar dimana Lidya dan Alfi berada. Di tangannya ada sebuah kamera sudah dipersiapkannya sejak tadi. Sementara itu Alfi duduk di lantai kamar dengan hati resah gelisah. Matanya menatap ke arah televisi namun pikirannya tak kesitu. Ia sadar jika saat ini ada seorang bidadari tengah terbaring di atas kasur di belakang punggungnya dengan hanya memakai CD dan tanktop tanpa bra seperti tadi.

Begitu dekat. Terdengar olehnya suara elahan napas berat Lidya. Sepertinya gadis itu sudah tertidur lelap karena pengaruh obat batuk yang ia minum tadi. Paling tidak itu kesan yang Alfi tangkap saat itu. Hhhh…Alfi menghela napas. Kembali dirinya ditempatkan dalam kondisi rawan. Tentu saja bukan baginya namun rawan bagi Lidya. Sebagaimana peristiwa yang pernah ia alami bersama Lila dulu yang berujung dengan ternodanya Lila. Situasinya sangat mirip dengan yang ia alami saat itu. Kini ia kembali bersama seorang gadis molek yang tergolek tak berdaya dalam satu kamar tanpa ada orang lain di sana.

Sesekali ia menoleh ke setiap sudut kamar….berharap agar sang tikus itu muncul. Ia mencoba untuk mempertahankan akal sehatnya sambil menekan sisi lain dari dirinya yang dikuasai nafsu birahi. Namun semakin lama Alfi justru semakin gelisah. Perlahan tapi pasti sisi yang didominasi nafsu-birahilah yang mengguasai seluruh medan perang dalam dirinya. Sementara itu penisnya semakin terasa sakit karena terjepit di bawah sana.

Di sisa-sisa kesadarannya ia putuskan untuk pindah ke ruangan lain. Ia merasa ia akan semakin sulit buat mengendalikan dirinya jika terus-terusan berada di situ. Perlahan ia bangkit. Alfi mendekat ke arah tempat tidur dimana Lidya tergolek agak menyamping.

“K-kakk Lidyaa… kak…” Alfi mencoba membangunkan. Hening… Sebagaimana halnya Sabrina malam-malam kemarin Lidya diam tak menyahut.
Pulas sekali dia. Gumam Alfi.
“Kakk..”sekali lagi Alfi memanggil nama gadis itu. Namun Lidya tetap saja diam.

Semula niatnya ingin segera pergi dari situ namun naluri kelaki-lakiannya seakan tak rela membiarkan pemandangan indah di hadapannya berlalu begitu saja. Ia justru terpaku bediri di sisi tempat tidur. Menatapi wajah Lidya yang memang luar biasa cantik itu. Hidungnya itu… mancung indah tentu saja asli bukan buatan. Bibirnya yang penuh dan sensual itu bukan lukisan. Tak ada kata yang lebih pas buat menggambarkan wajah Lidya selain cantik. Bahkan…. mungkin melebih Lila.!. Alfi yakin sekali dengan penilaiannya itu.

Tak puas-puas ia menatapi wajah cantik itu. Namun hatinya tergoda untuk melihat keindahan lain yang dimiliki gadis itu. Sebagaimana kakaknya, Lidya tak hanya cantik namun juga memiliki bentuk tubuhnya yang aduhai. Tatapannya berhenti di dada Lidya yang membusung di balik kaos putih itu. Sungguh indah. Tak terlalu besar namun begitu pas..menggantung di tubuh sintal gadis itu. Napas Alfi menyesak saat matanya menangkap tonjolan kecil di puncak ke dua bukit kembar itu. Puting susu Lidya tampak meruncing …menekan permukaan kaus yang dikenakannya.

Tatapannya terus menjelajah…kali ini ia temukan pusar gadis itu mengintip karena kausnya sedikit tersingkap. Uh..Alangkah putihnyaa…Alfi sampai mendesis tak sadar. Kulit Lidya terlihat bak salju. Kemudian pandangannya singgah di kedua batang paha Lidya yang panjang. Itu adalah paha yang berisi… indah…dan putih mulus… diikuti bentuk pantat yang bulat bagus yang terbalutan oleh sepotong CD tipis. Sampai saat ini sama sekali tak ia temukan bagian yang buruk dari tubuh gadis itu. Semuanya indah sempurna……semuanya mengoda.. mulai dari kepala hingga ke ujung jari kaki.

Dan Glek! Kali ini Alfi meneguk ludahnya ketika matanya akhirnya sampai ke wilayah paling intim dari tubuh Lidya. Sebuah bukit mungil menonjol..dan terjepit di pangkal kedua paha Lidya. Lama Alfi menatap bagian itu. Ia tak tahu apakah Lidya masih perawan atau tidak. Tapi ia yakin sekali jika ukuran vagina gadis itu sangat sempit buat penisnya. Saat memikirkan hal itu seketika itu juga segumpal cairan precum memancar tak tertahankan dari ujung lubang pipisnya. Crittttt! Tubuh Alfi bergetar hebat.

Tubuhnya secara alami merespon apa yang ia saksikan saat itu. Hasrat kejantanan secara cepat memenuhi raganya. Di dalam benaknya kini membayangkan sebuah keintiman. Sebagaimana dulu..bertahun-tahun berselang…ketika ia menyelinap masuk ke kamar Dian yang tengah terlelap..untuk kemudian memerawaninya. Sebagaimana juga ketika ia pertama kali mengintimi Lila. Terbayang apa yang harus ia lakukan dalam situasi seperti ini…yang jelas Ia harus membebaskan penisnya dari kesesakan yang menyiksa dari celananya. Lalu perlahan naik ke atas ranjang. Dengan hati-hati merentangkan ke dua paha Lidya tanpa membuat gadis itu terjaga dari tidurnya.

Mengambil posisi di antaranya. Segalanya harus ia lakukan cepat namun. dengan hati-hati….Ia tak perlu repot-repot melepas CD Lidya. Cukup dengan menarik sedikit bagian bawahnya ke arah samping maka ia sudah cukup mendapatkan ruang buat melakukan penetrasi. Bagian puncaknya adalah sebelum gadis itu terjaga ia harus sesegera mungkin menusukan penisnya yang sudah berlumuran precum itu ke dalam vagina Lidya.

“ARGGGGHH!!” Alfi merintih lirih membayangkan betapa ketat-nya liang senggama gadis itu. Ujung penisnya terasa begitu gatal. Dan…

Cruutt..crutttt…lagi-lagi precumnya memancar. Terbayang rintih kesakitan gadis itu saat vaginanya terentang.

Namun Alfi yakin sekali begitu ia berhasil membuat Lidya orgasme maka gadis itu bakal langsung ketagihan. Untuk kemudian menjadi tergila-gila padanya. Bahkan kebencian gadis itu sirna dengan sendirinya sehingga pada akhirnya Lidya-pun akan menjadi salah satu kekasihnya.

Hayalan Alfi terus melaju tak terkendali dan semakin meracuni jiwanya sehingga ia memutuskan untuk melakukannya…Menggagahi Lidya. Tubuhnya serasa panas dingin. Sementara jantungnya berdetak semakin cepat. Di bagian bawah.. penisnya menegang kaku …begitu gatal dan butuh sebuah hisapan kuat dari sebuah vagina. Dan saat ini yang ia inginkan hanyalah vagina milik Lidya! Namun saat ia akan naik ke atas ranjang…Di detik-detik yang mendebarkan itu tiba-tiba saja terbayang wajah memelas penuh kesedihan…Lila. Wanita yang pernah ia gagahi dengan cara yang sama persis seperti yang akan ia lakukan pada Lidya sekarang ini.

“Duhh! Apa yang hampir aku lakukan?!” desis Alfi sontak undur lagi kebelakang.
Ia seakan baru tersadar dari mimpi buruk. Nyaris saja peristiwa buruk itu terulang lagi. Alfi sadar ia tak boleh menodai Lidya. Bukankah ia sangat menyayangi Lila? Itu berarti ia tak boleh menghancurkan perasaan wanita itu. Terbayang pula akibat lainnya yang bakal terjadi akibat ulah bodohnya ini. Betapa beruntung dan girangnya si Paijo dapat menyetubuhi Niken dan Lila secara sekaligus.

Sebelum hawa napsunya kembali menguasainya dan semakin tak terkendali, Alfi-pun bergegas keluar dari kamar itu tanpa memperdulikan Lidya lagi. Persetan dengan tikus jahanam itu!.umpatnya. Ia tak lari menuju ke kamarnya karena ia tahu Sabrina tengah tidur di situ. Sebagaimana malam-malam sebelumnya ia harus mencari tempat untuk menuntaskan hasratnya… para bidadarinya.

———————————
Lima menit berlalu.

Sabrina sudah kembali ke kamar. Dari jendela ia menyaksikan semua apa yang terjadi di dalam kamar. Ia sempat melihat Alfi pergi dari rumah dan menuju ke arah jalan besar.

“Gila! ternyata diapun tak bernapsu terhadapku. Sepertinya kita memang harus mengakui keunggulan kak Lila.” Umpat Lidya lesu.
Lagi-lagi mereka harus menerima kenyataan pahit.
“Aneh sekali? Sepertinya tadi itu hampir berhasil..tapii…”gumam Sabrina agak binggung. Ia setidaknya hanya butuh beberapa detik saja dan ‘klik’ ..maka misi mereka-pun selesai.
“Sudahlah aku mau tidur!. Besok biar kusuruh ia pulang saja ke tempat kak Lila. Terserah kak Lila masih mau terus berselingkuh dengan bocah itu. Aku sudah tak perduli lagi!. Yang penting aku tidak mau ia tinggal di sini!”ujar Lidya sambil menarik selimutnya.
“Duhh.. baru begitu saja sudah menyerah”goda Sabrina.
“Mau apa lagi?! Kita berdua kan sudah gagal total..Tal! Lagian ini sudah berjalan dua minggu sesuai dengan batas waktu janji kita kepadanya”pungkas Lidya
“Tapi anak itu benar-benar membuatku penasaran, Lid”
“Kok sekarang malah kamu yang ngotot sih Rinn?!”
Sabrina termenung sambil mencubit-cubit bibirnya. Jelas ia tak ingin menyerah begitu saja.
“Argggg!” tiba-tiba saja Sabrina berteriak.
“Duhh! Ada apa sih Rin. Bikin kaget orang saja!”protes Lidya.
“Dengarkan aku dulu, Lid!. Sebenarnya tadi itu dan juga sebelum-sebelum ini kita tidak gagal menggodanya!

Buktinya aku sempat memperhatikan celananya yang mengembung karena ereksi saat ia berdiri memandangi engkau tidur tadi”ujar Sabrina dengan mata berbinar.

“Ok! Lantas apa bedanya? Ia toh tetap tak tertarik melampiaskan nafsu-nya pada kita”ujar Lidya
“Iya itu dia!..Anak itu pasti pergi ketempat seseorang yang ia sukai buat melampiaskannya!”
“M.maksudmuu diaa..?!..”
“Yaa!…Dia pasti pergi ke rumah kak Lila buat itu!”
“Hah?! T..apii apa mungkin kak Lila mau meladeninya sedangkan ia belum lagi empat puluh hari bersalin”
“Siapa tahu? Bukankah kakakmu selalu menuruti setiap keinginan anak itu! Jadi wajar saja kita selalu gagal”
“Setan jelek! Berani-beraninya mempermainkanku! Kalau begitu ayo cepat kita susul dia Rin!”ajak Lidya dengan perasaan gemas.

———————————
Jelas mereka tak mungkin menemukan Alfi di tempat Lila sebab pemuda tengah berada di rumah bidadarinya yang lain buat menuntaskan gairahnya. Beruntungnya Alfi saat itu Nadine baru saja akan mandi. Sementara Dian baru pulang dari sebuah acara kantor. Nadine langsung disergapnya dengan ciuman panas.

“Hpp…” Nadine tak sempat menyapa. Mulutnya disibukan membalas serbuan bibir dan lidah Alfi.
“Jangan-jangan kamu lupa lagi minum obatmu, ya Fi?”tebak Dian melihat kemunculan Alfi secara mendadak itu..
“Kak kita ke kamar saja yuk. Alfi sudah kangen banget sama kakakk” ajak Alfi tak sabaran. Tangannya meremas-remas gemas dua butir pepaya Calipornia yang masih tersembunyi di balik handuk Nadine.
“Aaaaaa..Fiiii..kamuu sama kak Dian-mu saja dulu, ya? Soalnya kakak ngantuk bangeeet” ujar Nadine berusaha menghindar.
“Aduh sepertinya aku sedang ga bisa, Nad!”
“Lho kenapa? Sedang ‘dateng’, ya An?”tanya Nadine
“Iya nih! Terpaksa kamu sendirian dulu yang ngeladenin Alfi”jawab Dian.
“Kalau begitu apa boleh buat.. tapi sayang, kamu tunggu sebentar ya. Kakak mandi dulu. Biar kita lebih nyaman gituannya”ujar Nadine tersenyum menggoda. Seletih apapun Alfi selalu saja berhasil membangkitkan birahinya.

Alfi terpaksa menunda sejenak hasratnya. Setelah lima belas menit kemudian Nadine baru keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan handuk. Lalu wanita cantik itu naik ke tempat tidur dan memberikan punggungnya ke Alfi untuk sebuah percintaan doggy. Alfi langsung mengambil ancang-ancang untuk melakukan penetrasi.

“Eng..Sayang! Sayang! Tunggu dulu!” tiba-tiba saja Nadine beringsut menjauh sambil menutup jalan penis anak itu. Rupanya ia teringat akan sesuatu.
“Lho ada apa kak?”tanya Alfi heran. Ujung penisnya urung menembus vagina Nadine.
“Sabar dulu ya sayang… kakak pasangin kamu kondom dulu ya?”ujar Nadine lalu ia sibuk membuka laci di samping ranjang. Dari sekian banyak gadis Alfi hanya dia yang paling sering diintimi Alfi dengan pengaman. Menurut Lila, Nadine memiliki kesuburan yang paling tinggi di antara mereka semua. Cukup satu kali persetubuhan bisa langsung terjadi pembuahan.

Dan saat ini Nadine belum berencana untuk hamil lagi karena ia ingin sedikit bersantai setelah selama dua tahun mengurus Alfina. Tapi Alfi sudah tak lagi bisa menahan hasratnya. Pinggang Nadine diraihnya seraya menusukan kejantannya ke belahan bibir vagina Nadine. JLEPP! Nadine hanya mampu menjerit nikmat saat penis hitam Alfi yang besar nan panjang itu bersarang utuh ke dalam vaginanya.

“ARRRGGHHHH! S-sayaangg! Kamu caaabut duluuu.. Ntar kalau sudah pakai pengamanmu baru kamu masukin lagiii..”pinta Nadine sambil berusaha mendorong Alfi menjauh.Namun Alfi tak bisa lagi menjawab di dalam kukungan kenikmatan dasyat itu. Ia justru mencekal pinggul Nadine semakin erat sambil merintih-rintih.
“Oughhhhhhh Kaakk..e-nakk bangett….”.
“Oughhhh…Yah sudahlah…..Tapi kamu harus janji ga boleh muncrat di dalem! Arghh..” akhirnya Nadine mengalah pada hasrat anak itu. Selain Ia menjadi tak tega setelah mendengar rintihan Alfi, kenikmatan yang berasal dari gesekan langsung kulit kejantanan Alfi tersebut terlalu nikmat untuk ditukar dengan latex. Tapi baru tiga kali genjotan tanpa ia duga-duga tiba-tiba penis Alfi berdenyut hebat di dalam liang senggamanya. Dan tanpa tertahankan lagi oleh Alfi….CROOOOTTT!!! Ia berejakulasi.

“AAAAARRRRRGHH Kaaaaak!!”
“Ohh Sayaaaang! K-kamuu?! Kamu ?!.ARGGHH. Tidaak!! Cabuut Fiii!! Cabutt duluu!!!” Nadine sungguh terkejut ketika sebuah semburan kuat dan panas menerjang tepat di mulut rahimnya. Ia benar-benar tak menyangka jika Alfi akan mengalami ejakulasi sedini itu. Sebisanya ia berusaha melepaskan tautan kemaluan mereka. Tapi terlambat. Semburan kuat berikutnya susul menyusul menghantami peranakannya.Cerita Sex 2015

CROOOOTTT!!!… CROOOOTTT!!!

CPLOK! Akhirnya Penis Alfi berhasil juga terlepas. Tapi Nadine tetap tak bisa menjauh. Tubuhnya terperangkap di bawah payungan tubuh Alfi yang masih terus mengenjan. Beberapa semburan lendir panas lainnya terlontar dari lubang pipis anak itu. Dan Nadine terpaksa menerima hujan lendir kenikmatan Alfi dengan punggungnya. Menunggu hingga pemuda itu menyelesaikan ejakulasinya. Setelah Alfi selesai menuntaskan kenikmatannya. Nadine membalikkan tubuhnya sehingga dirinya berhadap-hadapan dengan tubuh Alfi.

“Arghh! Lihat apa yang sudah kamu perbuat barusan! Badan kakak jadi lengket semua!” ujar Nadine dengan mata membola.
“Uhh..Maafin Alfi ya kak. Soalnya Alfi sudah kebelet bangett tadi ituu..” aku Alfi jujur. Ia tak bermaksud membuat Nadine kesal gara-gara kejadian ini. Ia benar-benar tak kuasa mengendalikan diri gara-gara godaan Lidya dan Sabrina di rumah tadi.
“Tapi seharusnya kamu menuruti omongan kakak tadi. Biarkan kakak pasangin kamu pengaman dulu …. Kakak kan bisa hamil lagi gara-gara ini?!. Duhh.!!”keluh Nadine kesal.
“Kak ..maafin Alfi ya..Alfi ngaku salah..”
Nadine menghela napas sambil memandangi wajah penuh penyesalan Alfi.
“Anak nakal! Kemari!”ujar Nadine merangkul leher Alfi. Lalu melumat bibir anak itu. Ia benar-benar tak bisa marah kepada anak ini. Siapapun tahu Alfi memang selalu kesulitan mengatasi dorongan hasratnya dan tadi ia sudah berusaha keras menahan hasratnya.

Masih untung Alfi tak sampai melampiaskannya pada Lidya dan Sabrina. Nadine juga tahu jika Alfi memang tak pernah berniat bersikap kurang ajar seperti yang sering dilakukan Paijo.

“Kakk maafin Alfii…”ujar Alfi lagi.
“Sudahlahh sayangg..”
“Tapi kak..gimana kalau..”
“Ga paa paa…semuanya sudah terlanjur..Biarlah kakak melahirkan anak kamu lagi”
“Bener kakak.. r-rela?…”
“He em sayang.. Mau kamu hamilin sekarang atau nanti juga ga ada bedanya. Toh hal ini pasti akan terjadi juga”
“Uhh..Kamu masih mau lagi sayaang?” tanya Nadine saat merasakan penis Alfi yang berkedut di atas perutnya
“He uh kak…”
“Kakak juga pingin sayaang..”

Masih dalam posisi misionary. Nadine meletakkan sebuah bantal di bawah pinggulnya. Dengan begitu Ia akan memperoleh penetrasi maksimal dari penis Alfi. Lalu ia bentangkan pahanya lebar-lebar.
“Ohh..kakk..” Alfi sangat menyukai penampilan wanita klasik seperti Nadine.
Bulu kemaluannya dibiarkan tetap tumbuh rimbun hingga menutupi areal luas di sekitar pubiknya. Sementara itu bibir vaginanya basah dan merekah sehingga Alfi dapat mengintip liang surga di baliknya yang tengah berkedut-kedut yang siap menantinya dengan janji sejuta nikmat yang ada di dalam situ.
“Kemarii..tindih kakak…”bisik Nadine. Lalu mereka berciuman. Sementara tangan Nadine menangkap kejantanan Alfi yang masih berlumuran lendir itu lalu membimbingnya memasuki liang kenikmatannya. Perlahan….bibir vaginanya terbelah……sementara Alfi menekan…

Dan… Jleeeepp…penis hitam meraksasa milik Alfi kembali bersarang di liang senggama Nadine.

“YAARRRGG….Saayanggg!..”Nadine-pun merintih.

Kedua kakinya yang panjang itu langsung membelit pinggang Alfi. Meski tak ada sensasi gelitik seperti yang diakibatkan oleh penis Paijo namun Ia jauh lebih suka apa yang dimiliki oleh Alfi. Kejantanan sebesar itu mampu menyentuh seluruh sisi dalam liang senggamanya tanpa terkecuali…selain itu daya tahan serta kehangatan Alfi merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh kaum wanita di atas ranjang.

Setelah kemaluan mereka bertaut, Alfi mulai mencumbui kekasihnya itu. Bibir dan lidahnya sangat terlatih itu terus meniti daerah-daerah sensitf Nadine. Ia sangat tahu apa yang disukai para wanitanya. Kecupan-kecupan ringan…. juga hisapan…. sampai gigitan-gigitan mesra pada leher dan telinga Nadine yang membuat Nadine terpekik lirih dan semakin larut dalam lautan keintiman. Hingga akhirnya kecupannya singgah di dada Nadine. Alfi langsung menuju titik gairah tertinggi pada wilayah itu… Dan..tap! Ia pagut puting wanita itu. Srllpppp…Srllpppp… terdengar seruputan-seruputan bercampur air liur Alfi.

“Oughhhhhhhh saayaangg…..”rintih Nadine sambil menekan kepala Alfi semakin erat ke dadanya. Puting susunya memang sudah tak lagi mengeluarkan ASI namun Alfi tetap menguluminya dengan rakus. Nadine tak hanya memiliki payudara terbesar dan terindah di antara semua gadisnya. Dada besar itu juga mengingatkan Alfi akan Sabrina.

“Kamu pasti kepingin kan kalau payudara kakak keluar susu lagi?.. Ughhhh..”..”tanya Nadine di sela rintihan kegeliannya. Sementara Alfi hanya dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan anggukan sebab mulutnya terlalu sibuk saat itu.
“Kalau begitu bikin kakak hamil lagi, sayang..” lanjut Nadine. Ia senang dan bangga sekali karena memiliki payudaranya yang alami namun berukuran besar. Alfi, Didiet bahkan Paijo sangat memujanya karena payudaranya itu.
“OUGHHH..Alfiiiii… entot kakak sekarangg…Uhhhg” rintih Nadine sambil menggerakan pinggulnya. Vaginanya sudah gatal sekali dan butuh garukan dari penis Alfi.

Mereka mulai lagi persetubuhan ini dari awal. Kali ini dengan gairah lebih tinggi…tanpa terbeban oleh apapun… yang ada hanya rasa saling membutuhkan yang lebih kuat. Alfi melepas payudara Nadine. Kini bibir mereka melekat satu sama lain saling menghisap gemas sementara lidah mereka bergulat liar. Saling mendesak…berkejaran dan berputar secara bergantian di rongga mulut keduanya. Mengimbangi rasa nikmat yang mendera di bagian kemaluan mereka.

“Ohhh Kaaakkk…” Alfi-pun merintih nikmat. Vagina Nadine meremas-remas setiap milimeter kejantanannya yang besar itu. Setiap kali ia menarik penisnya keluar maka liang itu akan membetot kuat…laksana sebuah mesin penghisap. Meski liang itu pernah di lalui oleh Alfina putri mereka saat lahir dulu, tapi masih terasa begitu ketat dan sangat nikmat. Bahkan dalam durasi yang panjang Nadine mampu menggunakan secara optimal otot-otot kegelnya.
Menit-menit berlalu dengan cepat,

“GRRAAAAAAAAAAAA!!!……….” Nadine tak kuasa menahan pekiknya saat ia memperoleh orgasme pertamanya.
Cepat-cepat Alfi merangkul pinggang Nadine sambil menekan penisnya sedalam mungkin hingga ujung penisnya mendesak masuk ke leher rahim Nadine. Agak menyakitkan buat Nadine tapi ia menyukai sensasi itu. Beberapa tahun belakangan, seiring kedewasaannya, penis Alfi mencapai ukuran terbaiknya hingga beberapa liang vagina para wanitanya tak lagi mampu menampungnya secara utuh seperti dulu.

“AAAAWWWW!!! FIIIHH!!” Nadine berulang-ulang memekik sepanjang denyut kenikmatan yang menderanya berlangsung. Tubuh sintalnya mengenjan dengan pinggulnya terangkat tinggi menyambut hujaman Alfi. Sementara Alfi juga merintih lirih…

“HHHGGGGGGG…K-KAAAAK..”. Tubuhnya bergetar karena nyaris tak mampu bertahan dalam gelombang kenikmatan dari lumatan liang senggama Nadine. Tapi ia belum ingin mengakhiri semua ini.

Ia akan memberikan sebuah persetubuhan yang panjang dan nikmat sebagai penghargaannya terhadap pengorbanan Nadine malam ini.
Setelah satu menit berlalu kecil pinggul Nadine menghentak-hentak di bawah himpitan tubuh Alfi. Gatal-gatal nikmatnya masih terus terasa di sekujur kewanitaannya meski orgasmenya telah berlalu.

“Makasih sayangg…” bisik Nadine sambil mengeratkan rangkulannya pada leher Alfi.

Ia kecupi wajah pemuda itu sebagai tanda rasa terima kasihnya atas kepuasan dasyat itu. Sedangkan kaki panjangnya tetap melingkar erat di pinggang Alfi seakan enggan berpisah dari pemuda itu.

“Hi hi hi Gila! kenceng banget teriaknya” ujar Dian tertawa geli. Ia duduk di pinggiran kasur menatap gelisah ke dua tubuh yang tengah saling melekat erat itu.
“Abis.. enak bangeeeet…”ujar Nadine di sela-sela sengalan napasnya.

Orgasme barusan memang kuat. Memperolehnya tak secepat bila bercinta dengan Paijo namun nikmatnya…jangan dikira! Sepuluh orgasme buatan penis kampung Paijo belum sebanding dengan orgasme barusan.

“Duhh! Sampe ngiri aku….” ujar Dian lagi. Sayang dirinya sedang mens, Jika tidak ia pasti sudah ikut meloncat ke dalam kancah persetubuhan itu. Percintaan Alfi dan Nadine sungguh membakar hasratnya. Kemampuan dan daya tahan Alfi memang pantas membuat banyak lelaki iri. Dirinyapun mengakui jika Alfi tetap beberapakali lebih baik dari Paijo dalam urusan ranjang. Sembari kedua wanita itu berbicara, Alfi terus menganyun pinggulnya.
“Entot kakak lagi sayang…sekarang giliran kamu dapet..” bisik Nadine
“He uh k-kak”
“Kamu tetap mau di atas?”tanya Nadine. Tentu saja Ia tahu sekali apa yang disukai Alfi sebagai posisi orgasmenya. Posisi missionary.
“Iya kak..”jawab Alfi.

Meski tubuhnya basah kuyup oleh peluh yang mengucur deras namun ia tak henti-hentinya menggenjot Nadine. Pinggulnya bergerak sesuai ritme kenikmatan. Terkadang lembut perlahan..terkadang cepat. Penisnya membombardir liang lembut itu.

“Oughhh sayanggg…. sepertinya kamu juga sudah mau dapet..” tanya Nadine. Ia tahu hal itu saat memperhatikan mimik wajah Alfi.

Beberapa saat lagi penis anak itu akan mengisi rahimnya dengan benih-benih subur. Kali ini sebanyak apapun sperma yang bakal dikeluarkan testis Alfi tak lagi membuatnya kuatir. Ia siap mengandung keturunan Alfi sekali lagi.

“Sedikiit lagii kakaak!…”rintih Alfi. Genjotannya semakin liar dan cepat.
Gdurabk!..Gduraak!..Ranjang indah itu berguncang-guncang hebat bagai sebuah kapal diguncang badai. Seprey nya pun acak-acakan tak karuan lagi.
“ALLLLFIIIIII!!!! AARRRGGHHHHH!!!”Nadine menjerit-jerit. Penis Alfi sungguh terlalu enak…
“Glek!“ Dian sampai meneguk liur dan menggigit bibirnya sendiri saat menonton persetubuhan itu.
“K.kkakaaakkk Alfiii dapeettT ARGGGHHHHH!!!!!”rintih Alfi. Hanya beberapa detik menjelang bendungan kenikmatannya jebol. Ia tekan penisnya sejauh ia bisa hingga pubiknya kandas di pubik Nadine.

“Keluarinn sayaaangg!!!…kitaa beRENGGG..ARGGGHHHHHH!!!” Nadine memekik kuat dalam sengatan kenikmatan itu. Ternyata pertahannannya lebih dulu bobol sepersekian detik dari Alfi. Seketika itu dinding vaginanya mengembang dan mencekik kuat penis Alfi sehingga Alfi-pun terpekik..
“AAAAARRRRRGHH KAAAAAKK!!!!!”

Penisnya berdenyut kuat dan… CROOOOTTT!!! Segumpal besar lendir terlontar bak peluru dari lubang pipisnya tepat di mulut peranakan Nadine. Nikmatnya sungguh tak tertahankan bagi Alfi…mendera kejantanannya dari ujung hingga ke pangkal lalu gumpalan besar berikutnya datang susul menyusul.

CREEEETTT!!!… CROOOOTTT!!!.. CROOOOTTT!!!
“AAAAARRRGGHHH!!!!” Alfi mengerang-erang. Liang senggama Nadine terus menghisapnya di sepanjang orgasme super enak itu berlangsung.

Lagi…dan lagi… CREEEETTT!!!… CROOOOTTT!!!.. CROOOOOOOTTT!!!
“AARGHHHHHHH!!!!” Nadine pun terus memekik dan mengenjan.

Gelitik nikmat yang mendera kewanitaannya benar-benar keterlaluan hingga ia hilang separuh kesadarannya. Kejantanan Alfi terus saja memberinya kenikmatan sambil berkejat-kejat memuntahkan benih yang tak terkira banyaknya seakan tak ada habis-habisnya.Cerita Sex 2015

Satu setengah menit berlalu…

Nadine terkulai lemas dibawah tindihan Alfi. Masih saling mendekap satu sama lain dengan Alfi. Ia masih merasakan hentakan kecil dari pinggul Alfi meski pemuda itu telah menuntaskan ejakulasinya. Dan menyuntikannya semua langsung ke rahimnya yang subur.

“Ouggh sayaaaang ..kamu keluar banyak sekali……”bisik Nadine.
“Habiss itunya kakak enak banget….”puji Alfi di antara engahan nafasnya.

Penisnya tetap ia biarkan terkepit erat di liang surga di selangkangan Nadine. Berkubang limpahan spermanya sendiri sambil meresapi sisa-sisa kenikmatannya.

“Ga! Kakak pikir bukan karena itu. Kamu pasti napsu banget gara-gara Sabrina dan Lidya kan?”tanya Nadine.
“Ahk Kakak! Bisa aja..hi hi hi”
“Tuh! Mukamu itu ga bisa ngebohongi kakak!”
“Hi hi hi iya sih kak. Ngapain juga Alfi di suruh nemenin mereka!?”
“Ingat janjimu sayang.. kamu ga boleh ngenganggu mereka!”
“Iya kak..Alfi inget itu kok. Karena itu Alfi kabur kemari”
“Makanya lain kali kamu jangan lupa lagi minum obat!”ujar Dian ikut nimbrung.
“An, Sepertinya Alfina bakalan punya adik..” ujar Nadine sambil menoleh ke arah Dian. Ia yakin sekali jika persetubuhan barusan akan terjadi pembuahan.
“Hi hi hi emang sudah pantes kok. Alfin kan sudah dua tahun sekarang”.
“Hmmm…tadinya kupikir Didiet bakalan mengambil kesempatan menghamiliku kali ini..tapi yah sudahlah…”
“Kamar mandinya kupakai duluan ya Nad…aku penat banget”timpal Dian.

Ia melepas satu persatu pakaiannya. Alfi menatap adegan seksi itu hingga Dian menarik lepas celana dalamnya. PLOPP! Tiba-tiba Alfi mencabut lepas penisnya dari bekapan vagina Nadine dan langsung melompat turun dari ranjang.

“Kak.. Alfi juga mau mandi sekalian” ujar Alfi pada Nadine
“Baiklah tapi jangan lama-lama. Kakak juga mau mandi. Ntar biar kakak antar kamu pulang ke tempatnya Sabrina dan Lidya!”ujar Nadine. Ia beranggapan Alfi sudah mengakhiri percintaan tadi.
“Iya kak” lalu ia susul Dian ke dalam kamar mandi.
“Numpang mandi bareng ya kak?..” tanya Alfi tanpa menunggu persetujuan Dian terlebih dahulu, ia langsung nyelonong ikut masuk ke bawah siraman air shower yang hangat. Lalu ia mengambil sabun tapi lebih dulu digosokannya ke punggung Dian.
“Ma kasih sayaang” ujar Dian tersenyum senang dengan perhatian Alfi tersebut.
“Puter badannya kak..biar Alfi bisa sabuni bagian depannya juga..”ujar Alfi.

Namun saat Dian membalikan badannya, tiba-tiba Alfi merendahkan wajahnya dan mencaplok puting kiri payudaranya.

“Aaaaaa..Fiiiii… Kamu ini jahiiiil!”ujar Dian berusaha mendorong wajah Alfi.

Tapi Alfi malah memeluk pinggangnya erat sementara mulutnya melekat semakin kuat bak lintah kelaparan. Akhirnya Dian biarkan pemuda itu menyusu padanya. Putingnya secara cepat menegang, Bahkan aerola-nya ikut menggembung ber-ereksi akibat kuluman Alfi..
Plop! Alfi melepasnya…lalu ganti mencaplok puting susu yang satunya.

“Kita gesekin sebentar ya kak” Duk! Penisnya masih tetap keras berdiri secara alami itu menubruk paha Dian .
“Dasarr! Kamu emang anak bandell! Bukannya barusan itu kamu sudah di bikin ‘lega’ sama kak Nadine-mu?!.”ujar Dian membolakan matanya. Siklus mensturasi yang sedang ia alami telah membuat gairahnya meningkat lebih kuat dan tak tertahankan. Tapi ia berusaha menghindarkan keintiman.
“Alfi kan juga kangen sama kakak..soalnya kakak ke luar kota melulu bulan ini. Lusa sudah mau berangkat lagi padahal baru pulang dari kota G. Memangnya kakak ga kangen sama Alfi?”protes Alfi.
“Kakak kangen banget sama kamu ssayaangg tapi kita ga boleh.. kakak sedang kotor…” ujar Dian memperingatkan anak itu.
“Cuma digesekin kok kak. Boleh yaa..”ujar Alfi sambil memepet tubuh Dian ke sudut membuat ruang gerak gadis itu menjadi terbatas.
“Fii..kok lamaa? cepetan dong!!”Terdengar suara Nadine dari luar kamar mandi.
“Iyaa kak..sebentar lagii..!!” jawab Alfi.
“Ayoo cepetan donk kaak…buka kakinya lebaran sedikit..” pinta Alfi pada Dian sambil mencocol-cocolkan ujung penisnya ke vagina Dian.
“Fiii..jangan dimasukinn…“bisik Dian.

Ia sadar betul keinginan Alfi bukan sekedar untuk saling menggesekan alat kelamin mereka. Alfi membutuhkan lebih banyak ejakulasi lagi meski ia baru memperolehnya dari percintaannya dengan Nadine barusan.

Namun sebagaimana Nadine Dian-pun tak dapat menolak keinginan pemuda itu ….sesungguhnya sejak tadi ia sendiri terangsang hebat menyaksikan persetubuhan Nadien dan Alfi. Dan ketika pemuda itu mengangkat salah satu pahanya ia tak berusaha mencegahnya sehingga kini kejantanan Alfi mendapatkan akses penuh menuju ke sarang impiannya.

JLEEEPP!
“OUghhhhhhh ARGHHHHH!!!” rintih Dian. Matanya terpejam erat sementara tangannya berpegang erat pada bahu Alfi. Ia membiarkan ujung duri sengat kenikmat Alfi menusuki tubuhnya. Perlahan namun pasti ..mili demi mili penis Alfi menyeruak masuk. ….. merangsek semakin jauh ke dalam.

Clek! Hingga akhirnya penis besar Alfi benar-benar tertanam utuh memenuhi liang vaginanya..

“K-kkaaakk…” Alfi merintih.

Vagina Dian langsung mencengkram ketat penisnya. Meski Ia memiliki lima wanita yang rutin ia intimi secara bergilir. Namun kelimanya begitu memiliki perbedaan dalam urusan seks. Dan hal itu yang membuat Alfi tak bosan-bosannya bercinta dengan mereka.

Dian merupakan gadisnya yang paling mungil tubuhnya di antara kelima wanitanya itu… tingkahnya juga paling centil dan menggoda…. Sedari awal Alfi sudah mencoba menahan hasratnya pada gadis yang satu ini karena ia tahu Dian sedang datang bulan. Namun gerak gerik Dian mengingatkannya akan kecentilan Sabrina sehingga ia tak tahan untuk menyetubuhinya.

“Tuh kan..B-baandeeeel..Emmppp..”keluhan manja Dian terhalang oleh bekapan bibir Alfi.

Mereka berciuman lama. Saling merangkul dalam posisi berdiri di bawah siraman air shower. Membiarkan kemaluan mereka bertaut diam namun saling memberi kenikmatan satu sama lain.

“Fiii.. dibersihin duluu…”pinta Dian sambil mendorong lembut perut Alfi.

Alfi mengangguk ..ia mengerti. Perlahan ia tarik penisnya hingga terlepas dari vagina Dian. PLOPP! Nampak cairan merah menyelimuti seluruh batang kejantanannya sebelum tersapu bersih oleh air hangat dari shower. Sesaat kemudian Alfi mengulangi tusukannya…lembut namun jauh hingga ke dasar vagina Dian yang mungil. Lalu ia cabut lagi penisnya dengan membawa darah dari liang senggama Dian.

Selanjutnya proses itu ia ulangi beberapa kali hingga akhirnya vagina gadis itu benar-benar bersih. Setelah itu barulah Alfi mengenjot. Tusukannya perlahan namun menghujam jauh dan dalam. Sementara Dian memutar pinggulnya mengimbangi tusukan-tusukan Alfi dengan kedua lengan berpegangan pada leher Alfi.

“OUGHHH Sayangggg…punyamu besaarrr sekaliii!”Dian merintih.
Tiba-tiba Nadine muncul.
“ARkkk.. Fiii!! Kamu ga boleh ngegituin Dian,!..” ujar Nadine menggeleng-gelengkan kepalanya saat mengetahui apa yang tengah terjadi di dalam kamar mandi.
“Sekaliii ini saja kak… ughh..”ujar Alfi.
“Ga pa pa, Biarin aja, Nad…. Aku hampir bersih kok”ujar Dian.
“Kamu memang bandel! Kakak pikir kamu beneran sudah selesai.

Tapi Ingat! Yang kali ini jangan kamu sempotin di dalem!” sembari memperingatkan Alfi, wanita cantik itu melepas handuknya lalu ikut ke tengah siraman air shower.
Ia merapat ke punggung Alfi yang tengah bergoyang itu. Kini dua tubuh berkulit seputih salju itu mengapit tubuh Alfi yang berwarna gelap. Mereka bertiga terlihat persis bagaikan dua potong roti sandwich menjepit sepotong daging yang hangus

“He eh kak” jawab Alfi. Ia tahu dalam kondisi mens wanita sangat rapuh dan rawan terkena penyakit.

Sementara alat kelamin mereka bertaut saling memberikan kenikmatan satu sama lain, bibir-bibir merekapun saling memagut liar…dan lidah mereka bergulat saling berkejaran.
“AAaUUUuUUU Fiiii OuGhhhhh!!”rintihan Dian tak beraturan. Tubuhnya bergetar mencoba terus berdiri dalam deraan nikmat itu.

Nadine berpindah posisi. Kini tubuh Dian-lah yang berada di tengah-tengah alias terjepit di antara tubuh Alfi dan Nadine. Dari belakang Nadine remas-remas payudara Dian sambil mengecupi leher jenjang sahabatnya itu. Sementara dari depan Alfi mengenjot vaginanya sambil berciuman. Di perlakukan sedemikian rupa Dian secara cepat mencapai puncak. Dan ketika tubuhnya mengenjan hebat, Alfi langsung menekan habis penisnya.

“AAAAARRRGGHHHHHH!!!!!!!”pekik Dian menggema di kamar mandi itu. Tangannya tak mampu lagi berpegangan. Untunglah ada Nadine yang ikut memegangi tubuhnya sehingga ia tak jatuh ke lantai kamar mandi. Setelah satu menit orgasme Dian mereda.
“Kakak sayaang kamuu..” bisik Dian. Ia merasa lega sekali karena Alfi berhasil membebaskan dirinya dari gairah yang membelengunya gara-gara sedang datang bulan.
“Sekarang giliranmu sayang…” Dian cepat berlutut.

Ia tetap ingin sperma Alfi pada sesi ini menjadi miliknya. Vagina dan rahimnya berhalangan untuk kali ini namun tidak mulutnya. Dibasuh dan disabuninya terlebih dahulu penis Alfi. Setelah itu barulah ia melahap kejantanan pemuda itu. Sambil mengisap, lidahnya berputar..memainkan permuakaan glans Alfi yang semakin sensitif. Gclek..gclek..slrurrp..tak butuh waktu lama. Mulut Dian sangat tahu bagaimana caranya menghancurkan pertahanan Alfi.

“AAAAARRRRRGHH Kaaaaak!!” Alfi memekik seiring air kenikmatannya terlepas dari laras kejantannya.
CROOOOTTT!!!… CROOOOTTT!!! gumpalan protein tinggi melenjit keluar dari lubang pipis Alfi menghantami kerongkongan Dian. Glek! Dian cepat menelannya sebelum semburan berikut datang.
CROOOOTTT!!!… CROOOOTTT!!! dan Dian baru mengendurkan hisapannya ketika sperma Alfi tak lagi memancar.

———————————
Sementara itu di Apartement Lila dan Robert.

“Sial! Pergi kemana sih anak itu” umpat Lidya kesal. Tak ada tanda-tanda Alfi bakal atau telah datang ke situ.
“Barangkali ia justru ke rumah pacarnya”timpal Sabrina.
“Cewek yang datang tadi siang itu?”
“Siapa tahu?”
“Sompret!”
“Sudahlah. Paling tidak orang itu bukan mbak Lila. Eng..Sudah malem nih! Mendingan kita pulang saja. Tidur! Biar kita ga bangun kesiangan dan terlambat ke kantor. Besok- besok aku akan membujuknya agar mau tinggal di tempat kita lebih lama lagi selanjutnya kita pikirkan cara lain lagi” ajak Sabrina.

———————————
Sementara itu di rumah Sandra.

Waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Mereka bertiga baru selesai melakukan sesi percintaan yang panas di kamar mandi. Dian berulang-ulang mendapat orgame. Nadine kembali menjadi sasaran Alfi berikutnya. Namun ketika Alfi baru saja hendak memulai sesi baru itu, Tiba-tiba dadanya berdetak keras.

Tanda itu lagi! Desisnya menatap tanda bias kemerahan di leher Nadine. Selain posisinya agak ke belakang bagian itu selalu tertutup oleh gerai rambut Nadine. Karena itu tak terlihat olehnya sejak tadi. Rambut Nadine yang basah kini membuatnya jelas terlihat. Meski samar-samar dan hampir hilang namun ia masih bisa mengenalinya.

“Fi, ada apa?”tanya Nadine heran karena Alfi mendadak menghentikan keintiman itu.
“Tidak apa-apa kak. Tunggu sebentar” ujar Alfi bergegas keluar dari kamar mandi.

Ia mengambil handphone-nya. Dengan jari gemetaran ia menekan nomor telepon apartement Sandra dan Didiet di kota G. Ia sengaja tak menghubungi Sandra melalui handphonenya. Nada panggil berulang-ulang terdengar. Alfi menanti dengan hati tak sabar. Tak lama kemudian …seseorang mengangkat telepon tersebut dan menyapanya.

“Hallo..”
Alfi langsung tercekat!.. Itu bukan suara Didiet. Lelaki itu!….tentu saja Alfi mengenalinya!……mana mungkin ia lupa dengan suara sekatrok itu! Seketika itu juga gairahnya langsung turun ke titik terendah.
“HALLO!” pria di seberang telepon mengulangi sapaannya dengan lebih keras. Sepertinya ia kesal karena Alfi tak menjawab sapaannya. Alfi sendiri cuma terdiam sambil meremas handphone-nya tanpa sadar.

Napasnya sesak. Perasaan marah…dan perih bercampur aduk di dalam dadanya karena terbakar api cemburu dan merasa terhianati ketika teringat bahwa ketiga bidadarinya ini terus secara rutin bergantian datang ke kota itu. Bahkan saat ini-pun Sandra tengah berada di sana! Ternyata virus kenikmatan yang tularkan Paijo sedemikian hebatnya Bahkan kini telah bertambah satu orang bidadarinya yang terinfeksi oleh penis kampung itu….. Nadine!
“WOOEII SIALANN! Ngenganggu saja ndak tahu orang sedang enak!” umpat lelaki itu secara sangat kasar sebelum mematikan telepon.

Alfi terdiam mematung dengan hati remuk. Berarti kecurigaannya selama ini benar. Bocah kampung itu memang tinggal di sana! Pastas saja beberapa hari yang lalu ia menemukan beberapa potong pakaian dalam lelaki nyasar masuk ke tumpukan pakaiannya di rumah Sandra. Jelas itu juga bukan miliknya Didiet. Ukuran pinggang pemilik celana ini sama ramping dengannya. Saat ia tanyakan ke bik Iyah. Wanita tua itu cuma mengatakan bahwa pakaian kotor itu semua berasal dari kopernya Didiet dan Sandra sepulang mereka dari kota G.

“Hhhhhhh!” Alfi hanya bisa menghela napas.
Kini ia mampu mendapat gambaran yang nyata setelah menghubung-hubungkan semua rangkaian kejadian janggal ini. Mengapa Sandra masih bercinta dengan pemuda itu? Bukankah dulu ia melakukan itu semata-mata karena ingin hamil? Dan bukankah ia juga sudah janji jika ia tak lagi mengulangi perselingkuhannya itu?.lalu..Dian…juga Nadine?…Dengan lesu ia punguti pakaiannya yang tercecer di lantai lalu kembali memakainya.
“Lho udahan nih, Fi?”tanya Nadine yang baru keluar dari kamar mandi. Tadinya ia mengira Alfi akan melanjutkan keintiman mereka di kamar.
“K-kak..”
“Ya?”
“Ada yang ingin Alfi tanyakan”
“Ya sayang?”
“Eng.anuu…ga jadi deh kak..”ujar Alfi.
Keragu-raguan menyelimuti hatinya. Ia butuh jawaban tapi lidahnya terasa sangat kelu. Apa gunanya menanyakan hal itu kepada mereka jika hanya akan mengundang pertengkaran belaka. Bukankah dulu masalah ini sudah pernah dibahas sebelumnya namun toh tetap saja mereka berselingkuh.
“Hmm..ya sudah. Tapi kamu belum jawab pertanyaan kakak barusan”
“A-apa?”
“Kamu bener mau pergi sekarang?”
“Iya kak. Mungkin sebaiknya Alfi segera kembali ke tempat kak Lidya dan kak Sabrina”
“Hmm…Baiklah.. tapi kamu tunggu kakak berpakaian sebentar. Biar kakak yang mengantarmu”ujar Dian yang juga diliputi tanda tanya besar..
“Ga usah kak. Alfi bisa ke sana sendiri kok”
“Ga.. jangaaan!. Malam sudah sangat larut. Ntar terjadi apa-apa di jalan.”
“Aduhh Kak! Ntar malah ketahuan sama mereka. Sudah ya kak Alfi pergi sekarang Hi hi hi”Ujar Alfi memaksakan diri tertawa meski hatinya tengah dalam kepedihan.
“Apa apa dengannya, Nad? Tak biasanya Alfi bersikap demikian”tanya Dian setelah Alfi pergi.
“Entahlah. Aku juga heran”jawab Nadine.

———————————
Sementara itu di kota G
Di apartment milik Didiet dan Sandra.

Di bawah temaram sinar lampu tidur. Di atas kasur empuknya, Sandra tengah merintih dalam genjotan sesosok tubuh kerempeng. Malam ini Didiet tengah berada di lokasi proyek. Meninggalkan istrinya yang cantik dan sedang hamil itu berduaan bersama seorang lelaki lain. Clap! Clek! Clap! Clek! Bunyi benturan pubik bergantian dengan decakan becek terdengar jelas beriring kocokan kuat Paijo. Paijo menghindari tindihan langsung ke perut Sandra yang membuncit. Ia berlutut di antara kangkangan paha Sandra. Punggungnya berdiri tegak sambil memegang lutut Sandra. Sementara pinggulnya berayun buas tanpa henti dengan kecepatan konstan. Tubuh Paijo yang hitam legam terlihat licin mengkilat oleh peluh yang mengucur dari setiap pori-pori tubuhnya.

“Argghhhhhhh!! Per-lahaann Kangmaaas!! ARRGGH!!”rintih Sandra.
Sodokan Paijo memang begitu nikmaaaaat namun ia kuatir akan keselamatan janinnya. Paijo bercinta secara buas dan liar malam ini. Nyaris tiga jam mereka mengayuh biduk kenikmatan itu tanpa istirahat. Namun pemuda itu belum menunjukan tanda-tanda kelelahannya.
“OUGHhh…. Kanggmassss!!!” Sandra merintih tertahan oleh sengatan kenikmatan yang bertubi-tubi disuntikan oleh Paijo kepadanya.

Sudah tak terhitung orgasme yang ia rasakan malam ini. Dan ia tak tahu berapa orgasme lagi bakal ia terima dari Paijo. Ia hanya bisa merintih dan menggelinjang membiarkan Paijo menggenjotnya. Sedangkan Paijo sendiri sampai saat ini baru dua kali muncrat. Bukan main! Keintiman ini sempat terhenti sejenak karena ada ganguan telepon iseng.

“AAAAAAAARRGHHH!!!!!”pekik panjang Sandra membahana.
Ternyata orgasmenya kembali datang. Dengan tangkas Paijo mengujamkan penis tujuh belas sentinya sedalam ia dapat masuk. Tubuh Sandra bergetar hebat bak terstrum. Pinggulnya terangkat secara naluriah menyambut hujaman penuntas Paijo.
“OUGHHHH!!” Paijo meleguh…… vagina Sandra mengecut secara ekstrim dan menghisap penisnya….tapi ia masih mampu bertahan dalam bekapan super nikmat tersebut. Sembari bertahan, Ia terus melakukan hujaman penuntasan bagi orgasme Sandra. Wajah jelita Sandra yang tengah dilanda kenikmatan itu terlihat sangat menggemaskan.

Tubuhnya yang sedang melar karena hamilpun juga semakin menggiurkan saat menggelinjang. Paijo tersenyum bangga dan puas akan pencapaiannya….betapa tidak..ia terus menerus mempersembahkan orgasme bagi Sandra malam ini. Paijo sengaja melakukan berbagai upaya buat menambah keperkasaannya di ranjang termasuk diam-diam mengkonsumsi Viagra….yang bertujuan bukan hanya untuk menaklukan Sandra secara seksual di ranjang namun juga merebut hati wanita anggun itu.

Ia merasa yakin jika Sandra semakin tergila-gila kepadanya sehingga Sandra merasa tak perlu lagi meminta kenikmatan kepada Alfi! Pemuda yang sangat ia benci dan cemburui itu. Demikian juga halnya dengan kedua wanita cantik lainnya…Nadine dan Dian yang beberapa hari yang lalu telah ia pecundangi. Mereka menyatakan kepuasan atas percintaaannya. Bahkan Dian yang dulu pernah mempecundanginya kini malah merintih-rintih minta ampun karena tak mampu lagi meladeni keperkasaannya. Dan ia tak akan berhenti di situ.

Ia mendengar jika Alfi juga memiliki stock beberapa kekasih wanita cantik lainnya. Untuk itu Ia akan menerapkan strategi yang sama untuk merebut semua wanita tersebut dari Alfi. Secara pelan namun pasti ia mendekati lalu mengintimi satu demi satu. Hingga mereka memuja-muja keperkasaannya dan berpaling dari Alfi. Paijo bahkan berhayal lebih ekstrim lagi. Ia tak hanya berencana merebut Sandra dari Alfi jika perlu ia akan menyingkirkan pemilik syah wanita cantik itu…yaitu Didiet!

“Hsss…Kang mas buass sekali malam ini!.Aku puas tapi juga sudah capek sekali” puji Sandra dalam engahan napas yang masih memburu sambil mengelus dada kerempeng Paijo yang berlumuran peluh. Sebenarnya ia sudah letih dan berharap Paijo menghentikan keintiman ini agar ia dan janinnya dapat beristirahat.
“Tapi aku masih kangen sama kamuu Diajeengg..sekaliii saja lagi ya diajeng.. berbulan-bulan di rantauan kangmas cuma bisa ngocoookk!”rayu Paijo.
Efek viagra mulai terasa mengganggunya. Sukar sekali baginya untuk ejakulasinya. Setiap kali rasa itu datang selalu kembali menjauh. Tapi jelas ia tak akan berterus terang kepada Sandra jika ia telah mengkonsumsi Viagra.
“Benarkah itu Kangmas? Jangan-jangan Kangmas malah punya pacar di sana, iya kan ?”
“Ndaaaak diajengg! …Kangmas-mu ini lelaki setiaa…” tukas Paijo cepat. Padahal ia berbohong.

Tanpa Sandra dan yang lain ketahui sebenarnya ia tak cuma bekerja sebagai buruh angkut di tambang milik temannya Didiet. Namun juga ikut-ikutan beberapa temannya di sana menjadi gigolo bagi istri-istri pelaut kesepian di sebuah komplek. Jelas Paijo takut jika prilaku buruknya itu diketahui Sandra dan yang lain.

Meski tak ada satupun di antar wanita tersebut yang bisa menandingi kecantikan Sandra Nadine dan Dian, namun setidaknya dirinya mendapatkan penyaluran bagi kebutuhan seksualnya yang semakin meninggi. Selain itu ia juga menerima upah dari wanita yang ia puaskan berupa uang, handphone dan pakaian baru. Kemampuannya bercintanya membuat dirinya cukup populer di kalangan para wanita kesepian dan juga membuatnya disegani di kalangan teman sepropesinya sesama pria lacur.

“Akh! Tapi Kangmas kan sudah tidur sama kedua temanku satu mingu ini!”
“Tapi aku tetep ndak puas! Penisku ini kadung ketagihan tempiknya Diajeng!”
“Ya sudah kangmas boleh gituin aku lagi tapi kangmas harus ingat-ingat sama anak-anak kita. Mereka juga butuh istirahat lho”
“Terima kasih diajeng..”

Lalu Paijo kembali memompa penisnya. Batang hitam itu menerobos keluar masuk ke liang pink kewanitaan Sandra.. mengaduk-aduknya … meniti rasa nikmat hingga sampai ke titik puncak. Kclk..kclek…kclek…suara becek mengiringi setiap gesekan alat kelamin mereka.

“AAARRGGHHHHH!!!!”Sandra menjerit lirih.

Kemampuan bercinta Paijo sudah patut disejajarkan dengan Alfi. Selain daya tahannya semakin baik. Paijo juga telah melakukan piercing pada kejantanannya…….seakan tak puas dengan tindik kejantanan yang sejak lama ia miliki itu. Bola-bola besi kecil bergelantungan di sekujur penis Paijo mengincar posisi klitoris,.g-spot serta titik kenikmatan lainnya. Setiap sodokan Paijo berbuah kenikmatan membuat vaginanya semakin lama semakin sensitif saat menerima gesekan penis berassisoris itu.

Sementara itu payudara kirinya terus dimangsa mulut Paijo disepanjang persetubuhan mereka. Paijo melakoni itu tanpa kepegalan seakan otot mulutnya terbuat dari karet. Payudara Sandra yang tengah membengkak di kehamilannya membuat Paijo semakin betah berlama-lama menetek. Tak lama lagi benda indah ini akan mengeluarkan susu bersamaan dengan kelahiran bayi kembar mereka.

Tak hanya batang penisnya Paijo juga telah menindik lidahnya. Dan Sandra dapat merasakan manfaat dari bola besi di bawah lidah Paijo tersebut. Lidah Paijo terus menggelitik lincah batang puting susunya. Buat Sandra…dihisap saja sudah sedemikian nikmatnya apalagi ditambah sentuhan intens ke putingnya. Bahkan saat persetubuhan ini di mulai sore tadi, gelitik dari lidah bertindik itu juga telah membuat dirinya berulang–kali orgasme saat Paijo melakukan sesi Jimek (jilat memek) yang panjang…. mengulumi dan menyedot-nyedot clitorisnya…..nyaris selama dua puluh menitan. Terus mengenjot akhirnya gelombang kenikmatan itu datang juga. Geli nikmat mencekam sekujur penis kampungnya. Sambil mencengkram payudara Sandra kuat-kuat, Ia mempercepat kocokannya….
“DIAJEEENGG… A-aaku sudah mauuu daaPEEETT!!! ISEPP TITIITKUU DIAJENGGG!!!! ISEEEEEPPP!!!!”rengek Paijo.

Sandra tentu saja tahu apa yang Paijo inginkan. Ia dapat merasakan kepala penis Paijo mengembang mengempis. Lalu ia kerahkannya segenap sisa-sisa tenaganya. Otot-otot di sepanjang lorong kewanitaannya langsung menciut secara ekstrim… meremas penis Paijo sekaligus menciptakan kevakuman di dalam situ sehingga memberi efek hisapan seperti yang Paijo maksud.

“DIAJEENGGG!!!! EENAAAAKKKKK!!!!” Paijo lagsung meracau jorok.

Bola matanya mendelik sementara mulut menganga bego oleh rasa geli nikmat semakin menggila yang mendera kemaluannya. Vagina Sandra telah membuat saluran kencingnya tercekik hebat…menyumbat aliran besar maninya yang hendak keluar. Namun dalam hitungan sepersekian detik air maninya berhasil menjebol sumbatan yang tercipta….Lalu dengan kecepatan fantastis berseluncuran di saluran kencingnya…dan terlepas dari laras berkulupnya..

CROOOOTTT!!!… pancaran itu diiringi oleh jerit kenikmatan Paijo.

“AAAAAAAAAAARGHHH!!!!!” CROOOOTTT!!!
“UGHHH KAAANGGMAASSS!!!….” Sandra-pun memekik karena orgasmenya kembali datang saat Paijo berejakulasi hebat di dalam tubuhnya.

Ia dapat merasakan pancaran kuat dan hangat itu. Air mani Paijo memang sangat encer. Semburannya tak menggumpal melainkan menyebar seperti semburan air soda keluar dari botol yang sebelumnya di kocok-kocok. Sandra menyambut pancutan itu dengan mengoptimalkan kinerja otot-otot kewanitaannya.

CROOOOTTT!!!… CROOOOTTT!!!

“GRRRRAAAAAAAAaaAaAA!!”Paijo terus memekik. Cincin-cincin di sepanjang liang senggama Sandra terus memeras kejantannya ditengah gatal nikmat menggila itu..
“Keluarkan semuaa Kangmasss…habiskaannn…benihhmu…”bisik Sandra tanpa mengendurkan sedikitpun cengkraman otot-otot kegelnya.

Sementara kakinya melingkari erat pinggul Paijo yang tengah menghentak-hentak.
Paijo baru berhenti mengenjan hingga tetes terakhir spermanya terpancar pada sesi ini. Begitu ejakulasinya berakhir, Ia langsung mencabut lepas penisnya. Lalu menghempaskan tubuhnya di samping tubuh Sandra.

“Kangmas, aku mau mandii dulu….”ujar Sandra lirih bangkit dari ranjang.
“Yaa Wis… mandi sana! Kalo udah seger ..tak entot lagi…!”timpal Paijo dengan napas tersengal-sengal.

Sandra menghela napas. Tadinya ia berharap Paijo memberinya sebuah bentuk perhargaan meski itu hanya berupa sebuah kecupan ringan. Namun Paijo justru seakan tak perduli dengan keadaan wanita yang baru ia setubuhi itu. Sungguh berbeda dengan Alfi. Alfi tak pernah buru-buru menjauhi wanitanya yang dimesrainya meski percintaan sudah berakhir. Upssh! Sperma Paijo langsung mengucur keluar dari vaginanya dan berceceran di lantai sebelum ia sampai di kamar mandi.

Sandra juga heran bagaimana mungkin benih seencer itu pernah sampai membuahinya. Sandra merenung di cermin sambil memandangi tubuhnya. Bercak-bercak cupangan bertebaran di sekitar leher dan dadanya memerah akibat cengkraman Paijo barusan. Anak ini memang tak bisa diomongi. Sandra mengira Paijo telah dengan sengaja menebarkan jejak perbuatannya sehingga dirinya tak mungkin bertemu Alfi dalam waktu dekat ini.

Seakan Paijo ingin menahannya lebih lama lagi di kota G ini. Nyaris tiga bulan tak bertemu Paijo menjadi semakin menggila di ranjang. Sejak kemarin Paijo tak henti-henti mengajak bersetubuh hingga ia kewalahan meladeninya. Tadinya Sandra mengira Paijo ingin menuntaskan rasa kangennya karena tiga bulan ini mereka berpisah. Namun terkesan Paijo hanya ingin membuktikan kalau ia mampu menaklukan setiap wanita di ranjang. Ketika Sandra baru keluar dari kamar mandi Paijo langsung meraih pinggangnya. Tubuh wanita hamil itu hilang keseimbangan hingga terjerembab ke kasur.

“AAAAAAAAAA JOOO!!!”pekik Sandra ketakutan.
Untung kasur mereka sedemikian empuknya hingga tak berakibat apa-apa pada kehamilannya. Namun ulah ceroboh Paijo tersebut tak urung membuat Sandra kesal.
“Apa-apaan kamuu, JO! Hatii-hatii DONK!!!”
“Wangiiinya…Diajeng bikin penisku ngaceng lagii…! ”ujar Paijo tanpa perduli pada hardikan Sandra, dengan tergesa-gesa ia mencoba menusukkan ujung penisnya yang tak bersunat itu ke celah kewanitaan wanita itu.
“Tapii Joo…Ughhhh…. Kanggmass…” hanya itu yang mampu Sandra ucapkan. Putingnya sudah dalam kuluman mulut Paijo. Membuatnya tak mungkin menolak keinginan bocah itu. Sementara itu burung Paijo-pun telah berhasil menemukan sarangnya…JLEEEPP!!!
“AAARRGGHHHHH!!!!”Sandra menjerit lirih. Gelinyaa.. penis kampung yang hitam legam ber-assisoris tak bersunat itu memang merupakan sumber kenikmatan yang sukar dicari tandingannya. Sebuah fakta yang tak terbatahkan jika dirinya, Nadine dan Dian sangat menyukai kejantanan Paijo. Dalam dua puluh menit penuh Sandra kembali merintih digasak pemuda kampung itu. Terperangkap dalam jebakan kenikmatan tiada akhir.

Tiga puluh menit berlalu…vagina Sandra kembali dipenuhi sperma encer Paijo.
“Memek gedongan!…. Gatelll! Doyan penis kampung!!!!” oceh Paijo.
Tiga buah jemarinya menancap di vagina Sandra. Mengobok-oboknya dengan gemas. Ia bersiap-siap hendak memulai sesi berikutnya menunggu kondisi penisnya benar-benar berdiri penuh.
“Joo…sudaah duluu. ARRGHH!!“ujar Sandra sambil mendorong lepas jemari Paijo dari vaginanya.
“Satu kali lagi saja, Diajeng! Bukankah diajeng suka sama penisku ini? Aku sengaja bawa ‘oleh-oleh’ ini buat Diajeng..”Paijo terus merayu sambil terus mencoba menggerayangi tubuh Sandra.
“Jo Hentikan! Kurasa cukup untuk malam ini! Aku hargai upayamu menyenangkanku tapi aku juga tak ingin kegiatan seksual kita mengganggu bayiku! Engkau mengerti?!” tegas Sandra mulai kesal.

Karena Paijo seakan tak mengerti-mengerti akan kekuatirannya. Dulu sebelum merantau ke pulau K, Paijo begitu perhatian terhadap kehamilannya dan kerap mengelus perutnya yang membuncit itu. Entah mengapa Paijo menjadi begitu berbeda sekarang. Penampilan Paijo juga terlihat sangat berbeda sekarang.

Tubuhnyapun dipenuhi oleh tato yang bentuknya tak karuan alias serampangan bertebaran di tubuhnya. Ada tubuh perempuan bugil hingga gambar vagina. Dan yang paling membuat Sandra risih karena ada namanya beserta Nadine dan Dian terukir di sekitar pubik Paijo dengan hurup kapital yang cukup besar. Seakan Paijo ingin menunjukan jika ia pernah ‘memakai’ para wanita cantik itu. Satu hal lagi…cara bicara Paijopun juga berubah menjadi sangat tak sopan.

“Baik Diajeng Baik!…” ujar Paijo menghentikan kemesumannya sesaat sambil mencucupi jemarinya yang berlumuran juice cinta Sandra.
“Sebaiknya engkau tidur saja di kamarmu…aku tak ingin kita jadi keterusan”ujar Sandra.
“Engg…Boleh saya minta waktunya sebentar, Jeng? Soalnya ada yang mau saya bicarakan sama Diajeng” ujar Paijo tanpa henti memanggil ‘Diajeng’ kepada Sandra.
“Soal apaa?”
“Saya mau usul bagaimana kalau kita…nikah siri, Diajeng”tanya Paijo.
“A-apaa, Jo? Nikah siri?!”Sandra kaget. Anak ini mintanya yang aneh-aneh saja.
“Iya… saya ini cinta mati sama Diajeng dan diajeng juga cinta sama. Jadi kenapa kita ndak jadi suami- istri yang syah saja?.”
“Tidak mungkin, Jo. Aku kan sudah punya suami” ujar Sandra.

Jelas ia anggap hubungannya dengan Paijo selama ini hanyalah karena seks. tak lebih! Tak dapat dipungkiri awalnya berselingkuh dengan Paijo begitu membakar gairahnya. Bersetubuh liar dalam durasi lama…merasakan orgasme demi orgasme hebat silih berganti dari penis bertindil itu… namun lama kelamaan Sandra tak lagi merasakan sensasi atau getaran itu. Dan soal pilihan hati? Jelas ia tak dapat berpaling dari Alfi. Alfi bukanlah bandingan bagi Paijo.

“Tapi..Kan saya yang bisa bikin Diajeng bunting bukan pak Didiet”
“Kamu jangan kurang ajar Jo!”ujar Sandra merasa tidak senang dengan ucapan Paijo yang cenderung melecehkan suaminya itu.
“Maaf bu kalau ibu ndak suka sama omongan saya. Tapi maksud saya…Jika kita nikah..saya bisa leluasa ikutan merawat si kembar setelah mereka lahir nanti ….bahkan setiap saat kita bisa tambah momongan lagi buat ibu…berapapun bayi yang ibu inginkan pasti saya kasih!”

“Tidak, Jo. Engkau tidak mengerti…yang jelas aku kita tak mungkin menikah..dan bagiku kehamilan ini sudah cukup”
“Begitu rupanya…Lantas bagaimana kalau seandainya kang Alfi yang minta? Pasti ibu kabulkan kan?!, Huh!” tanya Paijo sinis.
“Alfi tak pernah minta-minta yang aneh-aneh seperti kamu!”
“Lho saya cuma nanya seandainya..kok? Kan gampang ibu tinggal jawab ..iya atau tidak”tantang Paijo.
“Jo! Bukankah kita kan sudah janji bila kita sedang bersama kita tidak akan membahas atau menyinggung hubunganku dengan Alfi”ujar Sandra dengan nada suaranya meninggi. Ia kesal.
“Yaa sudahh Ndak usah marah begitu toh! Maafin kangmasmu ini! Ndak usah buru-buru. Biar kangmas beri diajeng waktu buat pikir-pikir dulu!.”ujar Paijo terus gigih merayu.

Ia sudah lelah terus bersembunyi dari Alfi. Tentunya sebuah ikatan tak ada lagi yang bisa menghalanginya untuk selalu bersama Sandra.

“Tidak Jo! Aku tegaskan aku tak akan pernah menikah denganmu! Jadi engkau tak usah menunggu-nunggu jawabanku”tegas Sandra.

Wajah Paijo merah padam. Ia kecewa sekali… segala upaya telah ia kerahkan semata-mata agar dapat memiliki hak secara utuh terhadap wanita anggun ini telah gagal! Ternyata Sandra masih lebih menyukai Alfi ketimbang dirinya! Sedangkan dirinya hanyalah dianggap sebagai sebuah vibrator hidup belaka.

“Baiklah kalau ibu ndak mau nikah! Tapi saya ndak mau jatah ngentot buat saya dibetes-batesin sebagaimana kang Alfi!”
“Huh! Kamu pikir siapa dirimu, Jo?. Ga bisa! Akulah yang berhak mengatur dan menentukan jatah kumpul kita ..bukannya kamu!”
Melihat sikap Sandra yang defensif, Paijo menjadi nekat…Secara tiba-tiba ia menerkam tubuh Sandra.
“ARRHKK! Apaa-apaan kamuu, JO!!” Sandra terpekik kaget sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Paijo.
“Diajeng ini kalau marah tambah cantik! Malam ini saya bakal entotan sama Diajeng sampai saya puas dulu!” ujar Paijo menyeringai buas. Ia menguatkan cekalannya sambil berusaha menusukan lagi burungnya ke vagina basah wanita cantik itu..

PLAKKK!! Sebuah tamparan keras melayang menerpa pipi Paijo di tengah pergulatan itu. Dan sekali lagi..PLAAKK!!! Dua tamparan itu membuat Paijo langsung menghentikan aksinya. Ia tergagap tak menyangka jika Sandra akan seberang itu padanya. Sementara Sandra sendiri cepat-cepat berlari ke dekat pintu begitu terlepas dari cengkraman anak itu.

“Kurang ajar kamu, Jo! Mengapa kamu semakin berlaku tak sopan?!”tanya Sandra semakin tak mengerti akan perilaku Paijo.
“Weleh..sopann? Sedari tadi ibu juga ndak sopan…telanjang bulet gitu di depan saya? He he he” timpal Paijo sambil mengelus pipinya yang memerah..
“Keluar kamu dari kamar ini! Dan sebaiknya besok pagi-pagi kamu kembali ke pulau K!”
“Ibu mengusir saya?!”tanya Paijo. Matanya menatap tajam ke Sandra. “Saya ndak mau! Saya tetap pingin di sini!”
“KELUAARRR! Atau engkau ingin aku memberi tahu Alfi soal kelakuanmu!”bentak Sandra kali ini tak dapat menahan kesabarannya lagi.

“He he Ibu berani bilang ke kang Alfi?!…Bukannya kang Alfi malah membenci ke ibu kalau tahu ibu sudah menghianati dia selama ini?” ejek Paijo saat mendengar Sandra menyebut nama rivalnya itu.
“Kalau begitu aku berita tahu dia sekarang. Lalu kita lihat saja besok pagi.” balas Sandra tak mau kalah.
Dan kali ini ia berhasil membuat hati Paijo keder. Paijo tentu saja tak ingin bertemu lagi dengan musuh lamanya itu atau menanggung kemurkaan Alfi atas perbuatan mereka.
“Baik! Baik! Saya pergi besok. Ternyata Ibu sama saja dengan Surti. Cuma mau memanfaatkan saya.

Setelah bunting saya dicampakkan. Tapi ibu harus ingat yang ada di dalam perut ibu itu adalah anak-anak saya! Bukan pak Didiet atau kang Alfi! jadi sayalah berhak atas mereka!”

Lalu ia pergi sambil membanting pintu. Sandra cepat-cepat mengunci pintunya. Hhhhh! Sandra membatin ..inilah akibatnya bermain api, keluhnya. Ia tak menyangka jika Paijo memiliki niat lain dengan kepulangannya ini. Tak lama setelah Paijo pergi, telepon berdering. Terdengar suara Dian dari seberang.

“Tadi Alfi kemari”ujar Dian.
“Oyaa?”
“Kami bertiga baru saja usai bercinta. Ternyata dia lupa meminum obatnya”
“Hhhhh..sebenarnya aku kangen sekali padanya”Sandra mendesah.
“Kangen gimana? Bukannya kamu sedang bersenang-senang bersama Paijo?”goda Dian.
“Akh engkau ini..mana mungkinlah aku samakan Alfi dengan Paijo.

Sebenarnya kami baru selesai bercinta tapi aku justru memikirkan Alfi. Selain itu juga aku mulai merasa ga nyaman Paijo di sini.. Belakangan ini dia mulai bertingkah menyebalkan…bahkan agak..begajulan! Kukira dia telah salah bergaul sejak dia merantau ke pulau K” keluh Sandra.

“Tadinya kupikir cuma aku saja yang merasa demikian. Ternyata kamu sama Nadine juga begitu”.ujar Dian membenarkan pendapat sahabatnya itu.
“Kupikir kita harus menghentikan ini sebelum Alfi tahu apa yang telah kita lakukan”
“Aku setuju banget kalau dia dijauhkan dari lingkungan kita. Ketimbang dia membawa dampak buruk bagi kita semua. Kamu juga sich Sand yang mulai. Kenapa juga si Paijo pake ditawari mampir ke sana, jadinya kita bertiga keterusan selingkuh. Perasaanku sungguh ga enak banget sewaktu aku digauli Alfi tadi…”ujar Dian.
“Iya iya memang aku salah.. Itu semua gara-gara aku merasa iba dengan nasib buruk yang menimpanya tempo hari sekaligus sebagai ungkapan rasa terimakasihku karena dia yang berhasil membuatku hamil. Tadi sudah kukatakan kepadanya jika dia tak usah lagi kemari untuk menemui kita bertiga”
(baca episode 14)
“Tapi bagaimana jika dia tidak mau. Anak itu mulai susah diomongin dan berani membantah”
“Ga mungkin. Dia itu takut banget kalau Alfi sampai tahu jika dia sering kemari”

———————————
Di kantor Didiet.

Hari menjelang sore namun Alfi tak langsung pulang ke rumah. Ia menemui Sriti. Sejak peristiwa di kota H tempo hari, Sandra dan Didiet memperkerjakan Sriti di kantor mereka.
“Kenapa mereka mempermainkan Alfi seperti ini, Kak? Mereka semua bilang sudah tak lagi berhubungan dengan si Paijo. Kenyataannya? Sampai sekarang anak itu justru tinggal bersama mereka di kota G. Bahkan kini kak Nadine-pun ikut-ikutan selingkuh sama anak itu Huh!” gerutu Alfi dengan wajah cemberut.
Ia sangat kesal…dan cemburu sekali. Pasti saat ini Paijo tengah mentertawakan keluguannya selama ini. Sementara ia seenaknya meniduri ketiga kekasihnya itu satu per satu. Atau bahkan ketiganya sekaligus dalam waktu bersamaan!
“Dan sebalnya lagi kak Niken dan kak Lila malah ikut-ikutan menjadikan Paijo sebagai ancaman agar Alfi tidak mengganggu kak Sabrina dan kak Lidya!” sambungnya.
“Hhhh..Fii..kakak rasa ada satu hal yang harus engkau pahami terlebih dahulu, Fi”ujar Sriti. Setelah ibunda Alfi meninggal hanya kepada Sriti-lah tempat pemuda itu mencurahkan kegundahan hatinya.
“Pertama-tama kita tak boleh melupakan kebaikan Didiet dan Sandra. Berkat mereka-lah martabat kita berdua terangkat. Kita harus ingat siapa diri kita sebelum ini. Jika bukan karena mereka mungkin kita masih berada di tempat kotor”
“Tentu kak. Mana mungkin Alfi menyangkal semua itu. Alfi hanya tidak suka mereka masih berhubungan dengan Paijo, itu saja kak!”
“Tapi Fi engkau sama sekali tak berhak melarang mereka. Mungkin engkau lupa jika Didietlah yang lebih hak atas diri Sandra dan Nadine karena Didiet adalah suami mereka berdua. Demikian pula halnya dengan Niken dan Lila. Mereka-pun masing-masing memiliki suami yang syah.. Keberadaanmu di antara mereka hanyalah sebagai bumbu bagi kesenangan di atas ranjang perkawinan mereka belaka!. Termasuk hubunganmu dengan Dian. Engkau hanya bisa menikmati tubuh mereka tanpa bisa memiliki mereka”ujar Sriti. Ia harus mengatakan itu secara gamblang agar Alfi paham meski kenyataan itu sakit bagi Alfi.
Alfi terhenyak di sandaran kursinya dalam ketidakberdayaan. Pikirannya menerawang ke belakang..tiga tahun yang lalu…kala sore itu ia tengah berteduh dari lebatnya hujan di bawah sebuah pohon dengan mengepit koran dagangannya yang semuanya basah kuyup. Sejak siang perutnya merintih perih minta diisi padahal ia belum punya cukup uang untuk membeli makanan karena koran dagangannya baru laku dua buah.

Di tengah kegalauannya…tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berhenti di depannya. Seorang pemuda berwajah tampan dan simpatik muncul dari balik kaca jendela.
“Kamu Alfi kan?!”tanya pemuda itu sengaja agak berteriak agar Alfi dapat menangkap perkataannya di antara suara gemuruh hujan. Alfi mengangguk.
“Eng..Kakak siapa, ya ?”
“Ayoo Fi masuklah ke dalam mobil. Nanti baru kakak jelaskan padamu”
“Tapii…” Alfi agak ragu karena ia tak ingin tubuhnya yang basah kuyup membuat basah kursi mobil pemuda itu.
“Sudaahh ga usah kuatir. Masuk sajalah!”kata pemuda itu tersenyum.
Itu kali pertama ia berkenalan dengan Didiet. Pemuda yang ternyata segaja blusukan mencari seorang anak kecil yang mau ia pakai sebagai sarana mewujutkan fantasi seksualnya. Secara hati-hati Didiet menggali informasi di lokalisasi tempat ibu dan Alfi tinggal. Lalu dari Sriti-lah ia tahu soal Alfi.
“Kamu bersedia kan ngegituin pacarku, Fi?”tanya Didiet penuh harap setelah mengutarakan niatnya..
“Eng…kak Sandra itu beneran pacarnya kakak?” Alfi balik bertanya.
“Lho iya Fi. Dia itu benar-benar pacarku. Sebenarnya kami bakal menikah enam bulan lagi. Dan agar engkau ketahui…dia itu masih perawan ting-ting”
“Hahh! P-p e r a w a n?”
“Iya perawan Fi..”
“K-kenapaa ga kakak aja yang ngegituin? Apakah kakak ga bisa …eng maaf kak..maksud Alfi..sedang sakit?..” tanya Alfi dengan hati-hati takut kalau pemuda itu tersinggung dengan kata-katanya.
“Ha ha ha Aku ini dua ratus persen sehat Fi. “ jawab Didiet. Pertanyaan Alfi membuatnya tergelak. Wajar saja jika Alfi mengiranya impoten.
“Memangnya kakak ga sayang sama kak Sandra?” tanya Alfi spontan. Jelas ia begitu heran dengan perilaku Didiet yang sangat ekstrim itu. Biasanya seseorang mewujudkan fantasi seksualnya dengan cara memainkan sendiri peran itu bersama pasangannya. Namun Didiet justru ingin hal itu benar-benar terwujud secara nyata.
“Fi, dengar..Kalau aku tak sayang padanya mana mungkin aku mau menikahinya. Aku hanya ingin ada sesuatu yang istimewa diantara kami…yang berbeda …dan tak biasa”jawab Didiet tersenyum.
“Tapi..apakah kakak tidak cemburu?”
“Ha ha ha ..Kenapa aku harus cemburu, Fi. Yang penting bagiku adalah cintanya hanyalah bagiku seorang”pungkas Didiet.

Alfi termagu-magu ia masih tak paham dengan jalan pikiran Didiet. Mungkinkah pemuda setampan dan segagah ini telah rusak otaknya?.
“Gimana?”tanya Didiet.
“A-alfii tanya ibu sama kak Sriti dulu..boleh kan kak?” Alfi yang tengah kebingungan sungguh tak tahu harus menjawab iya atau tidak.
“Bagaimana jika aku antar kamu ketemu sama ibu-mu sekarang, Fi. Soalnya waktunya benar-benar mepet” ujar pemuda bernama Didiet itu tak sabar.
Alfi mengangguk.
“Tapi eng..ngomong-ngomong kamu sudah makan belum, Fi?”tanya Didiet tiba-tiba setelah mendengar suara perut Alfi.
Dengan malu Alfi menggeleng.
“Kalau begitu sebaiknya kita makan saja dulu di restoran dekat sini biar kamu ga masuk angin. Baru kemudian kita menemui ibu-mu ya Fi”

Segalanya begitu luar biasa. Hubungannya dengan Didiet begitu cepat menjadi akrab. Hingga waktunya tiba… akhirnya ia bertemu dengan gadis yang bernama Sandra itu…hatinya lansung bergetar hebat… sungguh tak di sangka betapa sangat cantik dan molek sosok yang akan ia gauli itu. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia benar-benar jatuh hati.

Persetubuhan malam itu begitu membekas di hatinya…. meski dalam hati kecilnya ia merasa risih dengan kehadiran Didiet saat itu. Untuk pertama kalinya malam itu ia merasakan sebuah vagina yang sangat sempit dan berselaput dara. Dan ia membuat vagina gadis itu berdarah…sebagai tanda bahwa dialah lelaki pertama yang menidurinya. Setelah malam itu mereka berpisah selama sekian bulan justru membuatnya tak bisa melupakan Sandra. Ketika nasib akhirnya mempertemukan ia kembali dengan pujaan hatinya itu sekaligus membuatnya tinggal bersama dengan pengantin baru tersebut.

Tiga tahun lamanya ia mereguk madu cinta membuat hatinya semakin terikat pada Sandra…..hingga kedatangan Paijo membuatnya sadar dan menerima kenyataan jika dirinya memang bukanlah siapa-siapa di dalam keluarga itu. Meski selama ini ia bebas bersetubuh dengan para wanita itu bahkan membuat mereka hamil namun Ia berharap terlalu banyak dari hubungan ini. Benar apa yang Sriti katakan barusan… kalau dipikir-pikir memang tak ada perbedaan antara dirinya dengan Paijo. Ia tak dapat menghalangi keinginan Sandra maupun yang lain dalam menentukan ‘teman tidur’ mereka.

“Meksipun demikian kakak harap kamu tetap memegang janjimu pada mereka untuk tetap tidak mengganggu Sabrina dan Lidya!. Engkau sanggup kan, Fi?”ujar Sriti.

Alfi hanya bisa mengangguk lemah. Tak terbetik sedikitpun dibenaknya untuk membalas perbuatan Sandra meski hatinya terasa remuk menerima kenyataan itu.Napasnya terasa sesak seakan ada beban berat yang menekan dadanya. Ia semakin tak tahu posisi dirinya di dalam keluarga barunya ini.

“Kak..”panggil Alfi lirih.
“Iya Fi?”
“Apakah dulu ibu pernah bilang siapa sebenarnya bapak kandung Alfi?”
“Hhhhhhh…Fi, Bukankah sudah sering kakak katakan kalau kakak tidak tahu” ujar Sriti.

Ia sudah hapal dengan gelagat ini. Ia paham betul apa yang tengah dirasakan anak asuhnya itu. Sejak kecil apabila hatinya sedang dilanda kesedihan Alfi selalu saja menanyakan hal yang sama.

“Maksud Alfi….apakah kakak tahu seperti apa orangnya? Mirip Alfikah?”
“Kakak juga tak tahu, Fi. Kakak kan belum pernah bertemu dengannya atau melihat fotonya. Ibumu hanya mengatakan jika dia adalah lelaki yang gagah dan jantan. Yang kakak tahu wajahmu itu mirip sekali dengan kak Mirah, mendiang ibumu itu”
“Apakah mereka saling menyayangi, kak?”
“Tentu saja, Fi. Ibu dan bapakmu saling mencintai”
“Lantas kenapa bapak begitu tega meninggalkan ibu? Pastinya dia malu punya anak dari seorang pelacur ya kak?”
“Fi tak baik berprasangka demikian. Walau bagaimanapun lelaki itu yang telah membuat engkau hadir di dunia ini. Mungkin saja mereka memang tak ditakdirkan untuk bersama”jawab Sriti.
“Kira-kira dimanakah dia sekarang ya kak?”
“Maaf Fi. Sampai sekarangpun kakak tidak tahu. Eh kenapa kamu mendadak menanyakan itu”
“Hhhhhh…” Alfi tak menjawab hanya menghela napas. Kesepuluh jemarinya saling meremas.
“Fi, Kamu kangen sama ibumu ya?”tanya Sriti.
“Iya kak..”jawab Alfi lirih.

Sriti memeluk hangat anak itu. Ia tahu kegelisahan yang melanda pemuda itu. Ia sangat menyayangi Alfi dan ia tak ingin Alfi semakin terpuruk dalam kesedihan. Apalagi mendiang Mirah pernah berpesan kepadanya agar selalu menjaga putra sattu-satunya ini. Dalam hati Sriti juga menyayangkan keputusan Sandra dan Didiet untuk ‘menyimpan’ Paijo. Bagaimanapun Alfi butuh lebih dari hanya sekedar kenikmatan ragawi saja. Sriti tak ingin Alfi tumbuh dewasa tanpa curahan cinta dan kasih sayang tulus. Terus memupuk kekecewaan terhadap orang-orang di sekelilingnya sebagaimana sikap yang ia tunjukan terhadap ayahnya sendiri. Sehingga seiring waktu membentuknya menjadi pribadi yang antisosial.

“Sudahlah jangan bersusah hati lagi. Bukankah masih ada kakak yang akan selalu menyayangimu?” ujar Sriti.
“Iyaa kak…” jawab Alfi lirih sekali.
“Kita pulang ke rumah kontrakan kakak ya. Kakak sudah kangen sama kamu..” bisik Sriti.

Ia tahu betul bagaimana menghibur anak ini. Ia ingat bertahun-tahun yang silam bagaimana si Alfi kecil menindihnya sambil merintih saat air kenikmatan memancar untuk pertama kali dari ujung penisnya. Bagaimana ia harus meredakan hasrat bocah itu di sepanjang malam setiap kali usai meladeni tamunya. Tapi seiring waktu Sriti-pun sadar dirinya akan semakin menua dan tak mungkin lagi meladeni hasrat muda anak ini. Ia sangat berharap akan datang seorang gadis yang jauh muda dan lebih baik darinya sekaligus mampu membahagiakan Alfi.

“Lain kali saja, kak. Alfi mau pulang saja”ujar Alfi. Entah mengapa dirinya sungguh tak bergairah buat bercinta.
“Beneran kamu ga kangen sama kakak?”goda Sriti
“Bukan begitu,kak…A-lfi…cumaa…”
“Hi hi hi ga pa pa sayang…kakak maklum kok…kalau begitu pulanglah. Tapi ingat pesan kakak tadi…jangan ngangu mereka ya Fi”
“Ya kak”

———————————
Esok harinya, Di kantin sekolah.

Terlihat Alfi duduk termenung sendiri di pojok kantin dengan tangan menopang dagu. Berkali-kali ia menghela napas panjang namun kegundahan terus saja menyelimuti hatinya. Gara-gara terus memikirkan perselingkuhan kekasih-kekasihnya itu ia nyaris tak dapat menyerap pelajaran hari ini.

“Hey!” tiba-tiba suara dan tepukan seseorang di bahunya langsung menyadarkannya dari lamunannya.
“Uh.. kamu, Ka. Bikin kaget orang saja”ujar Alfi lesu.
“Dicari-cari ternyata ngumpet di sini! Sedang mikirin apa sih, Fi?”tanya Rika.
Alfi hanya menggelengkan kepala.
“Ada apa sih?”tanya Rika penasaran.
“Ga pa pa kok, Ka” jawab Alfi lirih.
“Ga pa pa gimana? Mukanya sampai ditekuk begitu hi hi hi”
Alfi hanya menghela napas. Ia sedang tak berselera meladeni kelakar Rika.
“Ya..Tak mengapa jika kamu tak ingin mengatakannya. Hanya saja aku ingin engkau tahu jika ada seorang sahabatmu yang siap mendengarkanmu bila engkau siap berbagi kesusahanmu” ujar Rika serius. Ia seakan dapat ikut merasakan kesedihan sahabatnya itu.
“Terima kasih Ka. Aku hargai niat baikmu itu. Tapi biarlah untuk sementara aku berusaha mengatasinya sendiri dulu”
“Kamu ingat kejadian sewaktu kita di kelas tujuh dulu? Ketika ayahku meninggal dunia?” tanya Rika.“Betapa kehilangannya aku. Dia tak hanya merupakan seorang ayah buatku. Dia juga adalah pahlawanku, idolaku sekaligus sahabat baikku. Begitu beratnya rasa kehilangan itu hingga aku pernah berniat keluar dari sekolah. Tapi untungnya waktu itu ada kamu yang mampu menumbuhkan semangat hidupku kembali. Dan aku tak akan pernah melupakan hal itu, Fi. Bukankah engkau sendiri pernah mengatakan jika kita harus mampu melawan rasa sedih dan mengalihkannya pada hal-hal yang positif”
“Iya Ka. Aku juga ingat itu. Tapi melakukannya ternyata tak semudah sewaktu mengucapkannya!”
“Hi hi hi kamu ini polos banget! Ayolah Fi..Jika aku bisa maka engkaupun pasti bisa!”
Alfi kembali menghela napas. Ucapan Rika benar ia harus bisa mengatasi kesedihannya. Ia harus fokus pada pelajarannya. Bukankah ujian akhir sudah dekat?
“Ok Ka. Aku akan berusaha sekuatnya”ujarnya.
“Nah gitu dong Fi. Tetap semangat! Hi hi hi”
“Oya. Gimana tugasmu yang kita kerjakan kemarin itu. Sudah diterima oleh sama pak guru?”
“Sudah Fi, terima kasih ya karena kamu udah ngebantuku”
“Sama-sama, Ka. Kamu juga sudah menyemangati aku”
Terdengar suara bel tanda masuk.
“Fi, pulang nanti temani aku ya?”pinta Rika sebelum mereka pergi ke kalas masing-masing
“Uhh..Mau kemana sih, Ka?”
“Pokoknya ada deh. Mau ya Fi?”
“Males ah. Aku mau langsung pulang”
“Aaaaaaaaa….mauu ya Fi. Sekali ini aja” rengek Rika.
“Hhhhhh……Iya deh, Ka”ujar Alfi akhirnya mengalah.

———————————
Di Gedung Kesenian Kota

“Mau ngapain kita di sini, Ka?”tanya Alfi heran.
“Hmm..gini Fi…bulan depan akan ada event pemilihan Putri Pelajar yang pesertanya berasal dari semua sekolah yang ada di kota kita. Dan di sini ini tempat pendaftarannya”
“Lho jadi kita kemari ini buat ngedaftarin kamu, Ka?”
Rika mengangguk sambil tersipu.
“Hi hi hi Kalau gitu kamu pasti menang, Ka!”
“E..jangan buru-buru memuji dulu Fi. Saingannya berat-berat lho! Dan kali ini yang diadu bukan cuma ilmu pengetahuan saja melainkan semuanya termasuk kecantikan juga”
“Akh..tetap saja mana mungkin mereka bisa ngalahin kamu? Kamu itu yang terbaik..yang terpandai..dan yang tercantik!”
“Aaaa Alfii kamu ini suka mengada-ada ya?!” Pipi Rika langsung bersemu dadu.
“Eee siapa bilang aku mengada-ada! Emang kenyataannya begitu! Dan aku adalah orang yang pertama menjadi suportermu. Sudah ayo daftar sekarang Ka!”ujar Alfi bersemangat. Sejenak kesedihan hatinya terlupakan oleh sikap hangat dan keceriaan gadis ini.
“Hi hi hi iya Fi. Sehabis ini kamu harus mau nemenin aku makan di warung seberang sana ”
“Beres, Ka!”

Mereka pulang menggunakan angkot. Alfi kagum pada sahabatnya itu. Rika tak merasa canggung naik angkot dan makan di warteg pinggir jalan meski ia adalah anak orang kaya yang biasa naik mobil mewah dan makan di restoran mahal. Mereka duduk bersisian di antara penumpang lain. Sesekali Alfi mencuri pandang ke wajah Rika. Sabrina benar. Kalau diperhatikan Rika memang memenuhi semua kriteria seorang gadis yang dikatakan cantik. Hidungnya mancung. Matanya besar indah. Bibirnya lumayan sensual.

Kulitnyapun putih terasa begitu halus dan lembut saat lengan keduanya bersenggolan.. Memang selama ini Alfi tak pernah merasakan getaran sebagaimana yang ia rasakan saat bersama para kekasihnya atau bila memandang Sabrina atau Lidya. Ia hanya menganggap Rika sebagai sahabat baiknya. Bohong bila Rika tak membangkitkan hasratnya saat ini. Namun Gairah yang muncul ibarat sebuah percikan kecil saja. Gampang datang dan gampang pula pergi. Ia memang tak pernah tertarik pada gadis-gadis polos apalagi berniat menjalin cinta-cintaan dengan mereka. Tapi ia tak tahu apakah setelah beberapa tahun ke depan perasaan seperti ini bakal berubah atau tidak.

———————————
Esok siangnya di rumah Niken

Alfi menulis terburu-buru menyelesaikan tugasnya. Pena bergerak agak tak beraturan karena tak sabar ingin segera bercinta dengan mantan gurunya yang cantik itu. Rika benar. Ia harus mampu melupakan dulu sejenak soal perselingkuhan Sandra, Dian dan Nadine.. juga …Paijo! dan mengalihkan kesedihannya pada hal lain. Bukankah ia pernah mengalami kejadian ini sekali dan berhasil melaluinya? Lagian masih ia memiliki dua wanita cantik lainnya…Niken dan Lila?

“Ga usah terburu-buru sayang. Kamu selesaikan baik-baik PR kamu dulu. Baru nanti kakak kasih” terdengar suara merdu Niken dari arah dapur.

Saat itu Niken sedang mempersiapkan makan siang bagi suaminya. Beberapa minggu belakangan ini semenjak berhasil mendapatkan kembali kejantanannya melalui suatu terapi kesehatan bagi lelaki, Donnie selalu pulang ke rumah pada saat jam makan siang.

“Hi cantik..”
Ternyata Donnie menyelinap masuk dari pintu dapur dan langsung memeluk istrinya dari belakang.
“Duhh mas! Ngagetin saja. Hampir saja aku berteriak. Lho kok mas sudah pulang jam segini?”
“Iya soalnya aku mendadak inget kamu”
“Akh gombal!”
“Nien..ke kamar yuk”ajak Donnie
“Apaan sih mas? Aku belum selesai masak buat mas”
“Nanti saja diterusin masaknya. Aku lebih butuh yang satu ini manis..”ujar Donnie sambil meremas gemas dada montok istrinya itu.. Tentunya bukanlah makan siang yang diharapkan Donnie pada saat ia tiba di rumah melainkan tubuh molek istrinya itu.
“T-apii mas…sebenarnya aku sudah ada kencan sama Alfi…”
“Lho memangnya Alfi mau kemari?”
“Tuh di ruang keluarga, Sedang ngerjain PR”
“Ayolah Nieenn..aku bener-bener sudah ga tahan lagi! Kasih aku duluan. Biarkan saja Alfi menyelesaikan tugasnya dulu…Aku bisa matii kalau ga ngerain jepitan-mu sekarang, manisss!”rengek Donnie. Ia benar-benar hilang kendali atas nafsu birahinya. Tangannya menyelinap masuk ke balik babydoll Niken .
“Ough..m-mas Donnie..nakaal..”

Kali ini Niken tak mampu menolak gairah suaminya itu saat jemari nakal Donnie menggesek-gesek selangkangannya. Apalagi saat dengan perkasa Donnie membopong tubuhnya menuju ke kamar.

Sementara itu Alfi telah menyelesaikan tugasnya. Ia langsung bergegas mencari Niken. Namun ia tak menemukan wanita itu di dapur. Dan ketika ia sampai di depan pintu kamar ia malah tertegun. Didapatinya saat itu tubuh kekar Donnie sedang menindih tubuh sintal Niken sambil mengayunkan pinggulnya secara mantab. Alfi dapat melihat jelas dari tempatnya berdiri bagaimana kukuhnya penis Donnie yang sedang menghujami vagina Niken itu.
“Ouhghhhh!! Massssss…akuu daPEETTT ARGGHHHH!”pekik kenikmatan pecah. Kini Donnie benar-benar sembuh dari kelemahannya selama ini. Suaminya itu bahkan mampu membuat dirinya mengalami orgasme secara cepat.
“ARRRGghhhh! Niennn….s-saayaangg…!!”rintih Donnie. Ia berusaha sekuat tenaga bertahan dalam gelombang hisapan-hisapan super liang senggama istrinya itu. Momentum ini selalu ia dambakan. Berhasil menggiring istrinya menuju orgasme dengan batang kemaluannya sendiri.

Dari ambang pintu Alfi menyaksikan semua itu. Ia tahu seperti apa rasanya dikulum vagina Niken dalam kondisi orgasme. Entah mengapa pekik kenikmatan Niken dan Donnie membuat hatinya merasa…cemburu!. Seharusnya ia turut gembira karena kini Donnie mampu membahagiakan Niken dalam ranjang pernikahan mereka. Sesuatu yang tak pernah terjadi selama ini. Alfi sendiri heran mengapa perasaan seperti ini baru muncul sekarang. Dan ia-pun mulai merasakan hal yang sama terhadap Robert dan Didiet. Hhhhh…Alfi mengelah napas. Ia merasa tak harus berada di tempat itu. Lalu perlahan menutup pintu kamar dan memutuskan pergi dari situ. Ia tak ingin menjadi pengganggu bagi keharmonisan pasangan suami istri itu. Setelah mengambil tas sekolahnya lalu Alfi meninggalkan rumah itu.

———————————
Sementara itu di dalam sebuah mobil

Hujan deras menerpa bumi, sementara itu dua muda mudi saling memagut liar di dalam sebuah mobil yang berhenti di depan rumah tempat Lidya dan Sabrina tinggal. Tangan Sabrina menepis jemari nakal Niko yang meremas payudaranya.

“Hei! Jangan macem-macem, kamu Nik!” hardik Sabrina sambil mendorong Niko menjauh darinya.
“Lho? Emangnya ga boleh?!”tanya Niko heran. Ia tak menyangka Sabrina berlaku sekasar itu.
“Sembarangan saja! Kamu pikir aku ini lonte?!”
“Ok! Ok! Aku minta maaf, Rin. Aku salah. Tapi aku melakukan itu karena engkau tadi memberiku peluang”
“Enak saja. Dikasih hati minta jantung namanya tuh! Apakah kamu selalu seperti ini. Setiap melakukan pendekatan ke cewek langsung saja main seruduk?!”.
“Bagiku kenapa harus menunggu lama dan membuang-buang waktu untuk sebuah kenikmatan? Toh kita sendiri sudah tahu kemana akhir dari sebuah percintaan!”
“Ooo begitu!. Tapi kuanggap kamu belum saatnya melakukan itu. Sebelum aku selesai memeriksa kepantasan kamu buat jadi pacarku”
“Ha ha ha ha! Ada-ada saja kamu ini Rin. Tapi…Baiklah. Aku terima tantanganmu! Nah sekarang engkau mau aku melakukan apa?” tantang Niko. Tentu saja di usia muda ia sudah memiliki jabatan cukup tinggi di kantor. Orang tuanya kaya. Tampang lumayan meski tubuhnya agak tambun karena ia bermasalah dalam mengendalikan nafsu makannya.
“Buka celanamu dulu!”ujar Sabrina.
“Hah?! Rin, kamu jangan main-main!”
“Siapa bilang aku main-main. Bukankah kamu bilang tadi kamu tidak mau membuang-buang waktu? Dari sini kita berdua bakal tahu apakah kamu memang pantas merasakan yang lain apa tidak”goda Sabrina
“M-maksudmu..kamu ingin lihat..eng..”
“Iya aku ingin lihat seperti apa benda yang akan bikin aku terbang ke surga sebentar lagi””
“Beneran nih mau lihat punyaku? Tapi kamu jangan takut ya?” ujar Niko semakin pede.
“Ayolah….”

Dengan terburu-buru Niko berusaha memelorotkan celana panjangnya. Ia sudah dekat sekali dengan impiannya selama ini. Sabrina merupakan salah satu dari dua wanita tercantik di kantornya itu. bak gabungan Ola Ramlan dengan Tamara itu. Namun ternyata susah sekali menyingkirkan celananya. Selain kondisi ruang kabin mobil yang terlalu sempit, badannya yang gemuk juga membuat ia kesulitan melakukan itu. Walau dengan susah payah akhirnya penisnya terbebas juga..

“Hah?! Yang benar saja! Kamu sudah ereksi-kan?” tanyanya Sabrina dengan mimik wajah bego memandangi penis Niko seolah melihat sebuah benda aneh.
“K-k.enapa memangnya, Rin..?”tanya Niko tergagap karena tak menyangka Sabrina akan bereaksi seperti itu.
Sabrina mempergunakan jari telunjuk dan jempolnya untuk mengukur panjang penis Niko. Lalu ukuran benda itu ia angkat ke dekat wajahnya. Lama ia pandangi kedua jarinya yang tengah membentuk hurup C itu.
“Masa cuma segini?! Ini penis apa….kutil?.” cibirnya sambil menoleh ke arah Niko.
“K..amu…kamuu..”Niko tak dapat berkata-kata lagi. Wajahnya langsung merah padam karena bukan main malunya.
“Maaf Nik. Aku jadi kehilangan selera. Lebih baik kubur saja angan-anganmu agar kita pacaran.”pungkas Sabrina
“T-t..unggu Rin..ukuranku memang ga gede-gede betul tapi yang penting kan bisa bikin kamu puas”kilah Niko membela diri. Jelas ia tak mau kehilangan kesempatan buat bercinta dengan gadis itu sore ini..
“Ga gede-gede gimana? Kamu itu malah hampir ga punya sama sekali, tahu! Lagian siapa yang punya teori begitu?”
“Eng..i.tu.si ahli seksiologi kenamaan…dokter Boyler”.
“Ha ha ha..kasihan sekali kamu Nik!. Kamu itu sudah kena kibuli!. Makanya jangan gampang percaya sama info yang ga jelas! HOAX namanya tuh! Bagi wanita manapun ukuran JELAS!.. merupakan faktor utama buat mencapai kepuasan!”.
“Aaa tapii Rin.. a..ku sudah buktiin kok sama Mona”ujar Niko menyebut nama salah satu rekan kerja mereka di kantor. Ia rela membeberkan affairnya semata-mata agar Sabrina percaya ucapannya.
“Ahaaa! Pantas saja beberapa minggu ini si Mona selalu uring-uringan. Sekarang aku jadi tahu apa penyebabnya. Sekali lagi maafkan aku, Nik. Oya..Terima kasih ya sudah nraktir makan siang dan nganterin aku pulang..Daag!” Perek itu cuma mengincar duitmu bego! umpat Sabrina dalam hati.

Rupanya Niko tak ingin menyerah begitu saja. Tiba-tiba ia mencekal lengan Sabrina saat gadis itu hendak membuka pintu. Jika secara baik-baik tidak bisa maka ia nekad akan memaksa gadis indo itu. Tapi …PLAAAK!! Sebuah tamparan keras menerpa bagian glans penisnya yang belum dimasukan kembali ke kandangnya itu dan spontan membuat ia menjerit kesakitan

“AAAAARRG!!”
Begitu cekalan Niko terlepas, Sabrina langsung keluar dari mobil dan berlari menerobos guyuran air hujan.
“Perempuan gila!”umpat Niko sambil membuka kaca.
Saat itu Lidya membukakan pintu setelah mendengar suara bel.
“Lho Itu..si Niko kan?! Memang kenapa dia, Rin?”tanyanya heran mendengar umpatan kemarahan Niko sebelum pemuda malang itu pergi bersama mobilnya.
“Hi hi hi Ga tahu tuh. Dasar pecundang!” ujar Sabrina tertawa mengejek.

Memang sejak awal ia cuma berniat mempermainkan Niko. Ia muak dengan tingkah pemuda itu. Sok Tajir. Sok playboy. Serta sederet kepongahan yang mengingatkannya pada Hardy serta beberapa lelaki hidung belang lain yang pernah ia campakkan. Baru saja Sabrina hendak menutup pintu. Ia melihat Alfi berjalan ke arah rumah.

“Aduhh Fii.. lihat pakaian dan tas sekolahmu basah semua. Kok ga berteduh dulu?”tanya Sabrina saat Alfi sampai di muka pintu.
“Takut kemalaman, kak. Eng..Maaf kak permisi” ujar Alfi saat melintasi Sabrina dan Lidya. Wajahnya benar-benar kuyu sebagaimana tubuhnya yang basah kuyup.
“Kenapa juga dengan anak itu?” tanya Sabrina heran. Lidya hanya mengedikkan bahu.

———————————
Dua minggu berlalu. Hari Sabtu pukul sebelas pagi.

Hari sudah tak lagi pagi namun sinar mentari hanya membias tipis. Langit mendung berselimut awan hitam seakan menggambarkan suasana hati Alfi. Ia harus bergegas mempercepat langkahnya bila tak ingin kehujanan lagi seperti hari-hari sebelumnya. Sepulang sekolah ia langsung mampir ke apartemen Lila. Tadinya Ia bermaksud melepas kangennya pada dokter cantik itu namun kembali ia harus menelan pil pahit.

Lila tengah pergi berlibur bersama suaminya ke pulau B. Ya..Robert telah mengambil hak-nya sebagai suami syah Lila… dan ternyata Lila lebih mendahulukan suaminya untuk merentangkan vagina pasca melahirkan Fili….. Sungguh naif jika selama ini ia menganggap dirinya sangat special? Dari situ Alfi semakin yakin dengan ucapan Sriti tempo hari benar adanya jika keberadaannya hanyalah sebagai ‘selingan’ atau ‘bumbu’ bagi kehidupan kamar tidur mereka belaka. Bukankah sudah cukup bukti baginya kini. Ia masuk ke rumah melalui pintu belakang.

“Hi, Fi. Kok sudah pulang?” sapa Sabrina. Si cantik molek itu ternyata tengah berada di dapur. Seperti biasa ia berpakaian yang dapat mengundang jantung lelaki berdentuman. Tapi kali ini Alfi sama sekali tak terbangkit gairahnya.
“Iya kak. Ada rapat para guru buat menentukan tanggal ujian.”jawabnya lesu. Ia letakan tas sekolahnya di kursi lalu mengambil gelas dari rak.
“Ooo…”
“Di rumah saja kak? Eng..dimana kak Lidya?”tanyanya
“Lidya? Ada tuh di kamar.” Jawab Sabrina. Ia sangat heran dengan perubahan sikap Alfi beberapa minggu belakangan ini. Entah kenapa Alfi seperti kehilangan selera terhadap mereka berdua. Sehingga setiap rencana mereka selalu berakhir dengan kegagalan.
“Oya kakak berdua pada belum makan kan? Biar Alfi saja yang pergi beli”
“Ngga usah, Fi. Kakak sudah bosen makan fastfood melulu. Sebaiknya kakak masak sendiri saja buat makan siang kita hari ini”
“Kalau begitu ntar Alfi bantuin,ya kak”
“Boleh. Tapi kakak belum tahu nih mau masak apa. Eh..Fi kamu sendiri sukanya apa? Biar kakak masakin”ujar Sabrina antusias melihat Alfi mau menanggapi omongannya. Ia anggap ia harus bisa memanfaatkan setiap peluang tanpa harus merencanakan segalanya terlebih dahulu.
“Apa sajalah kak. Ga usah repot-repot”ujar Alfi
“Lho, tidak apa-apa. Meski susah kakak akan berusaha belajar membuatnya.”
“Sebenarnya sih yang susah bukan memasaknya tapi nyari bahannya. Soalnya cuma ada di pasar tradisionil”
“Tenang. Di dekat sini kan ada pasar. Kita bisa pergi sebentar kesana buat bahan-bahannya”
“Beneran kakak mau masak buat Alfi?”tanya Alfi girang. Memang ia sudah lama tidak memakan makanan kesukaannya itu.
“Iya kamu sebutin saja.”

“Eng.ituu…IKAN PEDA dibalut sama daun labu!”ucapnya sambil nyengir
“A-APAAA?!” Sabrina tersentak kaget. Ikan peda balut daun labu? Apakah ia tak salah dengar?! Anak itu barusan menyebutkan makanan kesukaan mang Gimin! Desis Sabrina.
“Iyaa kak. Memangnya ada apa?” tanya Alfi heran melihat Sabrina terbengong menatapnya.
“E-uh..T-tidaak apa-apaa, Fi..K-kakak….kakaak hanya kaget karena baru kali ini mendengar nama masakan seperti itu” jawab Sabrina berbohong sambil berusaha menguasai perasaannya.

Itu pasti hanya sebuah kebetulan! Pikir Sabrina. Ia tak ingin hanya karena makanan kesukaan anak itu kebetulan sama dengan mang Gimin lantas mempengaruhi dirinya sehingga membuat rencananya menjebak anak ini gagal lagi!.

“Hi hi kok kagetnya segitu banget sih kak?” ujar Alfi.
“Kalau begitu ayo ganti dulu pakaian seragam sekolahmu lalu kita pergi ke pasar”ajak Sabrina menguatkan tekadnya.
“Sebentar ya kak. Alfi mau bikin teh jahe dulu.”
“T-tehh Jahee?! K-kamu juga suka minum itu?”tanya Sabrina kembali terpana.Teh Jahe? Itu juga kan minuman yang paling di sukai mendiang suaminya dulu. Kali ini Sabrina tak lagi menganggap hal ini sebuah kebetulan.
“Iya kak. Saat cuaca dingin begini paling enak minum yang hangat-hangat, kak. Ntar kakak cobain deh!”ujar Alfi.

Untungnya ia tengah sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak memperhatikan reaksi Sabrina saat itu. Tak lama kemudian ia selesai menyiapkan tiga gelas teh Jahe. Satu gelas langsung ia berikan ke Sabrina.

“Gimana kak? Sudah pas manisnya?”tanya Alfi meminta pendapat Sabrina..

Sabrina belum menjawab ia menyeruput minuman itu dengan mata terpejam. Hangat dan lezat. Ini!.. memang kegemaran mang Gimin. Anak ini bisa meraciknya dengan tepat. Bahkan dia sendiripun tak pernah berhasil membuat teh jahe selezat itu. Sensasinya juga membuatnya merasa rindu akan masa lalunya. Di masa kebahagiaan masih menaburi keluarganya. Di mana ia masih bisa merasakan belai kemesraan dari suaminya itu. Belaian yang tak dapat diberikan oleh semua mantan kekasihnya dulu.

“Lho, di sini kamu rupanya, Rin?”Lidya tiba-tiba muncul dan langsung membuat suasana berubah.
“Kak Lidya,… ini Alfi buatkan minuman teh jahe buat kakak”ujar Alfi dengan sopan menyodorkan sebuah gelas ke Lidya.

“Terima kasih!. Tapi sayang sekali aku alergi sama jahe!” ujar Lidya sambil membuang isi gelasnya ke dalam bak cucian piring.
Baik Sabrina maupun Alfi sangat kaget dengan reaksi kasar Lidya itu. Tetapi mereka diam saja tak ingin menanggapinya. Alfi mengambil gelas-gelas bekas tersebut dan mencucinya.
“Oya, Lid. Ada apa nyariin aku?” tanya Sabrina berusaha mencairkan suasana.
“Kita cari makan di luar, yuk”
“Lho, tadi kau bilang sedang malas keluar”
“Ngga tahu nih!. Tiba-tiba saja aku illfeel di rumah”
“Ya sudah. Sebaiknya kita pergi sekarang. Eng…Fi, Sorry ya. Ngga jadi masaknya. Kamu ikut kami makan di luar saja ya?”
“Terima kasih kak, biarlah Alfi di rumah saja. Nanti Alfi bisa masak mie instan kok”
“Jangan!. Nanti kakak akan bawakan makanan buatmu”
“Baik kak”
Kedua gadis itu lalu pergi meninggalkan Alfi sendiri di dapur.
“Ihhh! ngapain siihh pake ngajak-ajak dia!”sungut Lidya pada Sabrina saat melangkah ke luar rumah
“Cuma basa basi, Lid. Lagian dia kan nolak tadi”
“Iya! Untungnya nolak kalau tidak, gimana?!”sambung Lidya lagi
“Aduhh Lid. Kok kamu bawel amat hari ini, sih!”
“Iya habisnya juga kamu sih! Pake acara masak bareng bocah itu segala”
“Lho? Akukan sedang menjalankan rencana kita. Merayu anak itu. Lalu menjebaknya dalam perangkap. Di saat aku hampir saja berhasil tahu-tahu kamu muncul sambil uring-uringan!”jelas Sabrina
“Jangan salahkan aku, dong. Engkau sendiri sebelumnya tak memberi tahuku jika akan melakukannya di dapur”
“Aku tak sempat lagi memberi tahumu sebab segalanya begitu mendadak dan kebetulan situasinya tadi memungkinkan buat itu. Lid, Jika engkau tak dapat menguasai emosimu seperti tadi jelas sulit buat rencana kita berhasil. Sabaran sedikit kenapa sih?”
“Iyaa..iyaa aku tahu itu. Kok sekarang malah kamu yang bawel sih?Wajar kalau aku kesal sebab sudah tiga minggu ini kita gagal terus. Entah sampai berapa lama lagi aku harus pura-pura baik padanya!”
“Yah sudah!Sepulang dari sini nanti kita coba lakukan lagi..”
“Maaf Rin. Lain kali saja! Siang ini aku sedang tidak mood! ”
Sabrina hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Kejadian di dapur barusan juga sangat mengganggu pikirannya. Ia seakan belum percaya jika makanan dan minuman kegemaran Alfi ternyata memiliki kesamaan dengan mang Gimin.

———————————
Tiga puluh lima menit kemudian

“Lho mana kak Lidya, kak?” tanya Alfi saat melihat Sabrina pulang sendirian.
“Dia langsung ke apartement-nya kak Lila. Katanya dia kangen pada Fili. Ga pa pa kan kita makan yang ini dulu ya, Fi? Kakak janji besok pasti akan kakak buatkan Ikan peda-nya”
“Ah kakak. Soal itu jangan terlalu kakak pikirkan. Alfi bisa makan apa saja, kok. Lagian makanan yang kakak bawa ini pasti lezat sekali”
“Ini semua kak Lidya-mu yang memilihkan, lho”ujar Sabrina.

Ia juga tak tahu mengapa Lidya begitu ngotot menentukan jenis menu makanan mereka kali ini.Namun lucunya Lidya sendiri malah tidak ikut-ikutan makan.

Setelah rupa-rupa makanan yang dibawa Sabrina tersaji di atas meja. Lalu merekapun menikmati hidangan tersebut bersama-sama. Selama bersantab Sabrina kerap mencuri-curi lihat ke arah pemuda yang duduk berseberangan dengannya itu. Sudah lebih tiga pekan ini mereka tinggal serumah. Selama ini Alfi selalu menunjukan sikap yang baik. Dan sampai dengan saat ini belum terbukti jika Alfi memiliki sifat bejat seperti yang Lidya tuduhkan. Bahkan dirinya dan Lidya hampir kehabisan cara buat menjebak anak ini.

Terutama satu minggu terakhir ini. Alfi semakin sulit saja digoda. Dua hari yang lalu ia dan Lidya mengajak Alfi dengan berenang bersama. Meski keduanya memakai bikini super mini namun tetap saja mereka gagal memancing anak itu. Anak itu terlihat begitu murung dan sering melamun sendirian di pinggir kolam. Tapi Sabrina sengaja tak pernah bertanya demi menjaga perasaan Lidya.

“Gimana Fi?”tanya Sabrina melihat anak itu makan dengan begitu lahapnya.
“Hmm ..lezatt sekali, kak”jawab Alfi.
“Kalau begitu tambah lagi. Kamu boleh ambil separuh jatah kakak” ujar Sabrina menyodorkan piring miliknya.
“Fi.. pacarmu kok ga pernah nongol-nongol kemari lagi? Udah putus ya?”tanya Sabrina, Ia mengira Alfi tengah memiliki persoalan dengan gadis itu sehingga ia selalu murung selama beberapa hari ini.
“Akh kakak!. Putus gimana?! Alfi kan sudah bilang kalau Rika itu bukannya pacar Alfi. Dia kemari tempo hari itu karena Alfi sudah janji mau ngebantu dia menyelesaikan tugas OSIS”
“Tapi bisa saja lho awalnya cuma berteman lantas saling tertarik satu sama lain? Kakak nilai dia itu cantik sekali lho Fi. Suatu ketika kamu pasti nyesel karena ga memanfaatkan peluang ini”goda Sabrina
“Ah kakak bisa aja. Kakak tahu? Rika itu bukan hanya cantik, Orang tuanya adalah pemilik jaringan hotel-hotel berbintang lima di kota kita. Selain itu dia juga merupakan pelajar terbaik di sekolah Alfi. Dia yang membawa kemenangan demi kemenangan di setiap ajang kompentisi saint antar sekolah bagi sekolah kami sekaligus mengharumkan nama sekolah kami. Jadi jelas mana mungkin dia mau sama cowok jelek berotak dangkal seperti Alfi. Lagian dia itu sudah punya cowok yang ganteng yang juga berprestasi. Apalah artinya Alfi dibandingkan dengan cowoknya itu”
“Tapi buktinya dia justru minta tolongnya sama kamu bukan sama pacarnya yang pinter itu. Dan siapa bilang kalau tampangmu jelek? Kamu itu cakep dan ngegemesin kok”

Alfi tersipu malu mendengar pujian Sabrina kepadanya.
“Hi hi hi. Cowoknya sedang ikut pertukaran pelajar ke luar negeri, kak. Jadi dia minta tolongnya ke Alfi karena Alfi temen baiknya. Gara-gara terlalu banyak kegiatan yang dia ikuti mulai dari kegiatan yang ada kaitannya dengan sekolah hingga ke ajang putri kecantikan akhirnya membuat dirinya tak mampu lagi menyelesaikan semuanya. Yaa…Semacam kutukan bagi pelajar berprestasi He he.”.
“Huh itu namanya ambisius! Ujung-ujungnya malah menyusahkan orang lain. Eh Fi..apakah kamu ga merasa jika Rika hanya ingin memanfaatkanmu?”
“Hi hi hi. Alfi yakin Rika tidak sepicik itu, kak. Terserah apabila ada orang berpikir jika Rika mau memanfaatkan seorang cowok jelek seperti Alfi buat membantunya hanya semata-mata karena Alfi berharap mendapat balasan perhatian darinya. Seandainya saja hal itu memang benar sekalipun buat Alfi tak masalah. Yang penting Alfi benar-benar iklas membantu dia sebagai teman.”

Sabrina tersentak mendengar jawaban Alfi. Itu seakan sebuah sindiran terhadapnya. Sebagaimana selama ini dirinya memang sering melakukan itu terhadap beberapa lelaki. Bahkan hubungannya dengan Hardy tak lebih dari sebuah sewa menyewa… tak ada ketulusan…sarat dengan kepentingan pribadi …saling memanfaatkan satu sama lain…begitu kepentingan masing-masing pihak tak lagi terpenuhi maka kerjasama itu berakhir pada pemutusan kontrak. Semakin lama ia mengenal anak ini, semakin membuatnya tertarik. Alfi tak hanya menunjukan sikap yang baik dan menyenangkan namun juga mampu berpikir dewasa. Di satu sisi rasa simpatinya kepada Alfi terus tumbuh. Apalagi setelah mendengar kenyataan bahwa ada kesamaan antara selera makan anak itu dengan mang Gimin. Tapi sisi lain ia juga tak ingin tertipu.

Mungkin saja Alfi justru sengaja memperlihatkan sisi baiknya itu agar dirinya mendapatkan rasa simpati darinya. Yang jelas ia masih sangat baru mengenal Alfi dan ia tak tahu banyak mengenai anak itu. Saat ini ia memilih untuk lebih mempercayai omongan Lidya kepadanya serta mengkesampingkan dulu perasaannya. Ia justru lebih tertarik untuk membuktikan terlebih dahulu akan kebenaran cerita Lidya tempo hari tentang hubungan Lila bersama anak ini.
“Akh! Kakak tahu pada dasarnya kamu memang ga punya niat ngedeketinnya, kan?” ujar Sabrina.
“Alfi sih tahu diri kok kak.. Cari pasangan itu ya yang sepadan. Ngga usah ngayal-ngayal ga karuan. Selain itu Alfi memang ga pernah punya perasaan apa-apa ke Rika”jawab Alfi di sela-sela mengunyah makanannya.
“Pasti karena kamu lebih suka pada wanita yang lebih tua seperti mbak Lila, ya kan?”

Alfi tersentak kaget mendengar ucapan Sabrina kali ini.
“Benar kan, Fi?”ulang Sabrina.
“Akh.. kakak ngomongnya kok begitu? Ya ga kak..”meski gugup Alfi mencoba menjawab sekenanya.
“Fi..Kakak mau nanya sesuatu padamu bolehkan?”
“i..ya kak?”
“Benarkah kamu yang bikin kak Lila.. hamil?”
Pertanyaan kali ini membuat Alfi tercekat. Suapannya langsung terhenti. Ia tahu pasti Lidya sudah mengatakan hal itu pada Sabrina.
“Sudahh ngaku saja! Kenapa sih harus bohong?. Sekarang jaman canggih lho, Fi. Pakai tes DNA bisa ketahuan siapa orang tua biologis dari seorang anak. Lidya sudah melakukan itu pada Fili dan hasilnyapun sudah ada ”ujar Sabrina terpaksa berbohong melihat Alfi sulit berterus terang.
“I..iya kak..”jawab Alfi lirih.
“Iya apa, Fi?! Maksudmu Fili itu memang benar adalah putrinya kak Lila sama kamu, begitu?”kejar Sabrina.
“.I.yaa kak”aku Alfi karena terpojok.
Sabrina terenyum kemenangan karena trick-nya tadi berhasil. Ternyata benar dugaan Lidya tentang hal itu. Berarti anak ini memang berbahaya dan harus diwaspadai. Seketika itu juga rasa simpatinya terhadap anak inipun lansung sirna..
“Tapi kak..itu semua terjadi tanpa di sengaja..”tambah Alfi. Ia tak ingin Sabrina menjadi salah paham.
“Oya? Tanpa disengaja bagaimana maksudmu, Fi?” tanya Sabrina lebih jauh. Mumpung ia sedang mendapat angin. Ia harus mengorek lebih dalam pengakuan dari anak ini.
Alfi cepat menelan sisa makanan yang masih di dalam mulutnya. Kemudian barulah ia bisa menceritakan secara singkat bagaimana kejadian sesungguhnya terjadi tanpa menyinggung soal rahasia keterlibatan Robert di dalam hubungan aneh yang terjadi di dalam rumah tangga Lila dan Robert.
“Katamu tadi engkau menggagahi!…memperkosa! mbak Lila karena engkau dalam pengaruh obat perangsang, begitu?”
“I..ya kak. Alfi tidak bohong …” Alfi menjawab dengan lidah kelu. Pertanyaan Sabrina sungguh menghujam dan menghakiminya.
“Huh! Lantas kenapa engkau dan mbak Lila masih saja terus melakukannya bahkan setelah mbak Lila sudah menikah dengan Robert?”tanya Sabrina sinis.
“Eng..I..tuu..”
“Kenapa Fi?”desak Sabrina.
“Kak..Alfi…Alfi…” Alfi benar-benar kehabian kata-kata.

Betapa kecewanya Sabrina mendengar kenyataan itu. Ia menganggap Alfi hanya berdalih dan mengarang-ngarang cerita mengenai obat perangsang itu. Ia menduga Lila telah menjadi korban kejahatan Alfi. Alfi menggagahi Lila pada saat gadis itu sedang dalam keadaan tak sadarkan diri sebagaimana dugaan Lidya selama ini. Lalu Alfi merekam semua kejadian itu dan mempergunakannya sebagai alat untuk memeras Lila.

Sehingga Lila terpaksa mengikuti setiap kemauan bajingan kecil ini termasuk melayani napsu bejadnya. Alfi juga jelas-jelas berbohong soal hubungannya dengan Rika. Ia pasti berada di rumah Rika saat kali menghilang di malam-malam sebelumnya. Dia pasti telah menodai gadis malang itu sebagaimana ia merusak kesucian Lila! Lalu menidurinya sekehendak hatinya.Cerita Sex 2015

“Mengapa engkau tega melakukan semua itu, Fi?! Dimanakah hati nuranimu?! Apakah engkau tidak merasa kasihan kepada mbak Lila jika suatu saat mas Robert mengetahui perbuatan kalian tersebut? Sadarkah engkau jika hal itu akan membuat rumah tangga mereka menjadi berantakan?!”

Alfi hanya bisa menunduk. Ia terpaksa menelan mentah-mentah setiap tuduhan Sabrina kepadanya. Ia benar-benar terpojok tapi bingung harus berkata apa. Tak mungkin ia membeberkan soal keterlibatan Robert di dalam hubungannya dengan Lila selama ini kepada orang luar seperti Sabrina.

“Huh! Tak kusangka ternyata engkau sama saja dengan kebanyakan lelaki! Begitu egois!. Berpura-pura santun agar wanita percaya kebohongan mereka padahal dibalik itu mereka hanya ingin mengumbar nafsu semata. Yang engkau pikirkan hanya kesenanganmu sendiri belaka. Wajar saja Lidya sampai begitu tak menyukaimu. Ternyata engkau memang benar-benar sudah keterlaluan, Fi!” ujar Sabrina geram.

Alfi menjadi sedih melihat perubahan sikap Sabrina terhadapnya. Sungguh tak disangka-sangka bila suasana menyenangkan bersama gadis ini tadi mendadak berubah menjadi begitu tak nyaman. Padahal saat mereka berdua makan dan mengobrol secara santai tadi bahkan ia sempat bisa melupakan sejenak soal perselingkuhan Sandra dan yang lain.

“Kak..”panggil Alfi lirih.
“Apa!” jawab Sabrina ketus.
“Alfii…heek…” Alfi baru berniat untuk mengatakan sesuatu namun mendadak saja ia merasakan sakit luar biasa menyerang dadanya.
“Ada apa? Kamu tersedak ya?” tanya Sabrina sinis melihat Alfi memegangi dadanya. Ia menganggap Alfi berpura-pura tersedak untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
“Aduhhh K kkakgg… Argggg…” Suara Alfi terputus-putus seakan tercekat dikerongkongannya. Rasa sakit itu menjalar secara cepat dan sungguh tak tertahankan.
Bruuakk! Tiba-tiba Alfi jatuh tersungkur ke lantai seraya tetap memegangi dadanya. Melihat hal itu Sabrina baru yakin bahwa Alfi tidak main-main. Ia segera bangkit dari kursinya untuk memberikan pertolongan.
“Fiii! Kamuu kenapaa?! Aduhhhh!” seru gadis itu menjadi panik. Ia melihat wajah Alfi begitu pucat sementara giginya saling mengatup rapat. Meski sedang merasa kesakitin yang luar biasa namun Alfi sepertinya berusaha mengatakan sesuatu kepada Sabrina. Tapi suaranya tak keluar dari kerongkongannya hanya jarinya menunjuk kaku ke arah kamarnya.

“Fiii!! Bilang pada kakak apa yang haruss kakak lakukan…Ayooo Fiii! ..Fii!..bangunn! AlFiii!!!”
Tapi terlambat! Alfi sudah jatuh tak sadarkan diri.

Read More

  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Tebak Juara Piala Eropa 2016 Berhadiah 250 Juta

Popular Posts

  • Setubuhi Istri Tetangga Yang Alim
    Jika malam itu adalah malam sial bagiku, mungkin benar… pasalnya siangnya Puspa istriku berangkat ke Semarang dijemput mas Tono kakak lelaki...
  • Terjebak Diantara 2 Cewek Cantik
    Rasa ketidaksenangnya terhadap hubungan Alfi dan kakaknya Lila membuat Lidya menyetujui usul sahabat baiknya Sabrina untuk menjebak Alfi aga...
  • Pelampiasan Sex Ibu Guru Pengganti
    Waktu itu aku masih kelas dua, di salah satu SMA Negeri di Bandung. Aku termasuk salah satu siswa dengan segudang kegiatan. Dari mulai aktif...
  • Pesta Sex Dengan Istri Tetangga
    Aku tinggal disuatu kompleks perumahan kelas menengah di Jakarta Timur , tidak terlampau besar , kurang lebih dihuni oleh 150 keluarga kelas...
  • Kualitas Neymar Tidak Seperti Ronaldo dan messi
    Berita Bola Terupdate - Pesepak bola legendaris Brasil, Pele, menilai Neymar tak memiliki kualitas yang setara dengan dua megabintang la...

Recent Posts

Categories

  • berita
  • bokep
  • Panduan SBOBET
  • prediksi

Text Widget

Pages

  • Panduan SBOBET
  • About Us

Blog Archive

  • Juni (21)
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © VVIPCASH | Powered by Blogger
Design by Flythemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com